Targhib Wa Tarhib

Mengingat Keutamaan Menjaga Lisan – Tips Menjaga Lisan (bag. 04)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Tips selanjutnya menjaga lisan adalah:

4. Mengingat Keutamaan Menjaga Lisan

Ketika membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَمَتَ نَجَا ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diam niscaya ia selamat.” HR. Tirmidzi.

Terbetik di dalam hati, kenapa begitu luar biasa keutamaan menjaga lisan, apa hubungan menjaga lisan dengan kesuksesan dunia dan akhirat? Sebegitunyakah keutamaan menjaga lisan?, ternyata, setelah membaca hadits dan perkataan para ulama di bawah ini, baru benar-benar paham dan semakin yakin kenapa menjaga lisan benar-benar mendatangkan kebaikan dan keutamaan luar biasa.

Mari kita perhatikan hadits dan perkataan ulama tersebut;

1. Berkata baik berarti bersedekah

عَنْ أَبُي هُرَيْرَةَ قال رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dan perkataan yang baik adalah sedekah.” HR. Muslim.

2. Tanda orang beriman kepada Allah dan hari Akhir adalah berkata baik atau diam jika tidak mampu berkata baik

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam.” HR. Bukhari dan Muslim.

3. Tanda muslim yang paling baik adalah menjaga lisan

عَنْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الْمُسْلِمِينَ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguguhnya pernah seorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Muslim manakah yang paling baik?”, beliau bersabda: “Barangsiapa yang kaum muslim selamat dari lisan dan tangannya.” HR. Muslim.

4. Dijamin surga bagi siapa yang menjaga lisan

 عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ يَضْمَنْ لِى مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ » .

Artinya: “Sahal bin Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga.” HR. Bukhari.

5. Satu kalimat yang baik akan mengangkat derajat di sisi Allah Ta’ala

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar berkata dengan sebuah keridhaan Allah yang ia tidak terlalu perhatikan, maka Allah akan mengangkat dengannya beberapa derajat.” HR. Bukhari.

6. Menjaga lisan akan mendatangkan keselamatan

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ « أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ ».

Artinya: “Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah berkata: “Wahai Rasulullah, pada apakah keselamatan?”, beliau bersabda: “Jagalah lisanmu, diamlah di rumahmu dan tangisilah kesalahanmu.” HR. Tirmidzi.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَمَتَ نَجَا ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang diam niscaya ia selamat.” HR. Tirmidzi.

7. Kelurusan seluruh anggota tubuh sesuai kelurusan dalam menjaga lisan

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رَفَعَهُ قَالَ « إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا ».

Artinya: “Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan secara marfu’ berkata: “Jika ana manusia masujk waktu pagi, maka seluruh anggota mengadu kepada lisan, mereka berkata: “Takwalah kepada Allah dalam perihal kami, karena sesungguhnya kami bersamamu, maka jika kamu lurus niscaya kami lurus dan jika kamu bengkok kami akan bengkok.” HR. Tirmidzi.

8. Dengan menjaga lisan dan berkata baik keuntungan besar menanti

عن خالد بن أبي عمران، أن النبي – صلى الله عليه وسلم – : أمسك لسانه طويلا ثم قال: “رحم الله عبداً قال خيراً فغنم، أو سكت عن سوء فسلم”

Artinya: “Khlaid bin Abi ‘Imran meriwayatkan bahw Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “beliau memegang lisannya dalam waktu yang lama, kemudian beliau bersabda: “Semoga Allah merahmati seorang hamba, yang telah berkata benar maka ia akan mendapatkan keberuntungan yang besar atau diam dari keburukan maka ia akan selamat.” HR. Ibnu Al Mubarak di dalam kitab Az Zuhd.

عن اسماعيل بن مسلم قال: قال ابن عباس – رضي الله عنه – : “يا لسان قل خيراً تغنم، أو اسكت عن شر تسلم”

 “Ismail bin Muslim berkata: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Wahai Lisan, berkatalah benar maka ia akan mendapatkan keberuntungan yang besar atau diam dari keburukan maka ia akan selamat.”  HR. Ibnu Al Mubarak, no. 370, Ahmad, hal. 189 dan Abu Nu’aim, 1/327-328.

9. Menjaga lisan adalah amalan yang memasukkan ke dalam surga

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ , قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – , فقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! عَلِّمْنِي عَمَلًا يُدْخِلُنِي الجنة؟ قال: ((لئن كنت أقصرت الخطبة؛ لقد أعرضت المسئلة: أعتق النَّسَمَةَ , وفُكَّ الرقبة)) , قال: أليستا واحدة؟! قَالَ: ((لَا؛ عِتْقُ النَّسَمَةِ: أَنْ تَفَرَّدَ بِعِتْقِهَا , وفكُّ الرَّقَبَةِ: أَنْ تُعْطِي فِي ثَمَنِهَا. وَالْمِنْحَةُ الوَكوفُ , وَالْفَيْءُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الْقَاطِعِ , فَإِنْ لم تطقْ ذلك فأطعم الجائع واسقِ الظمآن وأمُر بِالْمَعْرُوفِ وانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ فَإِنْ لَمْ تُطقْ ذلك فَكُفَّ لسانَكَ إلا من خير))

Artinya: “Al Bara bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Pernah datang seorang A’rabi (arab dari kampung) menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ajarkanlah  sebuah amalan yang memasukkanku ke dalam surga?”, beliau bersabda: “Jika lamu telah memedekkan khothbah maka kamu telah mendatangkan masalah, merdekakan budak dan bukakan perbudakan”, orang tersebut menajwab: “bukankah keduanya sama?!”, beliau bersabda: “Tidak, merdekakan budak adalah kamu sendiri memerdekakannya, dan bukan perbudakan adalah kamu memberikan harga untuk memerdekakannya,” lalu beliau bersabda: “jika kamu tidak sanggup akan hal tersebut, maka berilah makan seorang yang lapar dan berilah minum seorang yang haus, perintahkanlah kepada yang ma’ruf dan cergahlah yang mugkr, jika tidak sanggup akan hal tersebut, maka jagalah lisanmu kecuali dari kebaikan.” HR. Ibnu Hibban.

10. Tanda seorang yang berakal dalah menjaga lisan

عن وهب بن مُنبه قال في حكمة آل داود: حق على العاقل أن يكون عارفاً بزمانه حافظاً للسانه مقبلاً على شانِه.

 “Wah bin Munabbih berkata: “Di dalam hikmah keluarga Daud disebutkan: “Wajib bagi seorang yang berakal, untuk mengetahui zamannya, menjaga lisannya dan menggapai citanya.” Diriiwayatkan oelh Ibnu Abi Ad Dunya di dalam kitab Ash Shamt, no. 31.

11. Diam dan menjaga lisan adalah laksana emas

عن الأوزاعي قال: قال سليمان بن داود عليهما السلام: إن كان الكلام من فضة فالصمت من ذهب.

 “Al ‘Auza’i berkata: “Sulaiman bin Daud ‘alaihimassalam berkata: “Jika berbicara itu adalah perak maka dia itu adalah emas.” Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir di dalam kitab Tarikh, 38.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Selasa, 2 Sya’ban 1434H, Dammam KSA.

Post Comment