“Barang Ini أصلي, pake’ ص  bukan pake’ س” (Buruknya Tidak Jujur di dalam Berdagang)
Artikel Fiqh

“Barang Ini أصلي, pake’ ص bukan pake’ س” (Buruknya Tidak Jujur di dalam Berdagang)

 بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Tulisan di bawah ini ditujukan kepada siapa saja yang berhubungan dengan kejujuran.

Sungguh jujur akan membawa dampak yang sangat positif di dalam kehidupan kita dunia sebelum akhirat, sebaliknya, sikap tidak jujur akan mendatang kesengsaraan di dunia sebelum akhirat.

Dan tulisan ini akan lebih ditekankan sifat jujur dalam proses jual beli, meskipun jujur wajib dalam setiap hal.

Kawan pembaca… semoga Allah Ta’ala melindungi kita di dunia dan akhirat

Mari perhatikan hadits-hadits dan penjelasan dari para ulama yang menunjukkan kewajiban jujur dan terus terang dalam jual beli dan perdagangan;

1. Tidak Jujur Dalam Perdagangan akan Menghancurkan Berkah Perdagangannya

عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا ».

Artinya: “Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua orang (dalam) transaksi jual beli dalam masa penangguhan selama mereka berdua belum berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, niscaya diberkahi bagi keduanya di dalam jual beli keduanya, jika mereka berdua berdusta dan menyembunyikan, niscaya dihancurkan berkah transaksi jual beli mereka berdua.” HR. Muslim.

Berkata Syeikh As Sa’dy rahimahullah:

“هذا الحديث أصل في بيان المعاملات النافعة ، والمعاملات الضارة ، وأن الفاصل بين النوعين : الصدق والبيان . فمن صدق في معاملته ، وبيّن جميع ما تتوقف عليه المعاملة من الأوصاف المقصودة ، ومن العيوب والنقص ، فهذه معاملة نافعة في العاجل : بامتثال أمر الله ورسوله ، والسلامة من الإثم ، ونزول البركة في معاملته ، وفي الآجلة : بحصول الثواب ، والسلامة من العقاب . ومن كذب وكتم العيوب ، وما في المعقود عليه من الصفات ، فهو – مع إثمه – معاملته ممحوقة البركة . ومتى نزعت البركة من المعاملة خسر صاحبها دنياه وأخراه ” .

“Hadits ini merupakan pokok dalam penjelasan tentang mu’amalah yang bermanfaat dan yang membahayakan, dan pembatas di antara dua jenis (mua’amalah ini) adalah kejujuran dan terus terang, barangsiapa yang jujur di dalam mu’malahnya dan terus terang terhadap seluruh yang terhenti atasnya mu’amalah berupa sifat-sifat yang dimaksudkan dan menjelaskan ‘aib dan kekurangan, maka ini adalah mu’amalah yang bermanfaat di dunia, yaitu berarti mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya, terbebas dari dosa, turunnya berkah di dalam mu’amalahnya, dan (bermanfaat) di akhirat: dengan meraih pahala, telepas dari siksa. Dan barangsiapa yang berdusta dan menutupi aib-aib (pada barang) dan apa saja yang dijadikan transaksi berupa sifat-sifat, maka ia bersamaan dengan dosanya, maka mu’amalahnya tercabut berkahnya, dan ketika berkah dicabut dari mu’amalah, maka niscaya pelakunya akan rugi dunia dan akhiratnya.”  Lihat kitab Bahjat Qulub Al Abrar wa Qurrat ‘Uyun Akhyar fi Syarh Jawami’ Al Akhbar, no. hadits 79.

An Nawawi rahimahullah menjelaskan hadits di atas:

 أي بين كل واحد لصاحبه ما يحتاج إلى بيانه من عيب ونحوه في السلعة والثمن وصدق في ذلك وفي الاخبار بالثمن وما يتعلق بالعوضين ومعنى محقت بركة بيعهما أى ذهبت بركته وهي زيادته ونماؤه

“Setiap orang menjelaskan kepada temannya apa yang dibutuhkan kepada penjelasannya berupa ‘aib dan semisalnya yang terdapat di dalam barang, harga dan berlaku jujur dalam hal itu dan di dalam memberitahukan tentang harga dan apa saja yang berkaitan dengan transaksi timbal balik, dan makna “dihancurkan berkah jual beli keduanya” adalah lenyap berkahnya, dan berkahnya adalah tambahan dan perkembangannya.” Lihat Kitab Syarah Shahih Muslim, 10/176.

