بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Semakin tahu berkahnya Ramadhan, semakin bersemangat untuk mendapatkannya…
Tetapi sekali lagi…kemampuan terbatas dan semangat naik turun…
Semoga dengan beberapa kiat sambungan di bawah ini kita bisa “MENJADI MUSLIM CERDAS DI DALAM RAMADHAN BULAN PENUH BERKAH”, bag.02.
Sehingga meskipun kemampuan terbatas dan semangat naik turun tetap mendapatkan berkahnya Ramadhan, dan kalau bisa 100%!!!
{mp3}MenjadiMukminyangCerdasRamadhan_2{/mp3}
3. Mengenal dengan baik bahwa tujuan puasa adalah agar kita bertakwa
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 183]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”QS Al Baqarah: 183.
Jika menahan makan dan minum serta yang halal lainnya karena berpuasa, tetapi tidak menahan mata, telinga dan mulut serta anggota lainnya dari hal lainnya dari hal yang diharamkan, maka tidak ada nilai dari puasa.
Puasa tidak bertakwa = Puasa hanya dapat lapar dan haus = serendah-rendahnya puasa.
Puasa tidak menahan dosa mata, dosa telinga, dosa mulut dan anggota lainnya = puasa hanya dapat lapar dan dahaga.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak seorang yang berpuasa bagiannya dari puasanya hanya lapar dan dahaga, dan berapa banyak seorang yang beribadah di malam bagiannya dari puasanya hanya begadang.” HR. Ahmad.
عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah berpuasa dari menahan dari makan dan minum, sesungguhnya berpuasa menahan sikap sia-sia dan rafats (perkataan dan perbuatan keji, porno, kotor yang berhubungan dengan syahwat lelaki kepada perempuan dan sebaliknya-pent), jika ada seorang yang mencelamu atau berbuat semena-mena kepadamu, maka katakanlah: “Sesungguhnya saya seorang yang berpuasa, sesungguhnya saya seorang yang berpuasa.” HR. Ibnu Khuzaimah.
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:
قال بعض السلف:((أهون الصيام:ترك الطعام، والشراب))
Artinya: “Berkata sebagian ulama salaf (terdahulu): Serendah-rendahnya puasa adalah meninggalkan makan dan minum.”
وقال جابر – رضي الله عنه – :((إذا صمت فليصم سمعك، وبصرك، ولسانك، عن الكذب، والمحارم، ودع أذى الجار، وليكن عليك وقار وسكينة يوم صومك، ولا تجعل يوم صومك ويوم فطرك سواء))
Berkata Jabir radhiyallahu ‘anhu: “Jika Anda berpuasa maka berpuasalah pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta atau perkara-perkara yang diharamkan, janganlah menyakiti tetangga, dan berlakulah penuh ketenangan dan wibawa pada hari puasamu dan JANGAN JADIKAN HARI PUASAMU SAMA DENGAN HARI BERBUKAMU.” Lihat kitab Lathaif Al Ma’arif, ha. 292.
Apa rahasianya sehingga puasa tetapi tidak takwa = puasa hanya dapat lapar dan dahaga saja?!?
Mari perhatikan perkataan Ibnu Rajab rahimahullah:
((وسرُّ هذا أن التقرّب إلى الله تعالى بترك المباحات لايكمل إلا بعد التقرب إليه بترك المحرمات،فمن ارتكب المحرّمات ثم تقرّب بترك المباحات كان بمثابة من يترك الفرائض ويتقرّب بالنوافل))
Artinya: “Dan rahasia ini adalah, bahwa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan tidak sempurna kecuali setelah mendekatkan diri kepadanya dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka barangsiapa mengerjakan hal-hal yang diharamkan kemudian mendekatkan diri dengan meninggalkan hal-hal yang diperbolehkan, maka ini seperti seorang yang meninggalkan hal-hal yang diwajibkan tetapi mengerjakan hal-hal yang sunnah.” Lihat kitab Lathaif Al Ma’arif, hal. 292.
4. Mengilmui fikih Beribadah di dalam Ramadhan.
DI BAWAH INI AKAN DISEBUTKAN BEBERAPA POIN TENTANG FIKIH BERIBADAH AGAR IBADAH LEBIH BERMAKNA DAN TENTUNYA LEBIH BERPAHALA DEMI MERAIH BERKAHNYA RAMADHAN!
– Beribadahlah sesuai dengan sunnah, karena yang tidak sesuai sunnah pasti ditolak!
عن عَائِشَة أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ».
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengamalkan amalan tidak ada contohnya dari kami maka amalannya tertolak.” HR. Muslim.
– Dahulukan yang wajib sebelum yang sunnah
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ »
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala: “Barangsiapa yang memusuhi wali-wali-Ku maka Aku umumkan peperangan dengannya dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai dibandingkan apa yang telah Aku wajibkan atas mereka, dan masih saja hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sampai Aku mencintainya.” HR. Bukhari
– Ukur kemampuan, jangan ngoyo, yang penting until the end
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَتْ عِنْدِى امْرَأَةٌ مِنْ بَنِى أَسَدٍ فَدَخَلَ عَلَىَّ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « مَنْ هَذِهِ » . قُلْتُ فُلاَنَةُ لاَ تَنَامُ بِاللَّيْلِ . فَذُكِرَ مِنْ صَلاَتِهَا فَقَالَ « مَهْ عَلَيْكُمْ مَا تُطِيقُونَ مِنَ الأَعْمَالِ ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا » .
