Sesampainya saya di Inchoen langsung di bawa ke Ulsan, perjalanan dari jam 11am sampai 20.00pm, dengan mengendarai naik mobil pribadi. Di tengah perjalanan kita singgah di rest area, untuk, pergi ke toilet, shalat dan makan. sekali lagi saya baru tahu kalau di negara non muslim seperti ini:
– ke toilet harus bawa sebotol air untuk beristinja, karena mereka hanya beristinja dengan tissue
– tidak ada tempat berwudhu, karena memang tidak ada mushalla untuk shalat.
– berwudhu dengan air mineral di bawah sedikit salju dengan cuaca -1oC sampai 1oC
– shalat di taman, karena memang tdk ada mushalla sambil dilihati orang-orang sekitar yang merasa aneh dengan kelakuan kita.
– saya berpesan kepada kawan yang menjemput kala itu, kalau tinggal disini, kapan ingin shalat dan tidak mendapat masjid, maka bawalah sajadah agar shalat diatasnya karena anjing berkeliaran dimana-mana, takut bekas pupnya atau kencingnya sedangkan kita tidak tahu.
– karena kawan yang membawa saya sangat berhati-hati dalam makanan minuman dan sayapun berpesan demikian, akhirnya di rest area, kami hanya makan nasi dan krpik kentang. tetapi Alhamdulillah atas nikmat tersebut.
Pelajaran darinya kita ambil:
2. Kegigihan Ibadah di saat sulit, sempit hanya karena ingin menghambakan diri kepada Allah, disitu:
– terdapat besarnya pahala yang disediakan Allah
– terdapat kenikmatan yang tiada tara dan ia adalah surga dunia
– terdapat menghapus dosa
– terdapat mengangkat derajat disisi Allah
– terdapat jihad
<<إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ>>.
Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala bersama dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah jika ingin mencintai suatu kaum niscaya Allah menguji mereka, maka barangsiapa yang ridha maka baginya keridhaan dari Allah, dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan dari Allah. HR. Tirmidzi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى مَا يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتِ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِسْبَاغُ الْوُضُوءِ عَلَى الْمَكَارِهِ وَكَثْرَةُ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ وَانْتِظَارُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَذَلِكُمْ الرِّبَاطُ.
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan, sesuatu yang menghapuskan dosa dan mengangkat derajat?”, para shahabat menjawab: “Iya wahai Rasulullah”, beliau berkata: “Menyempurnakan wudhu dalam keadaan susah sempit, banyaknya langlah kaki ke masjid dan menunggu shalat setelah shalat itulah ribath (perjuangan), ribath (perjuangan).” HR. Muslim.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Senin, 4 Jumadal Ula 1436H