Perhatikan penjelasan Ibnu Hajar rahimahullah terhadap di atas:

قوله فإن صدقا وبينا أي صدق البائع في أخبار المشترى مثلا وبين العيب أن كان في السلعة وصدق المشترى في قدر الثمن مثلا وبين العيب أن كان في الثمن ويحتمل أن يكون الصدق والبيان بمعنى واحد وذكر أحدهما تأكيد للأخر قوله محقت بركة بيعهما يحتمل أن يكون على ظاهره وأن شؤم التدليس والكذب وقع في ذلك العقد فمحق بركته وأن كان الصادق مأجورا والكاذب مأزورا ويحتمل أن يكون ذلك مختصا بمن وقع منه التدليس والعيب دون الآخر ورجحه بن أبي جمرة وفي الحديث فضل الصدق والحث عليه وذم الكذب والحث على منعه وأنه سبب لذهاب البركة وأن عمل الآخرة يحصل خيرى الدنيا والآخرة

“Sabda beliau: “Maka jika keduanya jujur dan berterus terang” maksudnya adalah si penjual jujur dalam perihal barang yang dibeli misalnya, dan menjelaskan aib jika ada di dalam barang dagangan, dan si pembeli jujur dalam perihal harga misalnya, dan menjelaskan aib jika ada di dalam barang. Dapat dimaksudkan juga jujur dan terus terang satu makna dan penyebutan salah satunya sebagai bentuk penekanan terhadap yang lain. Dan maksud dari “dihancurkan berkah jual beli mereka berdua”, kemungkinan sesuai dengan zhahirnya, bahwa keburukan penipuan dan dusta terjadi di dalam transaksi itu akhirnya dihancurkan berkahnya. Dan seorang yang jujur akan mendapatkan pahala dan seorang pendusta akan mendapatkan dosa, bisa juga dimungkinkan hal tersebut bagi yang terjadi darinya penipuan dan aib, tanpa yang lainnya, pendapat ini dikuatkan oleh Abu Hamzah. Dan di dalam hadits ini terdapat keutamaan jujur, perintah untuk melaksanakannya, celaan terhadap dusta dan perintah untuk menjauhinya dan ia adalah sebab dihancurkannya berkah, juga menunjukkan amalan akhirat menghasilkan kebaikan dunia dan akhirat.” Lihat kitab Fath Al Bari, 4/329.

Penjelasan menarik dari Syeikh Ibnu Ustaimin rahimahullah:

 من الكذب أن يقول: اشتريت السلعة بعشرة وقد اشتراها بثمانية. هذا كذب، ولماذا كذب؟ لماذا قال: بعشرة وهي بثمانية؟ لأجل أن يزيد الثمن. من الكذب أن يقول: هذه السلعة من النوع الفلاني الذي هو طيب وجيد ومتين، وهي من غيره، مثل أن يقول: هذه صناعة يابانية وهي صناعة غير يابانية، بل صناعة أردأ، فهذا أيضاً كذب، هذا الذي يبيع على هذا الوجه يكون بيعه ممحوق البركة. يوجد بعض الناس يبيع السلعة وهو يعرف أن فيها عيباً ولكنه يكتمه، ثم يقول للمشتري مخادعاً له: أنا أبيع عليك هذا الهيكل سليماً أو معيباً -وهو يدري عن العيب- هل هذا ناصح أو غاش؟ غاش، ومن ذلك بيع السيارات، وهو الذي يسمونه البيع تحت المكبر أو تحت (المايكرفون) يأتي الرجل ويجلب سيارته وهو يعلم أن فيها العيب الفلاني ولكنه يكتمه ويقول: ليس لك إلا كفرات السيارة، هذا لا شك أنه غش وأنه كاتم، وأن الله تعالى ينزع البركة من بيعه، لقول النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: (إن صدقا وبينا بورك لهما في بيعهما، وإن كذبا وكتما محقت بركة بيعهما). ومن الناس من يخادع غيره، بأن يوكله أن يشتري له سلعة يقول: يا فلان اشتر لي الكتاب الفلاني -مثلاً- فيذهب هذا الوكيل ويشتريه لنفسه ثم يبيعه على من وكله بربح، يشتري الكتاب بعشرة ثم يبيعه على موكله باثني عشر مثلاً، هذا حرام، إنما هو وكيل اشتراه للموكل، فكيف يخدعه ويشتريه لنفسه ثم يبيع عليه بربح؟ هذا لا شك أنه غش ولا أحد يدري عنه إلا يذمه ويقول: هذا خداع وكذب. إذاً ماذا يصنع هذا الوكيل إذا كان يريد أن يشتغل بأجرة؟ نقول: يتفق مع الموكل ويقول: أنا اشتري لك السلعة الفلانية لكن لي عشرة في المائة

“Termasuk dusta ia berkata: “Aku telah membeli barang ini dengan harga sepuluh, padahal ia telah membelinya dengan (harga) delapan, ini adalah dusta, kenapa ia berdusta? Kenapa ia mengatakan “Ini (dibeli dengan harga) sepuluh” padahal (dibeli dengan harga) delapan?, dengan tujuan untuk menambahkan harga.

