Demi Allah, tulisan ini adalah murni nasehat, petunjuk, wejangan, wasiat dari orang yang menginginkan kebaikan untuk Anda, wahai orang yang meremehkan atau meninggalkan shalat.
Tulisan ini ditujukan kepada orang-orang yang mengkin belum sadar atau belum tahu tentang agung dan tingginya kedudukan shalat lima waktu, sehingga dia meremehkan dan meninggalkannya.
Shalat menghilangkan resah dan gundah
{وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ (97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)} [الحجر: 97 – 99]
Artinya: “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan”. “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)”. “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. QS. Al Hijr: 97-99.
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah (w: 774), ketika menafsiri ayat di atas:
أي: وإنا لنعلم يا محمد أنك يحصل لك من أذاهم لك انقباض وضيق صدر. فلا يهيدنك ذلك، ولا يثنينك عن إبلاغك رسالة الله، وتوكل على الله فإنه كافيك وناصرك عليهم، فاشتغل بذكر الله وتحميده وتسبيحه وعبادته التي هي الصلاة.
Maksudnya: “Wahai Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam-pent), sesungguhya Kami benar-benar mengetahui apa yang terjadi padamu akibat intimidasi mereka kepadamu, yaitu berupa sempitnya perasaan, maka janganlah hal itu membuatmu berhenti dalam penyampaian risalah Allah, bertawakkallah kepada Allah, karena sesungguhnya Dia adalah Penjagamu dan Penolongmu dalam melawan mereka, maka sibukkan dirimu dengan mengingat Allah, memuji-Nya, mensucikan-Nya serta beribadah kepada-Nya yang mana ia adalah shalat”. Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim.
Berkata Syeikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah (w: 1376H) ketika mengomentari ayat ini: “Engkau wahai Muhammad,
{فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ}
(bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (salat))“, maksudnya: “Perbanyaklah berdzikir kepada Allah, bertasbih kepada-Nya, memuji-Nya dan mendirikan shalat, karena yang demikian itu meluaskan dan melapangkan dadamu dan membantumu dalam urusan-urusanmu”. Lihat Taisir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Mannan.
Oleh sebab inilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan ketenangan dengan mengerjakannya, mari perhatikan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berikut:
«يَا بِلاَلُ أَقِمِ الصَّلاَةَ أَرِحْنَا بِهَا»
Artinya: “Wahai Bilal, iqamahkanlah shalat, tenangkanla kita dengan (mengerjakan)nya”. HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’, no. 13851.
Oleh sebab ini pula, shalat adalah sesuatu yang sejuk dipandang mata oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lihat riwayat berikut:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «حُبِّبَ إِلَىَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيبُ وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِى فِى الصَّلاَةِ»
Artinya: “Anas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Dicintakan kepadaku dari dunia; wanita dan wewangian dan dijadikan sesuatu yang sejuk di mataku ada di dalam shalat“. HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 3291.
Perhatikanlah perkataan indah berikut…
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah (w:751H):
فالمحب راحته وقرة عينه في الصلاة والغافل المعرض ليس له نصيب من ذلك بل الصلاة كبيرة شاقة عليه إذا قام فيها كأنه على الجمر حتى يتخلص منها وأحب الصلاة إليه أعجلها وأسرعها فإنه ليس له قرة عين فيها ولا لقلبه راحة بها
“Maka seorang pencinta ketenangannya dan penyejuk matanya di dalam shalat, adapun orang lalai yang berpaling, dia tidak memiliki bagian apapun dari hal itu, bahkan shalat terasa berat dan susah baginya, jika ia berdiri di dalamnya (shalat), seakan ia berdiri di atas batu panas, ingin lekas terlepas darinya, shalat yang paling dia cintai adalah yang paling cepat, paling tergesa-gesa. Maka sesungguhnya, tidak ada baginya penyejuk hati di dalam shalat dan tidak ada untuk hatinya ketenangan dengan mengerjakannya”. Lihat risalah Ibnul Qayyim ila ahadi ikhwanih, hal.33.
Di dalam shalat doa dikabulkan
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: « قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku membagi shalat antara-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi hamba-Ku apa yang dia minta”. HR. Muslim
Shalat menghapuskan dosa dan mengangkat derajat
عن مَعْدَان بْن أَبِى طَلْحَةَ الْيَعْمَرِىُّ قَالَ لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رضي الله عنه فَقُلْتُ أَخْبِرْنِى بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِى اللَّهُ بِهِ الْجَنَّةَ. أَوْ قَالَ قُلْتُ بِأَحَبِّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ. فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ «عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
Artinya: “Ma’dan bin Abi Thalhah Al Ya’muri meriwayatkan: “Aku pernah bertemu dengan Tsauban pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian aku bertanya: “Beritahukanlah kepadaku sebuah amalan, yang jika aku amalkan, maka Allah akan memasukkanku dengan ke dalam surga? Atau aku bertanya: “Beritahukanlah kepadaku amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala?”, lalu Tsauban radhiyallahu ‘anhu terdiam, (sampai ditanya pada kali yang ketiga, beliau menjawab): “Aku telah bertanya akan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau menjawab:“Hendaknya kamu memperbanyak sujud (shalat) untuk Allah, karena sesungguhnya tidaklah kamu sujud satu sujud karena Allah, kecuali Allah telah mengangkat derajatmu satu tingkatan dan menghapuskan dari satu kesalahan.” HR. Muslim.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ «أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ». قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا»
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullahshallallahu a’alihi wasallam bersabda: “Apa pendapat kalian, jikalau sebuah sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian, dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apa yang anda katakan akan hal tersebut, apakah masih tersisa dakinya?”, para shahabat menjawab: “Tidak tersisa sedikitpun dari dakinya”, beliau bersabda: “Maka demikianlah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus dengannya kesalahan-kesalahan”. HR. Bukhari dan Muslim.
