Boleh Berpuasa Berurutan dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah, Bahkan Dianjurkan!
Artikel Fiqh

Boleh Berpuasa Berurutan dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah, Bahkan Dianjurkan!

 بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Sebagian berpendapat bahwa dimakruhkan berpuasa dari tanggal 1 Dzulhijjah sampai tanggal 9 Dzulhijjah secara berurutan, mereka berdalih dan berdalil bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengerjakannya dan menganjurkannya kecuali tanggal 9 Dzulhijjahnya yaitu hari Arafah.

Salah satu dalil yang dipakai adalah:

عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- لَمْ يَصُمِ الْعَشْرَ.

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berpuasa pada 10 hari (pertama Dzulhijjah-pen).” HR. Muslim.

TETAPI, PENDAPAT YANG LEBIH KUAT ADALAH BAHWA DIPERBOLEHKAN BAHKAN DIANJURKAN UNTUK BERPUASA DARI TANGGAL 1 SAMPAI TANGGAL 8 DZULHIJJAH, BAIK YANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI ATAU TIDAK DAN SANGAT DITEKANKAN BERPUASA TANGGAL 9 DZULHIJJAH BAGI YANG TIDAK MENUNAIKAN IBADAH HAJI SAJA, ADAPUN YANG SEDANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI DAN WUKUF DI ARAFAH DIMAKRUHKAN BERPUASA PADA HARI INI. WALLAHU A’LAM.

Dalil-dalil yang menunjukkan akan penguatan pendapat di atas adalah:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ». فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».

Artinya: Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada hari-hari, amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah daripada hari-hari ini”. yakni 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, mereka (para shahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya)?”, beliau bersabda: “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya), kecuali seseorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan apapun”. HR. Bukhari.

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَا مِنْ عَمَلٍ أَزْكَى عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلاَ أَعْظَمَ أَجْراً مِنْ خَيْرٍ تَعْمَلُهُ فِى عَشْرِ الأَضْحَى ». قِيلَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ. قَالَ :« وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ». قَالَ : وَكَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ إِذَا دَخَلَ أَيَّامُ الْعَشْرِ اجْتَهَدَ اجْتِهَاداً شَدِيداً حَتَّى مَا يَكَادُ يَقْدِرُ عَلَيْهِ.

Artinya: Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada dari amalan lebih suci di sisi Allah Azza wa Jalla dan lebih besar pahalanya dari sebuah kebaikan yang kamu kerjakan pada sepuluh hari pertama”, beliau ditanya: “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya)?”, beliau bersabda: “Dan tidak juga berjihad di jalan Allah (lebih utama darinya), kecuali seseorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan apapun”. Beliau berkata: “ Sa’id bin Jibair jika memasuki sepuluh hari pertama Dzulhijjah, sangat bersungguh-sungguh sekali samapi-sampai tidak ada yang mampu sepertinya.” HR. Ad Darimi dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab IRwa Al Ghalil, no. 890.

Penjelasan para ulama terhadap hadits-hadits di atas:

Ibnu Hazm berkata:

 (( ونستحب صيام أيام العشر من ذي الحجة قبل النحر ، لما حدثنا . . . – ، وذكر الحديث ، ثم قال -: قال أبو محمد : وهو عشر ذي الحجة ، والصوم عمل بر ، فصوم عرفة يدخل فيه أيضا )) .

“Dan kami menganjurkan berpuasa pada sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah sebelum hari Idul Adha…”, kemudian beliau menyebutkan hadits, lalu berkata: “berkata Abu Muhammad:Ia adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan berpuasa adalah amal baik dan puasa hari Arafah masuk di dalamnya juga.” Lihat kitab Al Muhalla, 7/19.

Berkata Ibnu Rajab rahimahullah:

(( وقد دل حديث ابن عباس على مضاعفة جميع الأعمال الصالحة في العشر من غير استثناء شيء منها )) .

“Dan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma telah menunjukkan atas pelipatan pahala seluruh amal-amal shalih pada sepuluh hari pertama tanpa pengecualian darinya sedikitpun.” Lihat kitab Lathaif Al Ma’arif, hal. 460.

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah:

 (( واستدل به – يعني بحديث ابن عباس – على فضل صيام عشر ذي الحجة ، لاندراج الصوم في العمل )) .

“Dan dijadikan dalil dengannya yaitu hadits Abdullah bin Abbas atas keutamaan berpuasa sepuluh hari pertama Dzulhijjah, karean berpuasa masuk dalam amal.” Lihat kitab Fath Al Bary, 2/534.

