Pernahkah mendengar tentang manusia super?
Mempunyai kekuatan di luar batas?
Mampu terbang, berlari sangat cepat, berkekuatan baja dan berotot besi?
Mari kita kupas beberapa manusia super ditinjau dari Al Quran dan Hadits:
1. SEORANG MAMPU MENAHAN AMARAH MESKIPUN IA MAMPU MELAMPIASKANNYA:
(وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ) [آل عمران:133، 134].
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” QS. Ali Imran: 133-134
عن معاذ بن أنس، رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوسِ الْخَلَائِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُورِ شَاءَ “. أخرجه أحمد (15637) والترمذي (2021) وقال حسن غريب، وأبو داود (4777) وابن ماجة (4186)
Artinya: “Mu’adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, nisacaya Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan para makhluk sampai dipilihkan untuknya dari bidadari yang ia kehendaki.” HR. Ahmad (15637), At Tirmidzi (2021) ia berkata: “Hasan Gharib”, Abu Daud (4777) dan Ibnu Majah (4186).
عن أبي هريرة رضي الله عنه، أن رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: ” لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرْعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ. رواه البخاري (5763)، ومسلم (2609).
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah orang yang kuat yang (menang) bergulat, sesungguhnya yang kuat adalah seorang yang mampu menahan dirinya tatkala marah.” HR. Bukhari (5763) dan Muslim (2609).
2. SEORANG MAMPU MENGAKUI KESALAHAN DAN KEMBALI KEPADA KEBENARAN MESKIPUN IA ORANG TERPANDANG.
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya: “Keduanya berkata: “Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” QS. Al A’raf: 23.
ayat ini menceritakan pengakuan Nabi Adam akan kesalahan beliau dan kembalinya beliau kepada Allah.
وقال عمر بن الخطاب في رسالته إلى أبي موسى الأشعري في القضاء وآدابه :” لا يمنعك قضاء قضيته بالأمس راجعت فيه نفسك وهديت فيه لرشدك أن تراجع الحق فإن الحق قديم وإن الحق لا يبطله شيء ومراجعة الحق خير من التمادي في الباطل”.
Artinya: “Umar bin Khaththab di dalam suratnya kepada Abu Musa Al Asy’ari di dalam keputusannya berkata: “Janganlah keputusan yang telah engkau putuskan kemarin, lalu dirimu mengoreksinya dan kamu telah diberikan petunjuk kepada kesadaranmu, hal itu menahanmu untuk kembali kepada kebenaran, sesungguhnya kebenaran itu abadi dan sesungguhnya kebenaran tidak ada sesuatu pun yang membatalkannya dan KEMBALI KEPADA KEBENARAN LEBIH BAIK DARIPADA TERUS MENERUS DI DALAM KEBATILAN.”
3. SEORANG MAMPU MENERIMA NASEHAT MESKIPUN PAHIT DAN MESKIPUN DARI SEORANG YANG DIANGGAP BAWAHAN
﴿ وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ﴾ [البقرة: 206]
Artinya: “Dan jika dikatakan kepadanya takutlah kepada Allah, niscaya tumbuh darinya kesombongan untuk melakukan dosa.” QS. Al Baqarah: 206.
يقول عبدُ الله بن مسعود – رضي الله عنه -: “كفَى بالمرء إثمًا أن يقول له أخوه: اتَّقِ الله. فيقولُ: عليك بنفسِك، مثلُك يُوصِيني!”.
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Cukup seseorang dikatakan sebagai orang yang berdosa, saudaranya menasehatinya: “Takutlah kepada Allah”, malah ia menjawab: “Urus dirimu sendiri, (tidak pantas) seperti dirimu menasehatiku.”
قال الإمام الشافعي – رحمه الله تعالى -: “ما نصحتُ أحدًا فقبِلَ مني إلا هِبتُه واعتقدتُّ مودَّتَه، ولا ردَّ أحدٌ عليَّ النصحَ إلا سقطَ من عيني، ورفضتُه”.
Artinya: “Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Tidaklah aku menasehati seseorang lalu ia menerimanya dariku melainkan aku akan menghargainya dan sangat mencintainya, dan tidaklah seseorang menolak nasehatku melainkan jatuh dirinya dari kedua mataku (tidak menghargainya) dan aku membencinya.”
ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Mekkah, Senin, 12 Rabiul Awwal 1436H