بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku seiman…
Tanyakan saja kepada para pendusta, pembohong, tukang ngibul, tukang tidak jujur dan seluruh orang seprofesi dengannya!!
Bagaimana rasanya keresehan, kegelisahan, ketidak nyamanan dan ketidak tenangan menghampiri mereka?!
Bagaimana rasanya sembunyi-sembunyi, ngumpet-ngumpet dari orang lain akibat dustanya?!
Bagaimana rasanya berpura-pura dan tidak menjadi diri sendiri akibat kebohongan yang ia lakukan?!
Bahkan terkadang setiap ada teriakan, ia mengira bahwa teriakan itu untuk dirinya, persis sekali dengan sifat seorang munafik yang disebutkan di dalam Al Quran:
{ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ } [المنافقون: 4]
Artinya: “Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.” QS. Al Munafiqun; 4.
Sungguh hidup yang tidak nyaman dan tentram!
Dan sangat berbeda dengan seorang yang jujur, hidup penuh ketenangan, tidak dikejar-dikejar, tidak berpura-pura, apa adanya. Ini semua diambilkan dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ »
Artinya: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu, KARENA SESUNGGUHNYA KEJUJURAN ADALAH KETENANGAN DAN SESUNGGUHNYA DUSTA ADALAH KEGELISAHAN.” HR. Tirmidzi.
Sobatku ketauhilah…!
Termasuk kebohongan dan dusta adalah:
Selalu menampak-nampakkan amalan karena takut dikatakan malas beramal
Selalu berpura-pura berani menilai buruk sesama muslim terutama ahli sunnah, sok ahli dalam menilai si fulan begini si ‘allan begono, padahal karena takut ditinggalkan jamaahnya, atau takut dianggap lembek dalam berdakwah.
Selalu berpura-pura menjadi seorang alim dalam perihal agama karena takut dikatai bodoh
Selalu berpura-pura jadi orang kaya karena takut dikatai miskin
Sok parlente tetapi banyak hutang.
Kata anak muda zaman sekarang “hadeeeeuh capek deeeh”, tapi kalau kita lebih baik mengatakan: wallahul musta’aan (hanya Allah tempat meminta perlindungan).
coba perhatikan hadits di bawah ini dan bandingkan dengan sikap-sikap di atas maka Anda akan dapatkan kesamaan dari segala sisinya.
« الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ كَلاَبِسِ ثَوْبَىْ زُورٍ »
Artinya: “Seorang yang bergaya dengan sesuatu yang ia tidak miliki seperti pemakai dua pakaian palsu.” HR. Bukhari dan Muslim.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Kamis, 1 Jumadal Ula 1434H, Dammam KSA.