بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku seiman…
Pada bagian ini akan disebutkan tentang Adab-adab seorang yang berhutang, sehingga hutangnya tidak membuatnya terhina di siang hari tersiksa di malam hari.
Dan untuk adab-adab ini akan terbagi menjadi dua; adab yang harus dilakukan dan adab yang harus dijauhi.
ADAB-ADAB YANG HARUS DILAKUKAN:
- BERHUTANG DENGAN NIAT MELUNASINYA
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ ، وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلاَفَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengambil harta manusia, (dan) ingin melunasinya, niscaya Allah akan melunaskan atasnya dan barangsiapa yang mengambil (dan) ia ingin menghilangkannya niscaya Allah menghilangkannya.” HR. Bukhari
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ أَنَّ مَيْمُونَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَدَانَتْ فَقِيلَ لَهَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ تَسْتَدِينِينَ وَلَيْسَ عِنْدَكِ وَفَاءٌ قَالَتْ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ أَخَذَ دَيْنًا وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يُؤَدِّيَهُ أَعَانَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ».
Artinya: “Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah meriwayatkan bahwa Maimunah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam radhiyallahu ‘anha berhutang, lalu dikatakan kepada beliau: “Wahai Ummul mukminin, kamu berhutang sedangkan kamu tidak mempunyai pelunasan”, beliau menjawab: “Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berhutang dan ia ingin melunasinya, niscaya Allah Azza wa Jalla menolongnya.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 1029.
عن مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ قَالَ كَانَتْ عَائِشَةُ تَدَايَنُ فَقِيلَ لَهَا مَا لَكِ وَلِلدَّيْنِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ كَانَتْ لَهُ نِيَّةٌ فِى أَدَاءِ دَيْنِهِ إِلاَّ كَانَ لَهُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عَوْنٌ ». فَأَنَا أَلْتَمِسُ ذَلِكَ الْعَوْنَ.
Artinya: “Muhamad bin Ali rahimahullah berkata: “Aisyah pernah berhutang, lalau beliau ditanya: “Kenapa engkau sering berhutang?”, beliau menjawab: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “tidak ada seornag hamba yang mempunyai niat dalam melunasi hutangnya, melainkan ia memiliki pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.” Dan aku sedang mencari pertolongan tersebut.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh AL Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no.5734.
عَنْ شُعَيْبِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا صُهَيْبُ الْخَيْرِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَيُّمَا رَجُلٍ يَدَيَّنُ دَيْنًا وَهُوَ مُجْمِعٌ أَنْ لاَ يُوَفِّيَهُ إِيَّاهُ لَقِىَ اللَّهَ سَارِقًا ».
Artinya: “Syu’aib bin ‘Amr berkata: “Telah meriwayatkan kepada kami Shuhaib Al Khair bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa saja yang berhutang dan ia berniat tidak melunasinya, maka niscaya ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan sebagai pencuri.” HR. Ibnu Majah.
2. BERSEGERA MELUNASI HUTANG
قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « لَوْ كَانَ لِى مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا ، مَا يَسُرُّنِى أَنْ لاَ يَمُرَّ عَلَىَّ ثَلاَثٌ وَعِنْدِى مِنْهُ شَىْءٌ ، إِلاَّ شَىْءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ » .
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “JIkalau aku memiliki semisal gunung uhud, tidak menggembirakanku berlalu dariku tga hari dan masih tersisa sesuatu darinya, kecuali aku simpan untuk hutang.” HR. Bukhari.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ – رضى الله عنه – قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمَّا أَبْصَرَ – يَعْنِى أُحُدًا – قَالَ « مَا أُحِبُّ أَنَّهُ يُحَوَّلُ لِى ذَهَبًا يَمْكُثُ عِنْدِى مِنْهُ دِينَارٌ فَوْقَ ثَلاَثٍ ، إِلاَّ دِينَارًا أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ » . ثُمَّ قَالَ « إِنَّ الأَكْثَرِينَ هُمُ الأَقَلُّونَ ، إِلاَّ مَنْ قَالَ بِالْمَالِ هَكَذَا وَهَكَذَا » .
Artinya: “Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku pernah bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau melihat gunung Uhud, beliau bersabda: “Aku tidak menyukai (gunung Uhud) itu dirubah emas untukku dan emas itu berdiam di sisiku lebih dari tiga hari tersisa darinya satu dinar, kecuali satu dinar yang aku simpan untuk membayar hutang.” Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak merekalah orang-orang sedikit (kelak hari kiamat), kecuali siapa yang mengatakan dengan hartanya.” HR. Bukhari.
Berkata Al Qasthallani rahimahullah:
(إن الأكثرين) مالاً (هم الأقلون) ثوابًا (إلا من قال بالمال) أي إلا من صرف المال على الناس في وجوه البر والصدقة
“Maksud dari “Sesungguhnya orang-orang yang banyak” adalah harta, dan maksud dari “merekalah orang-orang yang sedikit” adalah pahala, dan maksud dari “Kecuali siapa yang mengatakan dengan hartanya” yaitu kecuali siapa yang menyerahkan hartanya kepada manusia di sisi beberapa kebaikan dan sedekah.” Lihat kitab Irsyad As Sary, 4/216 (asy Syamela).
عَنْ عَلِىٍّ قَالَ قَضَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِالدَّيْنِ قَبْلَ الْوَصِيَّةِ وَأَنْتُمْ تَقْرَءُونَهَا (مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِى بِهَا أَوْ دَيْنٍ).
Artinya: “Ali bin Abi Thalib radhiyallahu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan pembayaran hutang sebelum wasiat dan kalian membacanya:
(مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِى بِهَا أَوْ دَيْنٍ)
“(wasiat dibagikan) setelah menunaikan wasiat atau melunasi hutang”. HR. Ibnu Majah dan dishahihkan Al Albani di dalam kitab Irwa’ Al Ghalil, no. 1667.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Senin, 22 Rabiuts Tsani 1434H, Dammam KSA.