Hadits

Jika Ingin Bergaul Harus Sabar dan Banyak Tenggang Rasa

 بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Seorang harus sabar, ketika kawannya berbuat sesuatu yang menyakitkan hatinya, mungkin ia bermaksud yang lain.
Seorang istri terkadang harus sabar, ketika suaminya berjanji sesuatu tetapi belum ditepati pada waktunya, mungkin ada sesuatu yang menyebabkannya belum menepati janjinya.
Seorang murid harus sabar, ketika guru atau ustadznya berkata nyelekit, mungkin ia ingin memberi nasehat.
Seorang harus sabar dan banyak tenggang rasa ketika berinteraksi dengan orang lain.
Intinya harus sabar jika ingin bergaul dan bersosial dengan yang lainnya.

Mari kita perlajari hadits berikut:

عَنْ يَحْيَى بْنِ وَثَّابٍ عَنْ شَيْخٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الْمُسْلِمِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ».

“Yahya bin Watsab meriwayatkan dari seorang alim dari shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim, jika ia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabat atas gangguan mereka.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 939
Pernjelasan para ulama terhadap hadits ini:
1.    Maksud dari مُخَالِطًا النَّاسَ (bergaul dengan manusia)

(يُخَالِطُ النَّاسَ) أَيْ يُسَاكِنُهُمْ وَيُقِيمُ فِيهِمْ

“Tinggal bersama mereka dan berdomisil di tengah mereka”. Lihat kitab Tufat Al Ahwadzi, 7/177 (asy Syamela).
2.    Maksud dari وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ  (dan sabar atas gangguan mereka)

 (وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ) أَيْ عَلَى مَا يَصِلُ إِلَيْهِ مِنْهُمْ مِنَ الْأَذَى

“Atas apa yang sampai kepadanya dari mereka berupa gangguan.” Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, 7/177 (Asy Syamela)

3.    Keutamaan bergaul dan sabar ketika mendapatkan gangguan dalam bergaul, dibandingkan tidak bergaul dan tidak sabar, kecuali di zaman penuh godaan dan ketidakstabilan
Ash Shan’any rahimahullah berkata:

فيه أفضلية من يخالط الناس مخالطة يأمرهم فيها بالمعروف وينهاهم عن المنكر ويحسن معاملتهم فإنه أفضل من الذي يعتزلهم ولا يصبر على المخالطة والأحوال تختلف باختلاف الأشخاص والأزمان ولكل حال مقال ومن رجح العزلة فله على فضلها أدلة وقد استوفاها الغزالي في الإحياء وغيرها

“Di dalam hadits ini (menunjukkan) keutamaan seorang yang bergaul dengan manusia, dengan pergaulan yang ia memerintahkan kepada mereka kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran, berbuat baik dalam menggauli mereka, sesungguhnya ia lebih utama dari seorang yang menyendiri dari mereka dan tidak sabar atas percampuran. Dan keadaan berbeda dengan perbedaan person, waktu, setiap keadaan ada perkataan (yang cocok) dan barangsiapa yang menguatkan pendapat (bahwa) menyendiri (lebih baik), maka ia memiliki dalilk-dalil atas keutamaannya, dan Al Ghazali telah menyembutkan lengkap akan hal itu, di dalam kitab Ihya dan lainnya.” Lihat kitab Subulussalam, 4/211 (Asy Syamela).
Nawawi rahimahullah berkata:

باب فضل الاختلاط بالناس وحضور جُمَعِهم وجماعاتهم ، ومشاهد الخير ، ومجالس الذكر معهم ، وعيادة مريضهم ، وحضورجنائزهم ، ومواساة محتاجهم ، وإرشاد جاهلهم ، وغير ذلك من مصالحهم لمن قدر عَلَى الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، وقمع نفسه عن الإيذاء وصبر عَلَى الأذى
 اعْلم إِنَّ الاِخْتِلاَطَ بِالنَّاسِ عَلَى هَذَا الْوَجْهِ هُوَ الْمُخْتَارُ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَائِرُ الأْنْبِيَاءِ صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِمْ ، وَكَذَلِكَ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدُونَ ، وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ ، وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِنْ عُلَمَاءِ الْمُسْلِمِينَ وَأَخْيَارِهِمْ وَهُوَ مَذْهَبُ أكثَرِ التَّابِعينَ وَمَنْ بَعدَهُمْ ، وبه قَالَ الشافعيُّ وأحمدُ وأكثَرُ الفقهاءِ رضي اللهُ عنهم أجمعين. قَالَ اللهُ تَعَالَى: { وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى } [ المائدة : 20 ] والآيات في معنى مَا ذكرته كثيرة معلومة .

