Terhina Karena Hutang (bag. 03)
Artikel Fiqh

Terhina Karena Hutang (bag. 03)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Di bagian ketiga ini, kita akan membaca ancaman-ancaman bagi orang-orang yang berhutang dan terutama yang meremehkannya serta tidak berniat untuk melunasinya padahal ia mempunyai harta untuk melunasinya:

1. Seorang yang berhutang ditahan dari masuk surga

Dalil-dalil yang menunjukkan akan hal ini adalah:

 a) عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ قَالَ كُنَّا مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فِى جَنَازَةٍ فَقَالَ « أَهَا هُنَا مِنْ بَنِى فُلاَنٍ أَحَدٌ ». قَالَهَا ثَلاَثاً فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ لَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مَنَعَكَ فِى الْمَرَّتَيْنِ الأُولَيَيْنِ أَنْ تَكُونَ أَجَبْتَنِى أَمَا إِنِّى لَمْ أُنَوِّهْ بِكَ إِلاَّ لَخَيْرٍ إِنَّ فُلاَناً – لِرَجُلٍ مِنْهُمْ – مَاتَ إِنَّهُ مَأْسُورٌ بِدَيْنِهِ ». قَالَ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ أَهْلَهُ وَمَنْ يَتَحَزَّنُ لَهُ قَضَوْا عَنْهُ حَتَّى مَا جَاءَ أَحَدٌ يَطْلُبُهُ بِشَىْءٍ .

Artinya: “Samurah bin Jundub berkata: “Kami pernah bersam Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan seorang jenazah, lalu beliau bersabda: “Apakah disini ada seorang dari Bani Fulan?”, beliau bertanya itu sebanyal tiga kali, lalu seorang berdiri, maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya: “Apa yang menahanmu pada kali yang kedua dan ketiga untuk menjawabku, aku tidak akan menyebutnya di hadapanmu kecuali untuk kebaikan, sesungguhnya si fulan –salah satu dari keluarga mereka- ia meninggal dan ia tertahan dengan hutangnya”, ia (Samurah) berkata: “Sungguh aku telah melihat keluarganya dan siapa saja yang sedih untuknya melunasi hutangnya, sehingga tidak ada seorangpun yang menagih sesuatu kepadanya.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Ahkam Al Janaiz, 1/15 (Asy Syamela).

Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahulla berkata:

 أي: محبوس عن دخول الجنة.

“Maksud dari “ia tertahan dengan hutangnya” adalah ia tertahan dari masuk surga. “ lihat Syarah Sunan Abu Daud, 17/386 (asy syamela).

 b) عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ فَارَقَ الرُّوحُ الْجَسَدَ وَهُوَ بَرِىءٌ مِنْ ثَلاَثٍ الْكِبْرِ وَالْغُلُولِ وَالدَّيْنِ فَهُوَ فِى الْجَنَّةِ أَوْ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ ».

Artinya: “Tsauban maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Barangsiapa berpisah ruh dari jasadnya dan ia terlepas dari tiga perkara; kesomobongan, harta ghulul dan hutang, niscaya ia di dalam surga atau wajib baginya masuk surga.” HR. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2785.

 c) عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ruh seorang beriman tergantung dengan hutangnya, sampai dilunasi hutangnya.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6779.

 d) عَنْ سَعْدِ بْنِ الأَطْوَلِ قَالَ مَاتَ أَخِى وَتَرَكَ ثَلاَثَمِائَةِ دِينَارٍ وَتَرَكَ وَلَداً صِغَاراً فَأَرَدْتُ أَنْ أُنْفِقَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ أَخَاكَ مَحْبُوسٌ بِدَيْنِهِ فَاذْهَبْ فَاقْضِ عَنْهُ ». قَالَ فَذَهَبْتُ فَقَضَيْتُ عَنْهُ ثُمَّ جِئْتُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ قَضَيْتُ عَنْهُ وَلَمْ يَبْقَ إِلاَّ امْرأَةٌ تَدَّعِى دِينَارَيْنِ وَلَيْسَتْ لَهَا بَيِّنَةٌ. قَالَ « أَعْطِهَا فَإِنَّهَا صَادِقَةٌ ».