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رضي الله عنه قَالَ: إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «لاَ يَتَوَضَّأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ فَيُصَلِّى صَلاَةً إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِى تَلِيهَا»
Artinya: “Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Sungguh aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki muslim berwudhu dan menyempunakan wudhunya, lalu dia shalat sebuah shalat kecuali Allah telah mengampuni baginya (dosa) antaranya dengan shalat yang selanjutnya”. HR. Muslim.
Kawan pembaca…
Tiada seorangpun yang bisa mengingkari bahwa ia adalah manusia yang sering melakukan dosa dan kesalahan, sebagaimana yang sudah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : « كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ ».
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Setiap keturunan Adam adalah orang yang selalu melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang selalu melakukan kesalahan adalah orang-orang yang selalu bertaubat”. HR. Muslim.
Dari sinilah terlihat pentingnya shalat, yaitu ketika seorang anak keturunan Adam sudah ditegaskan sebagai orang yang selalu melakukan kesalahan, maka tugas kita sebagaimana anak keturunan Adam adalah, bagaimana cara kesalahan dan dosa kita terhapus dan dimaafkan oleh Allah Ta’ala. Salah satu caranya adalah, selalu menjaga shalat lima waktu. Sebagaimana hadits-hadits diatas yang menyatakan penghapusan dosa dengan mendirikan shalat. Wallahu a’lam.
Shalat termasuk penyebab masuk surga dengan rahmat Allah Ta’ala
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ . قَالَ « تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوبَةَ ، وَتُؤَدِّى الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ » . قَالَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا . فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . [صحيح البخاري – مكنز 5/ 344، بترقيم الشاملة آليا]
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa ada seorang Arab dari kampung mendatangi Nabi Muhammad shalallah ‘alaihi wasallam, lalu bertanya: “Tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan, jika aku melakukannya aku masuk surga?”, beliau shallallahu ‘alaihi wasallammenjawab: “Beribadahlah kepada Allah, jangan menyekutukannya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat yang wajib, membayar zakat yang wajib dan berpuasa pada bulan Ramadhan”. Orang kampung Arab ini berkata: “Demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, aku tidak akan menambah dari ini”. Ketika orang tersebut berpaling, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Barangsiapa yang menginginkan melihat seseorang dari penghuni surga maka lihatlah orang ini”.HR. Bukhari.
عَنِ عُبَادَة رضي الله عنه قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ»
Artinya: “Ubadah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Lima shalat yang telah Allah wajibkan atas para hamba, barangsiapa yang melaksanakannya, tidak menyia-nyiakannya sedikitpun sebagai bentuk peremehan atas kedudukannya, maka baginya di sisi Allah janji, yaitu memasukkanya ke dalam surga dan barangsiapa yang tidak melaksakannya bagai tidak ada baginya janji di sisi Allah, jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksanya dan jika menghendaki, Dia memasukkanya ke dalam surga”.HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib Wa At Tarhib, no. 370.
Jangan Sekali-kali Meninggalkan Shalat!
عَنْ جَابِر ي رضي الله عنه َقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ»
Artinya: “Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya jarak antara seseorang dengan kseyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. HR. Muslim.
عَنْ بُرَيْدَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «الْعَهْدُ الَّذِى بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ»
Artinya: “Buraidah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Perjanjian yang ada antara kami dan mereka adalah perkara shalat, siapa yang meninggalkannya maka sungguh ia telah kafir”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di shahih Tirmidzi, no. 2621.
عَنْ أُمِّ أَيْمَنَ رضي الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «لاَ تَتْرُكِ الصَّلاَةَ مُتَعَمِّداً فَإِنَّهُ مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ مُتَعَمِّداً فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَرَسُولِهِ»
Artinya: “Ummu Aiman radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Jangan kamu tinggalkan shalat dengan sengaja, karena sesungguhnya siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka telah terlepas darinya jaminan Allah dan Rasul-Nya”.HR. Ahmad dan dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahih Targhib Wa At Tarhib, no. 569.
عن عمر رضي الله عنه قال:”لا حظ في الإسلام لمن ترك الصلاة”
Artinya: “Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada bagian di dalam Islam bagi yang meninggalkan shalat”. Atsar riwayat Malik di dalam Al Muwaththa’.
