بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Saudaraku seiman…
Dibawah ini terdapat nasehat untuk Para Pencinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;
1. Bersyukur atas petunjuk dari Allah Ta’ala untuk mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
Saudaraku seiman…kenapa harus bersyukur atas hal itu?
Coba perhatikan 2 hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ».
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak beriman salah satu dari kalian, sehingga aku ia lebih cintai daripada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia.” HR. Muslim
Maksud dari “Tidak beriman salah satu dari kalian”
Syeikh Ismail bin Muhammad Al Anshary (wafat 1417H) rahimahullah:
لا يؤمن أحدكم : الإيمان الكامل ، الذي وعد الله أهله بدخول الجنة ، والنجاة من النار.
“Tidak beriman salah satu dari kalian”, maksudnya adalah keimanan yang sempurna, yang Allah telah menjanjikan pelakunya masuk ke dalam surga dan selamat dari neraka.” Lihat kitab At Tuhfat Arbbaniyyah Fi Syarh Al Arba’in, dalam penjelasan hadits di atas.
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هِشَامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « لاَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ » . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « الآنَ يَا عُمَرُ » .
Artinya: “Abdullah bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lagi menggandeng Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, lalu Umar berkata kepada beliau: “Wahai Rasulullah, sungguh kamu adalah seorang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku.” Maka, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku kamu lebih cintai dibandingkan dirimu.” Lalau umar berkata kepada beliau: “Sesungguhnya sekarang, demi Allah, kamu adalah seorang yang paling aku cintai (bahkan) dari diriku”, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar” HR. Bukhari.
Ibnu Hajar Al ‘Asqalany rahimahullah menjelaskan maksud dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “Sekarang wahai Umar”:
أي الان عرفت فنطقت بما يجب
“Sekarang, kamu telah mengetahui maka akhirnya kamu berbicara dengan yang wajib (dikatakan).” Lihat kitab fath Al Bary, 11/528 (asy Syamela).
Suadaraku seiman…
Dari dua hadits ini, kita dapat mengambil pelajaran; bahwa salah satu nikmat Allah terbesar adalah seseorang diberi petunjuk untuk mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena dengan mencintai beliau kita berarti mendapatkan keimanan yang wajib sempurna, yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala, pelakunya berhak masuk ke dalam surga dan selamat dari ancaman siksa neraka. Dan sungguh, demi Allah, itulah kesuksesan hakiki bagi seorang manusia.
2. Berdoa agar selalu dalam kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai ajal menjemput
Saudaraku seiman…kenapa harus berdoa demikian?
Karena seorang tidak mengetahui akhir hayatnya, akan diakhiri dengan apa?, apakah dengan keimanan atau kekafiran dan maksiat?!
Oleh sebab itu kita disyariatkan banyak-banyak berdoa untuk minta keteguhan hati dalam keimanan dan salah satu bentuk keimanan adalah mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Coba perhatikan 2 hadits berikut:
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ ».
Artinya: “Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma menceritakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hati-hati anak manusia seluruhnya diantara dua jemari dari jari jemarinya Allah Yang Maha Pengasih, laksana satu hati, Ia membolak baliknya sekehendaknya”, kemudia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Allah, Yang membalikkan hati-hati, balikkanlah hati-hati kami di atas ketaatanmu.” HR. Muslim
عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ « يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ ». قَالَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا قَالَ فَقَالَ « نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا ».
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak untuk berdoa mengucapkan:
« يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Wahai Yang membolak-balikkan hati-hati (manusia), tetapkanlah hatiku atas agamamu.” HR. Ahmad dan Tirmidzi.
Saudaraku seiman…penyebab yang mengakibatkan kita berdoa agar selalu mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai ajal menjemput adalah:
– Seorang yang mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam agar bersama beliau di akhirat, yaitu di dalam surga dan ini yang sangat disenangi dan diinginkan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum
عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – عَنِ السَّاعَةِ ، فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ « وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا » . قَالَ لاَ شَىْءَ إِلاَّ أَنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ – صلى الله عليه وسلم – . فَقَالَ « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ .
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seseorang pernah bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hari kiamat”, beliau bersabda: “Dan, apa yang kamu sudah persiapkan untuknya?”, orang tersebut menjawab: “Tidak ada apapun, melainkan akun sungguh mencintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam”, lalu beliau bersabda: “Kamu bersama yang kamu cintai”. Anas bin malik radhiyallahu berkata: “Kami tidak pernah sgembira dengan sesuatupun seperti kegembiraan kami dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam “Kamu bersam yang kamu cintai”, anas berkata: “Maka aku mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar, dan berharap akau bersama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka, meskpun aku tidak berbuat seperti perbuatan mereka.” HR. Bukhari
– Seorang yang mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan mendapat manisnya iman
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ ».
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga perkara, siapa yang terdapat di dalam dirinya tiga perkara tersebut niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada keduanya, seseorang yang mencintai orang lain, ia tidak mencintai kecuali karena Allah dan membenci untuk kembali kepada kafiran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia membenci untuk diceburkan ke dalam neraka.” HR. Muslim.
– Seorang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat dirindukan oleh beliau
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَتَى الْمَقْبُرَةَ فَقَالَ « السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا ». قَالُوا أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أَنْتُمْ أَصْحَابِى وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan beliau bersabda:
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ
“Semoga keselamatan atas kalian, wahai kaum beriman, dan sungguh kami dengan kehendak Allah akan menyusul kalian, aku rindu melihat kawan-kawan kita”, para shahabat berkata: “Bukankah kami adalah kawan-kawanmu, wahai Rasulullah?”, beliau menjawab: “Kalian adalah para shahabatku dan kawan-kawan kita adalah orang-orang yang belum datang.” HR. Muslim.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَدِدْتُ أَنِّى لَقِيتُ إِخْوَانِى ». قَالَ فَقَالَ أَصْحَابُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلَيْسَ نَحْنُ إِخْوَانَكَ قَالَ « أَنْتُمْ أَصْحَابِى وَلَكِنْ إِخْوَانِى الَّذِينَ آمَنُوا بِى وَلَمْ يَرَوْنِى ».
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku rindu ingin bertemu dengan kawan-kawanku|”, para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum berkata: “Bukankah kami kawan-kawanmu?”, beliau bersabda menajwab: “Kalian adalah para shahabatku, tetapi kawan-kawanku adalah orang-orang yang telah beriman kepadaku dan belum bertemu denganku.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani.
عَنْ أبي سعيد قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: طوبى لمن رآني و آمن بي ثم طوبى ثم طوبى ثم طوبى لمن آمن بي و لم يرني .
Artinya: “Abu Sa’id Al Khudry radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh kebaikan untuk seorang yang telah melihatku dan beriman kepadaku, kemudian sungguh kebaikan, kebaikan dan kebaikan kemudian untuk seorang yang telah beriman kepadaku dan belum melihatku.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, 3923.
عَنْ أبي أمامة قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: طوبى لمن رآني و آمن بي مرة و طوبى لمن لم يرني و آمن بي سبع مرات
Artinya: “Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh kebaikan untuk seorang yang telah melihatku dan beriman kepadaku (beliu mengucapkan) sebanyak satu kali, kemudian sungguh kebaikan kemudian untuk seorang yang telah beriman kepadaku dan belum melihatku, (beliau mengucapkan) sebanyak tujuh kali.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, 3924.
3. Ciri Dominan dan Konsekwensi mencintai Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam
Saudaraku seiman…
Seorang yang mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memliki tanda dan karakter yang sangat khas dalam diri mereka dan itu semua adalah konsekwensi dari kecintaannya, berikut tanda tersebut:
– Beriman dengan yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan meninggalkan seluruh ajaran selain ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِى أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِىٌّ وَلاَ نَصْرَانِىٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun dari umat ini, baik seorang yahudi atau Nasrani, lalu ia mati dan tidak beriman dengan yang aku diutus dengannya, melainkan ia adalah penghuni neraka.” HR. muslim.
– Lebih mendahulukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari siapapun dari para makhluk dan apapun
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ } [الحجرات: 1]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Hujurat: 1.
– Menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam satu-satu manusia yang paling patutn untuk dijadikan teladan, baik dalam akidah, ibadah, mu’amalah dan tingkahlaku
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا} [الأحزاب: 21]
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” QS. Al Ahzab: 21.
– Mentaati perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi dan menjauhi larangannya.
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا } [الحشر: 7]
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” QS. Al Hasyr: 7.
{ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ} [الأنفال: 24]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan.” QS. Al Anfa: 24.