Artinya: “Sa’ad bin Al Athwal radhiyallahu ‘anhu berkata: “Saudaraku meninggal dan meninggalkan tigaratus dinar, serta ia meninggalkan seorang anak kecil, maka aku ingin menafkahi mereka, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Sesungguhnya saudaramu tertahan dengan hutangnya, pergilah lunasi hutangnya”, lalu aku pergi dan melunasi hutangnya, kemudian aku mendatangi (rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) dan aku berkata: “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah melunasi hutangnya dan tidak tersisa kecuali seorang wanita yang mengaku dengan dua dinar dan ia tidak mempunyai bukti”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berikanlah kepadanya, karena sesungguhnya ia jujur.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1550.

 Al Mubarakfuri rahimahullah berkata:

قَالَ السُّيُوطِيُّ أَيْ مَحْبُوسَةٌ عَنْ مَقَامِهَا الْكَرِيمِ وَقَالَ الْعِرَاقِيُّ أَيْ أَمْرُهَا مَوْقُوفٌ لَا حُكْمَ لَهَا بِنَجَاةٍ وَلَا هَلَاكٍ حَتَّى يُنْظَرَ هَلْ يُقْضَى مَا عَلَيْهَا مِنَ الدَّيْنِ أَمْ لَا انْتَهَى . وسَوَاءٌ تَرَكَ الْمَيِّتُ وَفَاءً أَمْ لَا كَمَا صَرَّحَ بِهِ جُمْهُورُ أَصْحَابِنَا

Artinya: “As Suyuthi berkata: “Yakni tertahan dari tempatnya yang mulia, dan Al Iraqi berkata: “yaitu nasibnya tertahan tidak ada hukum untuknya dengan keselamatan atau kebinasaan, sampai dilihat, apakah dilunasi hutang atau tidak.” Baik ia meninggalkan pelunasan atau tidak, sebagaimana yang dinyatakan dengan jelas kebanyakan para sahabat kami.” Tuhfat Al Ahwadzi, 4/164.

Tambahan penjelasan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah:

 قيل هذا محله في غير نفس الأنبياء فإنها لا تكون معلقة بدين فهي خصوصية

“Dikatakan bahwa hadits ini tujuannya pada selain ruh para nabi ‘alihimussalam, karena sesungguhnya ruh mereka tidak tergantung dengan hutang, mereka mempunyai kekukhususan.” Lihat Fath Al Bari, 5/142 (Asy Syamela)

Al Mula Ali Al Qari rahimahullah menjelaskan:

قال رسول الله نفس المؤمن أي روحه معلقة بدينة أي محبوسة بسببه حتى يقضي عنه بالبناء للمجهول والمعنى أنه لا يظفر بمقصوده من دخول الجنة أو من المرتبة العالية أو في زمرة عباد الله الصالحين

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda diri seorang mukmin, maksudnya adalah ruhnya tergantung dengan hutangnya, maksudnya yaitu dengan sebabnya, sampai dilunasi hitangnya, dan maknanya adalah ia tidak beruntung dengan tujuannya masuk surga atau mendapat tempat yang tinggi atau di dalam kumpulan hamba-hamba Allah yang shalih.” Lihat Kitab Mirqat Al Mafatih, 9/377 (asy syamela).