عن مجاهد رحمه الله سأل جابراً رضي الله عنه: ما كان يفرق بين الكفر والإيمان عندكم في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم ؟ فقال : الصلاة”
Artinya: “Mujahid rahimahullah bertanya kepada Jabir radhiyallahu ‘anhu: “Apa yang membedakan antara keimanan bagi kalian (para shahabat) di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaih wasallam?”,Jabir radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Shalat”. Atsar hasan diriwayatkan oleh Al Marwazi di dalam Ta’zhim qadr Ash Shalat dan Al Laalakai di dalam Syarh Ushul I’tiqad Ahli As Sunnah.
عَنْ حَمْزَةَ بْنِ نَجِيحٍ، قَالَ: سَمِعْتُ الْحَسَنَ، يَقُولُ: “يَا ابْنَ آدَمَ أَيُّ شَيْءٍ يَعِزُّ عَلَيْكَ مِنْ دِينِكَ إِذَا هَانَتْ عَلَيْكَ صَلَاتُك”
Artinya: “Hasan Al Bashri rahimahullah (w: 110H) berkata: ‘Wahai anak Adam, sesuatu apakah yang berharga atasmu dari perkara agamamu, jika shalatmu telah meremehkanmu”. Atsar riwayat Al Baihaqi di dalam Syuab Al Iman.
قال عبد الله بن شقيق رحمه الله التابعي الجليل الذي لقي كبار الصحابة: “كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم لا يرون شيئاً من الأعمال تركه كفر غير الصلاة”
Artinya: “Abdullah bin Syaqiq rahimahullah (w: 108H), seorang tabi’ie terkemuka yang pernah bertemu dengan pembesar shahabat berkata: “Para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berpendapat, ada suatu amalan yang meninggalkannya mengakibatkan sebuah kekufuran selain shalat”.Atsar shahih diriwayatkan oleh Tirmidzi, Al Marwadzi di dalam Ta’zhim Qadr Ash Shalat dan dishahihkan oleh Al Hakim, An Nawawi, Al Albani.
Asy Syaukani rahimahullah (w: 1250H) berkata, ketika mengomentari atsar di atas: “Yang terlihat jelas dari redaksi bahwa perkataan ini adalah kesepakatan para shahabat, karena perkataanya: ““Para shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam” adalah sebuah bentuk jama’ yang diidhafakan, dan hal ini mengisyaratkan akan hal itu”. Lihat Nail Al Awthar.
Berkata Ishaq bin Rahuyah rahimahullah (w: 238H):
قد صح عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أن تارك الصلاة كافر ، وكذلك كان رأي أهل العلم من لدن النبي صلى الله عليه وسلم إلى يومنا هذا : أن تارك الصلاة عمداً من غير عذر حتى يذهب وقتها كافر”
“Telah shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa yang meninggalkan shalat kafir, dan demikian pula pendapat para ulama dari zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamsampai zaman kita ini, yaitu bahwa yang meninggalkan shalat secara sengaja tanpa ada udzur sampai keluar waktunya maka ia kafir”. Lihat Ta’zhim Qadr Ash Shalat.
Berkata Imam Ahmad rahimahullah (w: 241H):
وقال الإمام أحمد في رسالة الصلاة: “فكل مستخفبالصلاة مستهين بها هو مستخف بالإسلام مستهين به، وإنما حظهم من الإسلام على قدر حظهم من الصلاة، ورغبتهم في الإسلام على قدر رغبتهم في الصلاة(3)”
Artinya: “Setiap yang meremehkan shalat, merendahkannya, maka ia meremehkan Islam dan merendahkannya, sesungguhnya bagian mereka di dalam Islam sesuai dengan kadar mereka dari shalatnya dan keinginan mereka di dalam Islam sesuai dengan keinginan mereka dalam shalat”.Lihat Risalat Ash Shalat.
Berkata Ibnu Nash Al Marwazi rahimahullah (w: 294H):
:”ذكرنا الأخبار المروية عن النبي صلى الله عليه وسلم في إكفار تاركها ، وإخراجه إياه من الملة ، وإباحة قتال من امتنع من إقامتها، ثم جاءنا عن الصحابة رضي الله عنهم مثل ذلك ، ولم يجئنا عن أحد منهم خلاف ذلك”
“Kita telah menyebutkan riwayat-riwayat berasal dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kufurnya orang yang meninggalkan shalat, dan kelaur dari agama Islam dan dihalalkan berperang melawan orang yang melarang untuk mendirikannya, kemudian telah datang kepada kita juga riwayat-riwayat seperti itu dan tidak ada satu riwayatpun dari mereka yang sampai kepada kita yang menyelisihi hal itu”. Lihat Lihat Ta’zhim Qadr Ash Shalat.
Kawan pembaca…
Disini penulis tidak dalam kapasitas menguatkan pendapat yang mengkafirkan orang yang meninggalkan shalat, akan tetapi lebih pada penyebutan hadits dan perkataan ulama yang tegas dan keras tentang meninggalkan shalat.
Bersambung… Buruk dan kejinya siksa akhirat untuk orang yang meremehkan atau meninggalkan shalat, insya Allah.
*) Selesai ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Ahad, 24 Rabi’ul Awwal 1432H, Dammam KSA