Berkata Asy Syaukany rahimahullah:

(( وقد تقدم في كتاب العيدين أحاديث تدل على فضيلة العمل في عشر ذي الحجة على العموم ، والصوم مندرج تحتها )) .

“Dan telah lewat di dalam kitab Al ‘Idain hadits-hadits yang menunjukkan atas keutamaan beramal di dalam sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum, dan puasa masuk di bawahnya.” Lihat kitab Nail Al Awthar, 5/347.

Adapun bagaimana cara menanggapi perkataan Ummu Al Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, mari lihat penjelasan para ulama rahimahumullah;

Berkata An Nawawi rahimahullah:

فيتأول قولها : لم يصم العشر , أنه لم يصمه لعارض مرض أو سفر أو غيرهما , أو أنها لم تره صائماً فيه , ولا يلزم عن ذلك عدم صيامه في نفس الأمر , ويدل على هذا التأويل حديث هنيدة بن خالد عن امرأته عن بعض أزواج النبي – صلى الله عليه وسلم – قالت : كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يصوم تسع ذي الحجة , ويوم عاشوراء , وثلاثة أيام من كل شهر : الاثنين من الشهر والخميس ) ورواه أبو داود وهذا لفظه وأحمد والنسائي وفي روايتهما ( وخميسين ) والله أعلم )

“Ditafsirkan perkataan beliau (‘Aisyah radhiyallahu ‘anha) “Tidak berpuasa pada sepuluh hari Dzulhijjah”, bahwa beliau tidak berpuasa padanya karena suatu halangan sakit atau safar atau selain kedunya atau beliau tidak melihatnya sedang berpuasa di dalamnya dan tidak mengharuskan hal itu tidak berpuasanya beliau pada saat yang bersamaan, dan yang menunjukkan tafsiran ini adalah hadits Hunaidah bin Khalid ia meriwayatkan dari istrinya, meriwayatkan dari salah satu istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa berpuasa pada sembilan hari (pertama-pen) Dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari dari setiap bulan; hari senin dari bulan dan hari kamis”, hadits riwayat Abu Daud dan ini adalah lafazh darinya, Ahmad dan An Nasai di dalam dua riwayatnya menyebutkan “Dua hari Kamis”. Wallahu a’lam. Lihat kitab Syarah Shahih Muslim, Karya An Nawawi, 3/251.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalny rahimahullah:

[ واستدل به على فضل صيام عشر ذي الحجة لاندراج الصوم في العمل , واستشكل بتحريم الصوم يوم العيد , وأجيب بأنه محمول على الغالب , ولا يرد على ذلك ما رواه أبو داود وغيره عن عائشة قالت ( ما رأيت رسول الله – صلى الله عليه وسلم – صائماً العشر قط ) لاحتمال أن يكون ذلك لكونه كان يترك العمل وهو يحب أن يعمله خشية أن يفرض على أمته , كما رواه الصحيحان من حديث عائشة أيضاً ]

“Dan dijadikan dalil dengannya yaitu hadits Abdullah bin Abbas atas keutamaan berpuasa sepuluh hari pertama Dzulhijjah, karean berpuasa masuk dalam amal, dan dipermasalahkan dengan pengharaman berpuasa pada hari Idul Adha, (dapat) dijawab bahwa disebutkan secara kebanyakan, dan tidak bertentangan atas itu apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan selainnya dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata: “Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada sepuluh hari pertma Dzulhijjah.” Karena dimungkinkan itu terjadi, karena belia senantiasa meninggalkan sebuah amalan padahal beliau menyukai untuk mengamalkannya, karena takut akan diwajibkan atas umatnya, sebagaimana yang diriwayatkan dari hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha juga.” Lihat kitab Fath Al Bary, 2/593.

JADI, PENDAPAT YANG LEBIH KUAT ADALAH BAHWA DIPERBOLEHKAN BAHKAN DIANJURKAN UNTUK BERPUASA DARI TANGGAL 1 SAMPAI TANGGAL 8 DZULHIJJAH, BAIK YANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI ATAU TIDAK DAN SANGAT DITEKANKAN BERPUASA TANGGAL 9 DZULHIJJAH BAGI YANG TIDAK MENUNAIKAN IBADAH HAJI SAJA, ADAPUN YANG SEDANG MENUNAIKAN IBADAH HAJI DAN WUKUF DI ARAFAH DIMAKRUHKAN BERPUASA PADA HARI INI. WALLAHU A’LAM.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Selasa, 30 Dzulqa’dah 1433H, Dammam KSA.

Post Comment