Pertanyaan:
Aku mau tanya nich soal bagaimana hukumnya mengambil benda-benda pusaka seperti uang, emas, berlian, keris melalui media gaib, sementara hasil tersebut untuk kita simpan saja?
Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله و سلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Jika yang dimaksud media gaib adalah meminta bantuan kepada jin atau disebut juga khadam, maka ini adalah sebuah perbuatan kesyirikan, hal ini disebabkan beberapa sebab:
1. Karena minta pertolongan untuk sesuatu yang tidak disanggupi kecuali oleh Allah Ta’ala, tidak diperbolehkan kecuali kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5]
Artinya: “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” QS. Al Fatihah: 5.
Berkata Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
{إياك نعبد} يعني: إياك نوحد ونخاف ونرجو يا ربنا لا غيرك {وإياك نستعين} على طاعتك وعلى أمورنا كلها
Artinya: “Hanya kepada-Mu kami Menyembah”, maksudnya adalah hanya kepada-Mu beribadah, takut dan berharap kepada-Mu Wahai Rabb kami, tidak kepada selain-mu, “Hanya kepada-Mu Kami memohon pertolongan”, untuk taat kepada-Mu dan atas seluruh urusan kami.”
Berkata Qatadah rahimahullah:
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} يأمركم أن تخلصوا له العبادة وأن تستعينوه على أمركم
Artinya: “(Hanya kepada-Mu kami Menyembah dan Hanya kepada-Mu Kami memohon pertolongan), Dia memerintahkan kalian agar mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya dan meminta pertolongan hanya kepadanya dalam urusan kalian.” (Lihat kitab Tafsir Ibnu Katsir).
Dan meminta pertolongan dalam ayat ini maksudnya adalah bersandar kepada Allah dalam mendapatkan kebaikan dan menahan bahaya.
Berkata Syeikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’diy rahimahullah:
و { الاستعانة } هي الاعتماد على الله تعالى في جلب المنافع، ودفع المضار، مع الثقة به في تحصيل ذلك
Artinya: “Isti’anah adalah bersandar kepada Allah Ta’ala dalam mendapatkan kebaikan-kebaikan dan menahan bahaya yang disertai dengan keyakinan kepada-Nya dalam mendapatkan hal tersebut.” (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan agar kita tidak meminta kecuali kepada Allah dan meminta pertolongan kecuali kepada-Nya, ketika beliau bersabda kepada Abdullah bin Abbasradhiyallahu ‘anhuma:
«إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ»
Artinya: “Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).
Berkata Ibnu Rajab Al Hanbaliy rahimahullah:
Sabda Nabi “Jika kamu meminya maka mintalah kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan maka minta tolonglah kepada Allah” diambilkan dari Firman Allah Ta’ala: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”
Beliau juga berkata:
فتضمن هذا الكلام أنْ يُسأل الله -عز وجل- ولا يُسأل غيره وأنْ يُستعان بالله دونَ غيره
Artinya: “Maka perkataan ini mencakup bahwa Allah Azza wa Jalla-lah yang dimintai dan tidak dimintai selain-Nya dan dan meminta pertolongan hanya kepada Allah tidak kepada selain-Nya.”
Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam telah membaiat para shahabatnya dengan “Tidak meminta kecuali kepada Allah, tidak meminta kepada manusia sedikitpun.” Beliau bersabda:
«عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَتُطِيعُوا- وَأَسَرَّ كَلِمَةً خَفِيَّةً- وَلاَ تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا»
Artinya: “Hendaknya kalian tidak beribadah kecuali kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat lima waktu dan kalian mentaati (pemimpin),” lalu beliau menyembunyikan perkataan yang tersembunyi, “dan tidak meminta kepada manusia sedikitpun.” Kemudian ‘Auf bin Malik Al Asyja’I berkata:
فَلَقَدْ رَأَيْتُ بَعْضَ أُولَئِكَ النَّفَرِ يَسْقُطُ سَوْطُ أَحَدِهِمْ فَمَا يَسْأَلُ أَحَدًا يُنَاوِلُهُ إِيَّاهُ
Artinya: “Sungguh aku telah melihat sebagian mereka (dari para shahabat), terjatuh cemeti salah seorang dari mereka, maka mereka tidak meminta kepada seorangpun agar mengambilkan untuknya.” HR. Muslim.
Yakinlah…
Bahwa tidak ada yang mampu memberikan yang kita minta dari kebaikan atau yang kita minta agar dijauhkan keburukan, melainkan Allah Ta’ala:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (17) وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ} [الأنعام: 17، 18]
Artinya: “Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” “Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” QS. Al An’am: 17-18.
{مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ } [فاطر:2]
Artinya: “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS. Fathir: 2.
Perhatikan perbedaan Allah Ta’ala dengan makhluk dalam permasalahan ini, maka niscaya kita tidak akan meminta apapun kecuali kepada Allah Ta’ala;
– Allah sangat menyukai untuk dimintai
– sangat menyukai dituju dalam segala keperluan,
– sangat menyukai terus menerus dimintai dan didoai,
– sangat murka kepada orang yang tidak memohon kepada-Nya, Allah memanggil hamba-Nya agar meminta kepada-Nya,
– dan Dia mampu memberi seluruh permintaan hamba-Nya tanpa mengurangi sedikitpun dari kerajaan-Nya
Berbeda dengan makhluk:
– sangat membenci ketika dimintai.
– sangat menyukai meminta-minta
– hal ini karena kelemahan, kefakiran dan kebutuhannya kepada yang lain.
Faidah yang bermanfaat ini diambilkan dari kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, karya Ibnu Rajab Al-Hanbaliy.
Kisah menarik…
Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata kepada seorang yang sering mendatangi raja untuk meminta-minta:
ويحك، تأتي من يُغلِقُ عنك بابَه، ويُظهِرُ لك فقرَه، ويواري عنك غناه، وتدع من يفتحُ لك بابه بنصف الليل ونصف النهار، ويظهر لك غناه، ويقول: ادعني أستجب لك؟!
“Rugi kamu, kamu mendatangi seorang yang menutup pintunya untukmu, seorang yang menampakkan kemiskinannya di hadapanmu, seorang yang menyembunyikan kekayaannya darimu dan kamu meninggalkan Dzat Yang membukakan pintu-Nya untukmu pada setengah malam dan siang, Yang menampakkan kekayaan-Nya di hadapanmu, Yang berfirman: “Mintalah kepada-Ku maka akan Aku kabulkan bagimu”. Lihat kitab Sifat Ash Shafwah, 2/176.
Berkata Thawuus kepada ‘Atha rahimahumallah:
وقال طاووس لعطاء: إياك أنْ تطلب حوائجك إلى من أغلق دونك بابه ويجعل دونها حجابه، وعليك بمن بابه مفتوح إلى يوم القيامة ، أمرك أنْ تسأله ، ووعدك أنْ يُجيبك
Artinya: “Janganlah kamu meminta keperluanmu kepada seorang yang menutup pintunya di hadapanmu dan menutup dirinya darimu, hendaknya kamu meminta kepada Yang pintu-Nya terbuka samapi hari kiamat, Dia telah memerintahkamu untuk meminta kepada-Nya dan menjanjikanmu untuk mengabulkannya.” (Lihat kitab al Hilyah, 4/11 dan sifat Ash Sahfwah, 2/172).
Kenapa tidak boleh minta pertolongan kepada selain Allah, terutama hal yang tidak bisa dilakukan kecuali Allah Ta’ala?
Jawabnnya;
a) Karena makhluk sangat lemah untuk mendatangkan kebaikan dan menahan bahaya serta mendatangkan kebaikan-kebaikan untuk urusan dunia dan agama. Mari perhatikan perkataan menarik dari Ibnu rajab Al Hanbaly rahimahullah:
فالعبدُ محتاجٌ إلى الاستعانة بالله في فعل المأمورات ، وترك المحظورات ، والصبر على المقدورات كلِّها في الدنيا وعندَ الموت وبعده من أهوال البرزخ ويوم القيامة، ولا يقدر على الإعانة على ذلك إلا الله – عز وجل -، فمن حقق الاستعانة عليه في ذلك كله أعانه .
Artinya: “Seorang hamba sangat membutuhkan utnuk minta tolong kepada Allah dalam hal melaksanakan perintah-perintah (dalam agama), meninggalkan hal-hal yang dilarang dan bersabar atas seluruh apa yang telah ditakdirkan ketika di dunia, ketika mati atau setelahnya yaitu berupa keadaan alam barzakh dan hari kiamat, dan tidak ada yang mampu menolong akan hal itu semua kecuali Allah Azza wa Jalla, maka barangsiapa yang benar-benar merealisasikan permintangan tolong hanya kepada Allah dalam seluruh perkara tersebut maka Allah akan menolongnya.”
b) Karena siapa yang meninggalkan Allah dan meminta tolong kepada selain-Nya, maka Allah akan membirakan dia bersama yang dia minta tolongi dan tidak akan tercapa apa yang diinginkannya.
Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah menulis kepada Umar bin Abdul Aziz rahimahullah:
لا تستعِنْ بغيرِ الله، فيكِلَكَ الله إليه
Artinya: “Jangan minta tolong kepada selain Allah, maka Allah akan membiarkanmu kepadanya.”
Sebagian ulama terdahulu berkata:
يا ربِّ عَجبت لمن يعرفُك كيف يرجو غيرك ، عجبتُ لمن يعرفك كيف يستعينُ بغيرك
Artinya: “Wahai Rabbku, aku heran kepada siapa yang mengetahui-Mu, bagaimana koq dia berharap kepada selain-Mu, aku heran kepada siapa yang mengetahui-Mu, bagaimana dia memohon pertolongan kepada selain-Mu.” Lihat kitab Jam’ Al ‘Ulum wa Al Hikam.
2. Karena Allah lah satu-satu-Nya sang Pemberi rezeki, maka hanya Allah-lah yang paling berhak dimintai rezeki.
{وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا } [هود: 6]
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.” QS. Huud:6.
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
أخبر تعالى أنه متكفل بأرزاق المخلوقات، من سائر دواب الأرض، صغيرها وكبيرها، بحريها، وبريها،
“Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Dialah yang menjamin seluruh rezeki para makhluk dari seluruh makhluk yang melata di bumi, baik besar kecil, lautan ataupun daratan.” Lihat tafsir Ibnu Katsir pada ayat di atas.
Dan Allah telah memerintahkan agar mencari karunia rezeki, harta hanya dari Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, Allah Ta’ala berfirman:
{إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ} [العنكبوت: 17]
Artinya: “Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan.” QS. Al Ankabut: 17.
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
{فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ} وهذا أبلغ في الحصر، كقوله: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: 5]
maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, ini sangat dalam dalam penunjukkan batasan (artinya mintalah hanya kepada Allah-pent), sebagaiman firman Allah { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.”
Beliau juga berkata:
ولهذا قال: {فَابْتَغُوا} أي: فاطلبوا {عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ} أي: لا عند غيره، فإن غيره لا يملك شيئا
“Oleh sebab inilah Allah berfirman: “maka mintalah”, maksudnya tuntutlah, “rezeki itu di sisi Allah”, maksudnya; jangan kepada selain-Nya, karena selain-Nya tidak memiliki sesuatupun.” Lihat tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini.
3. Karena di dalam meminta pertolongan kepada jin atau khadam atau yang disebut media gaib, terdapat sikap perendahan diri pengagungan yang dimintai, dan hal ini tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah Ta’ala. Jika dilakukan kepada selain Allah ta’ala maka berakibat kesyirikan, karena menyamakan selain Allah dengan Allah di dalam perkara yang khusus milik Allah Ta’ala.
Berkata Ibnu rajab Al Hanbaliy rahimahullah:
اعلم أنَّ سؤالَ اللهِ تعالى دونَ خلقه هوَ المتعين ؛ لأنَّ السؤال فيهِ إظهار الذلِّ من السائل والمسكنة والحاجة والافتقار، وفيه الاعترافُ بقدرةِ المسؤول على دفع هذا الضَّرر، ونيل المطلوب، وجلبِ المنافع، ودرء المضارِّ، ولا يصلح الذلُّ والافتقار إلاَّ لله وحدَه ؛ لأنَّه حقيقة العبادة
Artinya: “Ketahuilah, bahwa meminta kepada Allah tidak minta kepada selain-Nya, inilah yang wajib dilakukan, karena di dalam perminta terdapat sikap memperlihatkan kehinaan, kebutuhan dan kemiskinan serta pengharapan dari sang peminta. Dan di dalamnya terdapat pengakuan akan kekuasaan yang diminta bahwa mampu menolak bahaya ini dan mendapatkan apa yang dicari, mendapatkan kebaikan dan menghilangkan mudharat, padahal tidak diperbolehkan sikap kehinaan dan pengharapan hanya kepada Allah Ta’ala satu-satu-Nya, karena dia adalah hakikat ibadah.” Lihat Kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, 21/25.
Terakhir….,
Sungguh Indah doa Imam Ahmad rahimahullah sebagai renungan:
اللهمَّ كما صُنتَ وجهي عَنِ السُّجود لغيرك فصُنْه عن المسألة لغيرك
Artinya: “Wahai Allah, sebagaimana engkau telah jaga wajahku dari sujud kepada selain-Mu, maka jagalah ia dari meminta kepada selain-Mu.” Lihat kitab sifat Ash Shofwah, 2/211.
*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, 21 Safar 1433H, Dammam KSA