“Bab Keutamaan bergaul dengan manusia, menghadiri shalat jumat dan shalat berjamaah bersama mereka, pemandangan baik dan majelis-majelis dzikir bersama mereka, menjenguk yang sakit dari mereka, menghadiri pengurusan jenazah mereka, menolong yang membutuhkan dari mereka, memberikan petunjuk kepada seorang yang tidak tahu dari mereka dan selainnya dari mashlahat-mashlahat mereka, bagi siapa yang mampu untuk memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah atas kemungkaran, dan menahan dirinya dari menyakiti (orang lain) dan sabar atas gangguan (dari orang lain).”
“Ketauhilah, sesungguhnya bergaul dengan manusia dalam keadaan seperti ini adalah pendapat yang dipilih, yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan seluruh para Nabi shalawatullahi wasalamuhu ‘alaihim, demikian pula para khalifah Rasyidah dan orang setelah mereka dari para shahabat dan tabi’ie serta ulama-ulama Islam dan orang-orang terbaiknya setelah mereka, dan ini adalah pendapat kebanyakan para tabi’ie dan orang-orang setelah mereka, dan ini yang dikatakan Asy Syafi’ie, Ahmad dan kebanyakan para ahli fikih radhiyallahu ‘anhum seluruhnya, Allah Ta’ala befirman:

{ وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى } [ المائدة : 2 ]

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” QS. Al Maidah: 2, dan ayat-ayat yang semakna apa yang telah aku sebutkan sangat banyak dan diketahui.” Lihat kitab Riyadh Shalihin, karya An NAwawi, bab 70.
Berkata Ibnu Utsaimin rahimahullah:

والعزلة خير إذا كان في الخلطة شر أما إذا لم يكن في الخلطة شر فالاختلاط بالناس أفضل قال النبي صلى الله عليه وسلم المؤمن الذي يخالط الناس ويصبر على أذاهم خير من المؤمن الذي لا يخالطهم ولا يصبر على أذاهم لكن إذا كانت الخلطة ضررا عليك في دينك فانج بدينك كما قال النبي صلى الله عليه وسلم يوشك أن يكون خير مال الرجل غنم يتبع بها شعف الجبال ومواقع القطر يعني يفر بدينه من الفتن .

“Dan uzlah (kesendirian) lebih baik jika di dalam bergaul terdapat keburukan, adapun jika di dalam bergaul tidak terdapat keburukan, maka bergaul dengan manusia lebih utama, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim, jika ia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabat atas gangguan mereka.” Akan tetapi jika bergaul terdapat bahaya atasmu di dalam agamu, maka selamatkan agamamu, sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan menjadi sebaik-baik harta seseorang adalah kambing, ia mengikutinya ke bukit-bukit pegunungan dan ke tempat-tempat subur, yaitu ia menyelamatkan agamanya dari fitnah godaan.” Lihat kitab Syarah Riyadhush Shalihin, 302.
Syeikh Al Muhaddits Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafizhahullah berkata ketika menjawab pertanyaan;

هل يجوز البداوة في هذا الزمان باعتبار كثرة الفتن؟

“Apakah boleh berdiam di perkampungan di zaman ini dengan anggap banyaknya fitnah godaan?”

الذي يخالط الناس ويصبر على أذاهم أولى ممن يعتزلهم، والفتن التي يكون فيها اعتزال هي ما جاء في الأحاديث والمقصود بها الاقتتال، وأما وجود فتن شهوات وشبهات فيخالط الناس ويحذر من تلك الفتن، ويبين الحق ويحذر من الباطل.

“Seorang yang bergaul dengan manusia dan sabar atas gangguan mereka lebih utama daripada yang menyendiri dari mereka, dan fitnah yang terdapat di dalamnya sikap menyendiri (seperti) apa yang disebutkan di dalam hadits-hadits, maksudnya adalah perperangan, adapun jika terdapat godaan-godaan syahwat dan syubhat, maka hendaklah ia bergaul dengan manusia dan menjauhi fitnah-fitnah tersebut, menjelaskan kebenaran dan memperingatkan yang batil.” Lihat Syarah Abu Daud, Syeikh Al Muhaddits Abdul Muhsin Al ‘Abbad, 24/33. (Asy Syamela)
Disebutkan di dalam kitab AL Mausu’ah Al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah:

   
عَنْ وَاتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ الأَْفْضَل لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَخْتَلِطَ بِالنَّاسِ ، وَيَحْضُرَ جَمَاعَاتِهِمْ وَمَشَاهِدَ الْخَيْرِ وَمَجَالِسَ الْعِلْمِ ، وَأَنْ يَعُودَ مَرِيضَهُمْ ، وَيَحْضُرَ جَنَائِزَهُمْ ، وَيُوَاسِيَ مُحْتَاجَهُمْ ، وَيُرْشِدَ جَاهِلَهُمْ ، وَيَأْمُرَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ ، وَيَدْعُوَ لِلْخَيْرِ ، وَيَنْشُرَ الْحَقَّ وَالْفَضِيلَةَ ، وَيُجَاهِدَ فِي سَبِيل اللَّهِ لإِعْلاَءِ كَلِمَةِ اللَّهِ ، وَإِعْزَازِ دِينِهِ مَعَ قَمْعِ نَفْسِهِ عَنْ إِيذَاءِ الْمُسْلِمِينَ وَالصَّبْرِ عَلَى أَذَاهُمْ . لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى }  وقَوْله تَعَالَى : { كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ }  وقَوْله تَعَالَى : { إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ } .