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha bercerita: “Pernah suatu ketika ada seorang wanita dari Bani Asad di tempatku, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menemuiku, beliau bertanya: “Siapakah ini?”, aku menjawab: “Si Fulanah, ia tidak tidur di malam hari”, Aisyah menceritakan tentang perihal shalatnya perempuan, beliau bersabda: “Lalu kenapa?, hendaknya kalian berbuat apa yang kalian mampui, karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan.” HR. Bukhari.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَدِّدُوا وَقَارِبُوا ، وَاعْلَمُوا أَنْ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدَكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَأَنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ أَدْوَمُهَا إِلَى اللَّهِ ، وَإِنْ قَلَّ »
Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Berusahalah berbuat benar dan mendekat kepada kebenaran, dan ketauhilah bahwa amalan kalian tidak akan memasukkan kalian ke dalam surga, dan ketauhilah sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang selalu dikerjakan terus menerus, meskipun sedikit.” HR. Bukhari.
عن سهلِ بنِ سعدٍ ، عنِ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – قال« وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ »
Artinya: “Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya amalan-amalan sesuai dengan akhirnya.” HR. Bukhari.
– Perhatikan Kwalitas disamping kwantitas
عنْ عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا : أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم قَالَ : إِنَّ الله يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ.
Diriwayatkan Ali bin Abi Thalib (w:40H) radhiyallahu‘anhu berkata:
كونوا لقبول العمل أشد اهتماما منكم بالعمل ألم تسمعوا الله عز و جل يقول : { إنما يتقبل الله من المتقين }
“Bersikaplah untuk diterimanya amal lebih perhatian dibandingkan beramal, bukankah kalian mendengar Allah AzzawaJalla berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. QS. Al Maidah: 27.
Fudhalah bin Ubaid (w:53H) radhiyallahu‘anhu berkata:
و عن فضالة بن عبيد قال : لأن أكون أعلم أن الله قد تقبل مني مثقال حبة من خردل أحب إلي من الدنيا و ما فيها لأن الله يقول : { إنما يتقبل الله من المتقين }
“Sungguh jika aku mengetahui bahwa Allah telah benar-benar menerima dariku seberat satu biji sawi lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. QS. Al Maidah: 27.
Ibnu Dinar (w:127H) rahimahullah berkata:
الخوف على العمل أن لا يتقبل أشد من العمل
“Takut terhadap amalan yang tidak diterima lebih dahsyat daripada beramal”.
Berkata Atha’ As Sulami rahimahullah:
الحذر الاتقاء على العمل أن لا يكون لله
“Hati-hatilah! jauhi ibadah yang tidak untuk Allah”.
Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwad (w: 157H) rahimahullah:
أدركتهم يجتهدون في العمل الصالح فإذا فعلوه وقع عليهم الهم أيقبل منهم أم لا؟!
“Aku mendapati mereka bersungguh-sungguh dalam beramal shalih dan jika mereka telah beramal, terdapat pada mereka kegelisahan, apakah diterima amalan mereka atau tidak?!. Lihat kitab Lathaif Al Ma’arif, Karya Ibnu Rajab Al Hanbali, Hal. 232.
– Perhatikan amalan inti bulan Ramadhan lalu amalkan:
Mendirikan shalat lima waktu
Berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala.
Shalat Tarawih karena iman dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala, sangat dianjurkan mengerjakannya secara berjama’ah dengan imam sampai selesai.
Bershadaqah, memberi makan dan membukakan puasa.
Bersungguh-sungguh dalam membaca Al Quran yaitu dengan memperbanyak jumlah bacaan dan lebih memahaminya.
Mengerjakan umrah di bulan Ramadhan.
I’tikaf di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan.
Memperbanyak doa, dzikir dan istighfar terutama ketika waktu-waktu yang mustajab.
Tentunya amalan-amalan diatas ada diantaranya yang harus dikerjakan sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Ramadhan saja.
Tentunya juga, masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa dikerjakan di dalam bulan ramdhan bulan pebuh berkah ini.
– Jangan lupakan kekuatan dan taufik dari Allah Ta’ala, Berdoalah!
Syeikh Abdurrahman Bin Nashir As Sa’dy rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat surat Al fatihah:
وذكر { الاستعانة } بعد { العبادة } مع دخولها فيها، لاحتياج العبد في جميع عباداته إلى الاستعانة بالله تعالى. فإنه إن لم يعنه الله، لم يحصل له ما يريده من فعل الأوامر، واجتناب النواهي.
Artinya: “Dan Penyebutan (isti’anah) setelah (ibadah) padahal isti’anah adalah bagian dari ibadah, karena kebutuhan seorang hamba di dalam seluruh ibadah-ibadahnya kepada pertolongan dari Allah Ta’ala, karena sesungguhnya jika Allah tidak menolongnya, maka niscaya tidak akan tercapai baginya apa yang ia inginkan berupa mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.” Lihat Tafsir As Sa’dy ketika tafsir ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa di dalam Ramadhan bulan penuh berkah.
Ditulis oleh: Ahmad Zainuddin
Ahad, 25 Sya’ban 1433H, Dammam KSA