– Tidak menyelisihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik perkataan atau perbuatan dan menerima keputusan beliau
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
Artinya: “maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” QS. An Nur: 63.
{فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } [النساء: 65]
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” QS. An NIsa’: 65.
4. Para shahabat radhiyallahu ‘anhum adalah orang-orang yang paling mencintai Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam dibandingkan manusia sebelum atau sesudah mereka.
Saudaraku seiman…harus kita akui dan yakini bahwa dalam perihal kecintaan kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ada yang menandingi para shahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, baik orang sebelum mereka atau setelah mereka.
Mari perhatikan beberapa riwayat berikut:
عن عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَهُوَ فِى سِيَاقَةِ الْمَوْتِ. يَقُولُ : وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ
Artinya: “Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu ketika dalam keadaan sekarat berkata: “Tidak ada seorangpun yang paling aku cintai daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan (tidak ada seorangpun) yang paling aku hormati dalam pandanganku daripada beliau, aku tidak sanggup untuk menatap leluasa dengan kedua mataku kepada beliau karena penghormatanku kepadanya, jika aku ditanya untuk mensifat beliau, mak aku tidak bisa, karena kedua mataku tidak pernah leluasa memandang kepada beliau.” HR. Muslim.
عن عُرْوَةُ, أنه قَالَ : أَىْ قَوْمِ ، وَاللَّهِ لَقَدْ وَفَدْتُ عَلَى الْمُلُوكِ ، وَوَفَدْتُ عَلَى قَيْصَرَ وَكِسْرَى وَالنَّجَاشِىِّ وَاللَّهِ إِنْ رَأَيْتُ مَلِكًا قَطُّ ، يُعَظِّمُهُ أَصْحَابُهُ مَا يُعَظِّمُ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – مُحَمَّدًا ، وَاللَّهِ إِنْ تَنَخَّمَ نُخَامَةً إِلاَّ وَقَعَتْ فِى كَفِّ رَجُلٍ مِنْهُمْ ، فَدَلَكَ بِهَا وَجْهَهُ وَجِلْدَهُ ، وَإِذَا أَمَرَهُمُ ابْتَدَرُوا أَمْرَهُ وَإِذَا تَوَضَّأَ كَادُوا يَقْتَتِلُونَ عَلَى وَضُوئِهِ ، وَإِذَا تَكَلَّمَ خَفَضُوا أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَهُ ، وَمَا يُحِدُّونَ إِلَيْهِ النَّظَرَ تَعْظِيمًا لَهُ ،
Artinya: “Urwah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata kepada kaum kafir Quraisy: “Wahai kaum, demi Allah, sungguh aku telah menemui para raja, aku pernah menemui Kaisar, Kisra dan Najasyi, demi Allah, aku tidak pernah sama sekali melihat seorang rajapun, yang para pengikutnya mengagungkannya sebagaimana para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengagungkan Muhammad, demi Allah, tidaklah beliau meludah kecuali ludah itu ditelapak tangan salah satu diantara mereka (para shahabat), lalu dengan ludah tersebut ia mengusap wajah dan tubuhnya. Dan jika beliau perintahkan mereka maka langsung bergegas mereka kerjakan perintah beliau tersebut. Jika beliau berwudhu-‘ mereka hampir-hampir saling membunuh agar bisa berwudhu-‘ dari bekas air wudhu-‘ beliau. Jika berbicara, mereka merendahkan suara dihadapan beliau. Dan mereka tidak memandang beliau dengan leluasa karena penghormatan kepada beliau”. HR. Bukhari.
Saudara seiman…
Tidak akan pernah ada yang menandingi Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Anas bin Nadhar, Abur Dujanah dan lainnya dari para shahabat radhiyallahu ‘anhum dalam perihal kecintaan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan harta, keluarga bahkan nyawa.
5. Tidak benar, bahwa bukti cinta atau cara mengekspresikan cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan memperingati hari kelahiran (maulid) beliau.
Saudaraku seiman… kenapa tidak benar? Jawabannya:
A. Memperingati maulid Rasulullah adalah perbuatan bid’ah, mengada-ada di dalam agama, tidak pernah dikerjakan, perintahkan, disetujui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal beliau mampu mengerjakannya selama hidup beliau dan tidak ada yang menghalangi beliau mengerjakannya, tetapi sampai akhir hayat, beliau tidak melakukannya, menunjukkan hal ini tidak disyariatkan dalam Islam, yang apabila dikerjakan di zaman sekarang, maka disebut perbuatan bid’ah atau mengada-ada di dalam agama.