“Para ulama bersepakat bahwa yang lebih utama bagi seorang muslim adalah bergaul dengan manusia, dan menghadiri perkumpulan-perkumpulan mereka, tempat-tempat baik, majelis-majelis ilmu,  menjenguk yang sakit dari mereka, menghadiri jenazah-jenazah mereka, membantu orang yang membutuhkan dari mereka, memberi arahan kepada orang yang bodoh dari mereka, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang mungkar, berdoa untuk kebaikan, menyebarkan kebenaran dan keutamaan, dan berjihad di jalan Allah untuk mengangkat kalimat Allah, mengagungkan agamanya dengan menahan diri dari menyakiti kaum muslim dan sabar atas gangguan mereka.
Berdasarkan Firman Allah Ta’ala:

{ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى }

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” QS. Al Maidah: 2.

{ كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ }

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar.” QS. Ali Imran: 110.

{ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ }

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”  QS. Ash Shaf: 4.” Lihat kitab Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 23/174.
4.    Cara bergaul yang baik menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah:

” والضابط النافع في أمر الخلطة أن يخالط الناس في خير – كالجمعة والجماعة ، والأعياد والحج ، وتعلم العلم ، والجهاد ، والنصيحة ، ويعتزلهم في الشر وفضول المباحات ، فإن دعت الحاجة إلى خلطتهم في الشر ولم يمكنه اعتزالهم فالحذر الحذر أن يوافقهم ، وليصبر على أذاهم فإنهم لا بد أن يؤذوه إن لم يكن له قوة ولا ناصر ، ولكن أذى يعقبه عز ومحبة له وتعظيم وثناء عليه منهم ومن المؤمنين ومن رب العالمين ، وموافقتهم يعقبها ذل وبغض له ومقت وذم منهم ومن المؤمنين ومن رب العالمين ، فالصبر على أذاهم خير وأحسن عاقبة وأحمد مآلا . وإن دعت الحاجة إلى خلطتهم في فضول المباحات فليجتهد أن يقلب ذلك المجلس طاعة لله ، إن أمكنه ويشجع نفسه ويقوي قلبه ، فإن أعجزته المقادير عن ذلك فليسل قلبه من بينهم كسل الشعرة من العجين . . . ”

“Cara yang baik dalam perkara bergaul, yaitu mengauli manusia di dalam kebaikan, seperti melaksanakan shalat Jumat dan shalat berjamaah, shalat id, menunaikan haji, mengajarkan ilmu, berjihad, memberikan nasehat, dan menyendiri dari mereka di dalam keburukan dan hal-hal mubah yang terlalu berlebihan, jika ada kebutuhan untuk bergaul dengan mereka di dalam keburukan dan tidak mungkin menjauhi mereka, maka berhati-hatilah dari sikap menyamai mereka dan bersabarlah atas gangguan dari mereka, karena mereka pasti akan menyakitinya,  jika ia tidak mempunyai kekuatan dan penolong. Akan tetapi ia adalah gangguan yang diakhiri dengan kemenangan, kecintaan untuknya, pengagungan dan pujian untuknya dari kaum beriman dan dari Rabb semesta alam, sedangkan menyamai mereka akan diakhiri dengan khinaaan dan kemurkaan untuknya, dan kemarahan serta celaan dari mereka dan kaum beriman dan dari rabb semesta alam. Jadi, sabar atas gangguan mereka lebih baik dan lebih bagus akibatnya serta lebih terpuji pada akhirnya. Dan jika dibutuhkan untuk bergaul dengan mereka dalam hal-hal yang mubah yang terlalui berlebihan, maka bersungguh-sungguhlah ia untuk merubah majelis itu menjadi ketaatan kepada Allah, jika memungkinkan untuknya dan berani serta kuat hatinya, dan jika ia tidak sanggup akan hal itu, hendaklah ia menghibur hatinya ketika berada di antara mereka sebagaimana diambilnya rambut dari adonan.” Lihat kitab Madarij As Salikin, 1/445-456.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Ahad, 8 Rabiul Awwal 1434H, Dammam KSA

Post Comment