Lain lagi penjelasan Asy Syaukani:

فيه الحث للورثة على قضاء دين الميت والإخبار لهم بأن نفسه معلقة بدينه حتى يقضى عنه وهذا مقيد بمن له مال يقضى منه دينه وأما من لا مال له ومات عازما على القضاء فقد ورد في الأحاديث ما يدل على أن الله تعالى يقضي عنه بل ثبت أن مجرد محبة المديون عند موته للقضاء موجبة لتولي الله سبحانه لقضاء دينه

“Di dalam hadits ini terdapat anjuran agar para ahli waris untuk melunasi hutang mayatnya, dan terdapat kabar bagi mereka bahwa ruhnya tergantung dengan hutangnya sampai dilunasi hutangnya, dan hal ini dibatasi dengan seorang yang memliki harta yang bisa ia melunasi hutangnya, adapun barangsiapa yang tidak mempunyai harta dan meninggal dalam keadaan bertekad untuk melunasi, telah terdapat di dalam hadits yang menunjukkan bahwa Allah ta’ala akan melunasi hutangnya. Bahkan telah tetap bahwa keinginan seorang yang berhutang ketika wafatnya untuk melinasi berkonsekwensi pertolongan Allah Ta’ala utuk melunaskan hutangnya.” Lihat kitab Nail Al Awthar, 4/53 (Asy Syamela).

 Silahkan perhatikan juga fatwa Komis tetap untuk Fatwa dan Penelitian Ilmiah Kerajaan Arab Saudi tentang makna “Ruh mukmin tergantung dengan hutangnya”:

 أخرج أحمد والترمذي وابن ماجه: عن أبي هريرة رضي الله عنه: عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال: نَفْسُ المؤمن مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حتى يُقْضَى عنه [1]؛ وهذا محمول على من ترك مالاً يقضى منه دينه، أما من لا مال له يقضى منه فيرجى ألا يتناوله هذا الحديث؛ لقوله سبحانه وتعالى: {لاَ يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا}[البَقَرَة، من ا لآية: 286]، وقوله سبحانه: {وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ}[البَقَرَة، من الآية: 280]. كما لا يتناول من بَيَّتَ النية الحسنة بالأداء عند الاستدانة ومات ولم يتمكن من الأداء؛ لما روى البخاري رحمه الله عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: مَنْ أَخَذَ أموالَ الناس يُريد أداءها أدَّى الله عنه، ومن أخذها يريد إِتْلافَها أَتْلَفَهُ الله. وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.

 “Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah, bahwa Abu HUrairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ruh seorang mukmin tergantung dengan hutangnya sehingga dilunasi hutangnya.” Dan ini dibawakan kepada seorang yang meninggalkan harta yang ia akan melunasi hutangnya, adapun barangsiapa yang tidak mempunyai harta yang ia bisa melunasi hutang dari harta itu, maka di harapkan tidak termasuk dari hadits ini, hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala: “Allah tidak membebani sesorang kecuali sesuai dengan keluasannya”. QS Al Baqarah: 286. Dan Firman-Nya: “Dan jika seorang yang sulit (bayar hutang) maka ditunggu sampai ia mudah (dalam melunasinya).” QS. Al BAqarah; 280. Sebagaimana hadits ini juga tidak mencakup seorang yang meletakkan niat yang baik untuk melunasi ketika berhutang dan meninggal dalam keadaan tidak mampu melunasi, hal ini berdasarkan riwayat Bukhari rahimahullah, bahwa Abu Hurairah radhiyallahu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiap yang mengambil harta manusia, dan iangin melunasinya niscaya Allah akan melunasinya, dan barangsiap yang mengambilmua ingin menghancurkannya niscaya Allah akan menghancurkannya. Wabillahittaufiq, dan semoga shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad, atas kerabat serta para shahabatnya.” Fatwa no. 2235

 e)  عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ يَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لاَ تُخِيفُوا أَنْفُسَكُمْ بَعْدَ أَمْنِهَا ». قَالُوا وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الدَّيْنُ ».

Artinya: “Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kalian takuti diri kalian setelah amannya”, para shahabat bertanya: “Apakah itu wahai Rasulullah?”, beliau menjawab: “Hutang.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, 2420.

 Bersambung insyaAllah:

Hutang itu Membuatku Terhina di Siang Hari Tersiksa di Malam Hari (bag. 04)

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Ahad, 14 Rabiut Tsani 1434H, Dammam KSA.

Post Comment