Dan perbuatan bid’ah dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau anggap sesat,
وَإِيَّاكُمْ وَالأُمُورَ الْمُحْدَثَاتِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
Artinya: “Jauhilah perkara-perkara yang mengada-ada, karena sesungguhnya setiap bid’ah adalah sesat.” HR. Abu Daud
Dan barangsiapa yang melakukan bid’ah berarti telah menyelsihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berarti pula tidak menunjukkan kecintaan kepada Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam, karena seorang yang mencintai sangatlah taat kepada seorang yang ia cintai.
لو كان حبك صادقاً لأطعته إن المحب لمن يحب مطيع
“Jikalau kecintaanmu benar maka sungguh anda akan menta’atinya”
“Sesungguhnya orang yang mencintai taat terhadap orang yang dicintai”
B. Karena para shahabat radhiyallahu ‘anhum, orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mereka adalah teladan dalam kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorangpun sebelum atau sesudah mereka yang lebih mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibandingkan para shahabat radhiyallahu ‘anhum.
Dan para shahabat radhiyallah ‘anhum tidak pernah mengerjakannya, memerintahkan, menyetujui peringatan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kalau seandainya memperingati maulid nabi adalah termasuk kecintaan niscaya dan pasti para shahabat radhiyallahu ‘anhum akan memperingatinya terlebih dahulu dari pada kita, karena mereka adalah kaum yang sangat mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibandingkan yang kaum lainnya.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
وَأَمَّا أَهْلُ السنَّة وَالْجَمَاعَةِ فَيَقُولُونَ فِي كُلِّ فعل وقول لم يثبت عن الصحابة رَّضِيَ الله عَنْهُمْ: هُوَ بِدْعَةٌ، لِأَنَّهُ لَوْ كَانَ خَيْرًا لَسَبَقُونَا إِلَيْهِ لِأَنَّهُمْ لَمْ يَتْرُكُوا خَصْلَةً مِنْ خِصَالِ الخير إلاّ وقد بادروا إليها
“Adapun ahlu Sunnah wal jamaah mereka mengatakan dalam setiap perbuatan dan perkataan yang tidak tetap riwayatnya dari para shahabat, ia adalah perkara bid’ah, karena jikalau perkara itu baik, niscaya mereka akan lebih dahulu melakukannya, karena mereka tidak meninggalkan sebuah perkara dari perkara-perkara yang baik keculai mereka telah bersegera melakukannya.” Lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam surat Al Ahqaf, ayat 11.
C. Seorang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang selalu mengingat beliau setiap saat, dimanapun, dalam keadaan bagaimanapun, bukan hanya pada tanggal 12 Rabiul Awwal saja.
من أحب شيئاً أكثر من ذكره
“Barangsiapa yang mencintai sesuatu, niscaya aia akan banyak mengingatnya”
6. Jangan mencela atau menuduh seorang yang tidak memperingati maulid, dengan mengucapkan: “Anda tidak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”
Sauadarku seiman…kenapa tidak boleh mencela demikian?
Karena berarti orang tersebut sudah dituduh tidak mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang berarti ia tidak memiliki keimanan yang wajib yang sempurna, yang berarti pula orang tersebut dituduh tidak masuk surga dan berhak masuk neraka, sungguh tuduhan yang keji!! Padahal tidaklah orang tersebut berlepas diri dari peringatan maulid dan tidak mau mengerjakannya kecuali karena meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum dan itu adalah BUKTI CINTANYA KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM.!!!
Ditulis oleh ahmad Zainuddin
Rabu, 11 Rabiul Awwal 1434H, Dammam KSA.
Silahkan simak dan download video
Cintai Nabimu Shallallahu ‘alaihi wasallam
dan MP3 kajian yang berkaitan dengan tulisan di atas:
1. Alasan yang dibuat-buat untuk memperingati maulid
2. Islam sempurna tidak perlu tambahan (bantahan terhadap maulid)
3. Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
4. Membantah dalil dan alasan yang memperbolehkan maulid
5. Nasehat bagi yang memperingati maulid
6. Nasehat Untuk Para Pencinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, bag 01
7. Nasehat Untuk Para Pencinta Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, bag 02