Termasuk dusta adalah ia mengatakan: “Barang ini dari jenis yang ini”, yang ia adalah jenis yang baik dan bagus serta kuat, padahal barang itu dari jenis lainnya, seperti ia mengatakan ini adalah made in jepang padahal ia bukan made in jepang, akan tetapi buatan imitasi, maka ini juga dusta.

Jual beli seperti ini menghancurkan berkah.

Ada sebagian manusia yang menjual barang dan ia mengathui di dalamnya ada aib, lalu ia menutupinya, kemudia ia mengatakan kepada pembeli dengan menipunya: “(Masa) Saya menjual barang ini baik atau buruk,” padahal ia mengetahui tentang aib, maka apakah seperti ini memberi kebaikan atau menipu?, jelas menipu, termasuk dari itu adalah menjual mobil, dan (jual beli) ini yang dinamakan dengan jual beli di bawah microfon, yaitu seorang datang dan membawa mobilnya dan ia mengetahui bahwa di dalamnya ada aib tertentu, tetapi ia menyembunyikannya seraya berkata: “Anda tidak usah mengganti apa-apa cuma bannya saja,” seperti ini tidak diragukan lagi ia adalah penipu dan penyembunyi keburukan. Dan Allah mencabut berkah dari penjualannya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “, jika keduanya jujur dan menjelaskan, niscaya diberkahi bagi keduanya di dalam jual beli keduanya, jika mereka berdua berdusta dan menyembunyikan, niscaya dihancurkan berkah transaksi jual beli mereka berdua.”

Dan diantara manusia ada yang menipu orang lain, dengan cara seseorang mewakilinya dalam membeli barang, ia berkata: “Wahai Fulan, belikan saya buku ini -misalkan-”,  lalu wakil ini pergi membeli buku tersebut untuk dirinya sendiri, kemudian ia jual kepada orang yang menjadikannya sebagai wakil, ia (si wakil) membeli sepuluh dan menjualnya kepada orang yang menjadikkanya wakil dengan harga dua belas  misalkan, ini haram (hukumnya), sesungguhnya ia hanya sebagai wakil membelikan untuk orang yang menjadikannya sebagai wakil, lalu bagaimana (bisa) ia menipunya, ia membeli untuk dirinya sendiri dan kemudian ia jual kepadanya (orang yang menjadikannnya sebagai wakil) dengan mengambil keuntungan?!”. Hal ini tidak diragukan lagi adalah penipuan dan tidak ada seorangpun yang tahu tentang dirinya melainkan akan mengatakan: “penipuan, kebohongan”.

Jadi, apa yang harus dilakukan oleh seorang wakil ini jika ia ingin bekerja dengan mengambil keuntungan? Kita katakan: “Bersepakatlah dengan orang yang mewakilkan, ia mengatakan: “Saya akan membelikan untuk Anda barang ini, tetapi bagian saya sepuluh persen.” Lihat Al Liqa’ Asy Syahry, 3/421. (Syameela).

Hadits yang semisal dengan hadits di atas adalah:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَخِيهِ بَيْعًا فِيهِ عَيْبٌ إِلاَّ بَيَّنَهُ لَهُ ».

Artinya: “’Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim bersaudara dengan muslim dan tidak halal bagi seorang muslim menjual kepada saudaranya sebuah barang di dalamnya terdapat aib melainkan ia wajib menjelaskannya kepadanya.” HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Irwa’ Al Ghalil, no. 1321.

2. Yang Menipu, tidak jujur, suka memalsukan bukan “Dari Kami”

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ بِرَجُلٍ يَبِيعُ طَعَامًا فَسَأَلَهُ « كَيْفَ تَبِيعُ ». فَأَخْبَرَهُ فَأُوحِىَ إِلَيْهِ أَنْ أَدْخِلْ يَدَكَ فِيهِ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهِ فَإِذَا هُوَ مَبْلُولٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ مِنَّا مَنْ غَشَّ ».

