Keluarga Muslim

Cerita di balik Membiasakan Anak Berpuasa

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Abdullah adalah anak saya berumur 5 tahun, tadi pagi kami ingin memahamkan kepadanya tentang puasa, kami katakan bahwa: “Abah dan Ummi nanti puasa, tidak makan dan minum sampai adzan Maghrib, Abdullah mau ikut ndak?”, tanpa menjawab, wajahnya langsung cemberut dan tidak lama kemudian keluarlah tangisan kerasnya,  sambil terseguk-seguk ia mengatakan: “Abdullah mau teeeeeh…”, rupanya kami berdua salah waktu memberi tahunya, ia mengira kalau sekarang ini, waktu ini, ia tidak boleh makan dan minum, padahal ia sedang asyik-asyik makan roti kesukaannya, apalagi waktu itu ia keselek, ingin minum. Semoga kamu dirahmati Allah nak dunia akhirat.

Begitulah…mungkin para orangtua yang lain juga mempunyai cerita-cerita menarik, dibalik mengajak anak-anak dan mebiasakan mereka berpuasa.

Ternyata Para shahabat Nabipun radhiyallahu ‘anhu mempunyai cerita bagaimana mereka membiasakan anak-anak mereka puasa.

عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ قَالَتْ أَرْسَلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ « مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ ، وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيَصُمْ » . قَالَتْ فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا ، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ ، حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ .

Artinya: “Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengutus utusan pada pagi hari ‘Asyura kepada pedesaan kaum Anshar, ia berseru: “Barangsiapa yang dipagi hari sudah makan maka hendaklah ia menyempurnakan sisa harinya (untuk berpuasa) dan barangsiapa yang pada pagi harinya dalam keadaan puasa maka hendaklah ia berpuasa”, maka kamipun setelah itu berpuasa pada harinya, dan mempuasakan anak-anak kami, dan kami buatkan untuk mereka mainan dari ‘ihn (sejenis wol yang sudah diwarnai), jika salah seorang dari mereka menangis karena kelaparan, kami berikan itu kepada mereka, sehingga datang waktu berbuka.” HR. Bukhari dan Muslim.

Dan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu ketika memarahi orang-orang yang mabuk siang hari Ramadhan, Imam Bukhari meriwayatkan secara mu’allaq (tanpa sanad hanya menyebutkan shahabat nabinya saja):

وَقَالَ عُمَرَ – رضى الله عنه – لِنَشْوَانٍ فِى رَمَضَانَ وَيْلَكَ ، وَصِبْيَانُنَا صِيَامٌ . فَضَرَبَهُ

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada para orang mabuk di dalam Ramadhan: “Celaka kamu, (kamu mabuk-mabukkan) sedangkan anak-anak kecil kami sedang berpuasa”, akhirnya beliau memukulinya. HR. Bukhari.

Saudaraku seiman…

Sudah seyogyanya jika sang anak sudah mampu dibiasakan untuk berpuasa, tetapi tidak boleh dipaksa, karena mereka belum baligh. Wallahu a’lam.

ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Ahad, 28 Sya’ban 1434H, Dammam KSA

Post Comment