Artinya: “Abu HUrairah radhiyallahu ‘anhhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati seorang yang sedang menjual makanan, lalu bertanya kepadanya: “Bagiamana kamu menjual?”, lalu si penjual tadi menceritakan kepada beliau, lalu beliau diberi wahyu: “Masukkanlah tanganmu di dalamnya”, lalu beliau memasukkan tangan beliau ke dalamnya, ternyata makanan tersebut basah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Bukan dari kami siapa yang menipu.” HR. Abu Daud

Makna “Bukan dari kami”:

Berkata An Nawawi rahimahullah:

ومعناه عند أهل العلم أنه ليس ممن اهتدى بهديي واقتدى بعلمي وعلمي وَحُسْنِ طَرِيقَتِي كَمَا يَقُولُ الرَّجُلُ لولده إِذَا لَمْ يَرْضَ فِعْلَهُ لَسْتَ مِنِّي

“Maknanya menurut para ulama adalah bukan dari orang yang mengikuti petunjukku, mencontoh ilmuku dan amalku, baiknya jalanku sebagaimana seseorang berkata kepada anaknya jika ia tidak rela dengan perbuatannya: “Kamu bukan dariku”.” Lihat Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, 1/109.

Berkata Al Mubarakfury rahimahullah:

وكَانَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ يَكْرَهُ تَفْسِيرَ مِثْلِ هَذَا أَوْ يَقُولُ بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْلِ بَلْ يُمْسِكُ عَنْ تَأْوِيلِهِ لِيَكُونَ أَوْقَعَ فِي النُّفُوسِ وَأَبْلَغَ فِي الزَّجْرِ انْتَهَى. وهُوَ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ الْغِشِّ وَهُوَ مُجْمَعٌ عَلَيْهِ

“Sufyan bin Uyainah rahimahullah senantiasa membenci penafsiran seperti ini atau beliau berkata: ‘Sungguh buruk perkataan seperti ini, akan tetapi hendaknya ia menahan dari penafsirannya, agar lebih merasuk ke dalam diri dan lebih keras dalam peringatan.” Dan hadits ini menunjukkan pengharaman penipuan dan hal ini merupakan ijma’. Lihat kitab tufat Al Ahwadzi, 4/453.

Berkata Al Baghawy rahimahullah:

” وقوله من غش فليس مني ” لم يرد به نفيه عن دين الإسلام ، إنما أراد أنه ترك اتباعي ، إذ ليس هذا من أخلاقنا وأفعالنا ، أو ليس هو على سنتي وطريقتي في مناصحة الإخوان ، هذا كما يقول الرجل لصاحبه : أنا منك يريد به الموافقة والمتابعة ، قال الله سبحانه وتعالى إخبارا عن إبراهيم عليه السلام : {فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي} [إبراهيم: 36]

“Sabda beliau: “Barangsiapa yang menipu bukan dariku”, beliau tidak menginginkan dengannya penafian dari agama Islam, akan tetapi beliau hanya menginginkan bahwa orang itu menginggalkan mengikutiku, karena hal ini bukan dari akhlak dan tingkah laku kita, atau bukan ia dari sunnahku dan jalanku di dalam menasehati sesama saudara. Hal ini, sebagaimana seseorang berkata kepada temannya: “Aku darimu”, maksudnya adalah mengikuti dan menyepakati, Allah ta’ala befirman menceritakan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

{فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي} [إبراهيم: 36]

“Maka barangsiapa yang mengikutiku, sesungguhnya ia adalah dariku.” Lihat Syarah As Sunnah, 8/167.

Kawanku seiman… Saya tidak yakin anda tidak mau mendapatkan ini:

1. Ketenangan dan ini adalah akibat kejujuran dan terus terang

عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ ».

Artinya: “Al Hasan bin Ali berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu, sesungguhnya JUJUR ADALAH KETENANGAN DAN DUSTA ADALAH KERAGUAN.” HR. Tirmidzi

2. Jalan ke surga dan ini juga akibat kejujuran dan terus terang

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا ».

Artinya: “Abdullah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan menunjukkan kepada surge, dan sesungguhnya seseorang benar-benar jujur sehingga dituliskan sebagai seorang yang shiddiq”. HR. Muslim

3. membawa yang sangat bermanfaat di hari kiamat yaitu kejujuran

{قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ} [المائدة: 119]

Artinya: “Allah Berfirman: “Ini adalah hari yang bermanfaat kejujuran orang-orang yang jujur.” QS. Al Maidah:119.

Kawan seiman…sebagai pesan terakhir, oleh sebab inilah jangan mengatakan :

“Barang Ini أصلي, Pake’ ص  padahal tidak asli, karena memakai س أسلي”

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Ahad, 18 Muharram 1434H, Dammam Arab Saudi.

Post Comment