Memahami Beberapa Poin Penting Sebelum Bersedekah atau Menunaikan Zakat (bag 01)
Artikel Fiqh

Memahami Beberapa Poin Penting Sebelum Bersedekah atau Menunaikan Zakat (bag 01)

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه اجمعين, أما بعد:

1. Sedekah tidak akan diterima kecuali dari seorang yang ikhlas, yaitu tidak ingin ada yang melihat dan memberi pujian atas sedekahnya kecuali Allah Ta’ala.

{وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ} [التوبة: 54]

Artinya: “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” QS. At Taubah: 54.
Di dalam ayat di atas, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa sedekah dan nafkahnya orang kafir tidak diterima karena kekafiran mereka dan kekafiran adalah salah satu macam dari kesyirikan.
Sedekah adalah ibadah dan ibadah tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala jika Allah disekutukan dengan selain-Nya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah Tabaraka wa Ta’ala berkata: “Aku Yang paling tidak membutuhkan sekutu, barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan, di dalamnya ia mensyirikkan bersama-Ku dengan selain-Ku, niscaya Aku tinggalkan ia dan amalannya.” HR. Muslim.

أي أجعله وعمله مردودا من حضرتي والرياء دليل على السفه ورداءة الرأي وسوء الحظ

Al Munawi berkata: “Maksud dari “niscaya Aku tinggalkan ia dan amalannya” adalah aku jadikan ia (sang pelaku) dan amalannya tertolak dari hadapan-KU, dan riya’ adalah sebuah bukti atas kebodohan dan kedunguan pikiran serta keburukan bagian.” Lihat kitab Faidh Al Qadir, 4/633.

2. Allah Ta’ala hanya menerima dari sedekah harta yang halal

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya baik tidak menerima kecuali yang baik.” HR. Muslim.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ تَصَدَّقَ بِعَدْلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ – وَلاَ يَقْبَلُ اللَّهُ إِلاَّ الطَّيِّبَ – وَإِنَّ اللَّهَ يَتَقَبَّلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersedekah dengan senilai kurma dari harta yang baik dan Allah tidak menerima kecuali dari yang baik, sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya kemudian akan mengembangkannya untuk pelakunya sebagaimana salah satu dari kalian mengembang biakkan ternakknya sampai seperti gunung.” HR. Bukhari.

قَال النَّوَوِيُّ : وَهَذَا الْحَدِيثُ أَحَدُ الأْحَادِيثِ الَّتِي هِيَ مِنْ قَوَاعِدِ الإْسْلاَمِ وَمَبَانِي الأْحْكَامِ . . . وَفِيهِ الْحَثُّ عَلَى الإْنْفَاقِ مِنَ الْحَلاَل ، وَالنَّهْيُ عَنِ الإْنْفَاقِ مِنْ غَيْرِهِ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ حَلاَلاً خَالِصًا لاَ شُبْهَةَ فِيهِ . شرح صحيح مسلم للنووي 7 / 100 .

An Nawawi rahimahullah berkata: “Hadist ini adalah salah satu dari hadits-hadits yang ia merupakan pokok-pokok ajaran dan bagunan kokoh hokum-hukum Islam…, di dalamnya terdapat perintah untuk berinfaq dari yang halal dan larangan dari berinfaq dari yang selainnya, seharusnya dari yang halal dan ikhals tidak ada kesamaran di dalamnya.” Lihat kitab Al Minhaj syarah shahih Muslim, 7/100.

3. Sifat Al Mann dan Al Adza akan membatalkan pahala sedekah, maka jauhilah ketika bersedekah

Hati-hati jika ada bersedekah, jauhi dua sifat; Al Mann (mengungkit-ngungkit pemberian) dan Al Adza (menyakiti yang disedekahi ketika memberi sedekah), karena dua sifat ini akan membuat sedekah sia-sia.

{ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (262) قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (263) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (264)} [البقرة: 262 – 264]

Artinya: “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia.” QS. Al Baqarah: 264.
Para Ahli fikih tidak berbeda pendapat bahwa dua sifat ini; Al Mann dan Al Adza di dalam sedekah adalah haram dan menghapuskan pahala.
Berkata Al Qurthuby rahimahullah:

عَبَّرَ تَعَالَى عَنْ عَدَمِ الْقَبُول وَحِرْمَانِ الثَّوَابِ بِالإْبْطَال .

Artinya: “Allah menggambarkan tentang tidak diterima dan terlarangnya ganjaran sedekah dengan pembatalan (sedekah tersebut-pent).” Lihat kitab Tafsir Al Qurthuby, 3/311.
Berkata Asy Syribiny:

الْمَنُّ بِالصَّدَقَةِ حَرَامٌ مُبْطِلٌ لِلأْجْرِ لِلآْيَةِ السَّابِقَةِ ، وَلِخَبَرِ مُسْلِمٍ : ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ . قَال : فَقَرَأَهَا رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلاَثَ مِرَارٍ . قَال أَبُو ذَرٍّ : خَابُوا وَخَسِرُوا ، مَنْ هُمْ يَا رَسُول اللَّهِ ؟ قَال : الْمُسْبِل ، وَالْمَنَّانُ ، وَالْمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ . وَجَعَلَهُ الْبُهُوتِيُّ مِنَ الْكَبَائِرِ فَقَال : وَيَحْرُمُ الْمَنُّ بِالصَّدَقَةِ وَغَيْرِهَا ، وَهُوَ مِنَ الْكَبِيرَةِ وَيَبْطُل الثَّوَابَ بِذَلِكَ

Artinya: “Sifat Al Mann pada sedekah haram dan membatalkan pahala, berdasarkan ayat yang telah lalu, dan berdasarkan hadits riwayat Muslim: “Tiga orang yang tidak dibicarai oleh Allah pada hari kiamat, tidak melihat kepada mereka dan tidak mensucikan mereka serta bagi mereka siksa yang pedih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkannya sebanyak tiga kali, berkata Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu: “Rugi dan sengsara, siapa mereka wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Al Musbil (seorang yang memanjangkan pakaiannya di bawah dua mata kaki), Al Mannan (seorang yang mengungkit-ngungkit pemberian), menjual barangnya dengan sumpah yang dusta. Al Buhuty menjadikannya termasuk dari dosa-dosa besar, beliau berkata: “dan diharamkan sifat Al Mann pada sedekah dan lainnya dan ia adalah termasuk dari dosa besar yang dapat membatalkan pahala dengan hal itu.” Lihat kitab Kasyf Al Qanna’ ‘An Matn Al Iqna’, 2/298.

4. Memperhatikan bagaimanakah sebaik-baik dan seutama-utama sedekah

Ada beberapa keadaan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang keadaan sedekah yang paling baik; yang pertama yaitu bersedeakh dalam keadaan sehat, mempunyai sifat bakhil, takut kemiskinan dan berharap kekayaan. Yang kedua adalah bersedekah dalam keadaan masih mempunyai sisa untuk bekal hidupa dan keluarganya. Yang ketiga adalah yang dikeluarkan dalam keadaan sedikit dan dibutuhkan.
Perhatikan hadits berikut:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ فَقَالَ « أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلاَ تُمْهِلْ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا وَلِفُلاَنٍ كَذَا أَلاَ وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung?” beliau menjawab: “Kamu bersedekah dalam keadaan sehat, bakhil, takut miskin, menginginkan kekayaan dan tidak menunda-nunda sampai jika (nafas) sudah ditenggorokan, kamu mengatakan: “Untuk si fulan sekian, untuk si fulan sekian”, ingatlah bahwasanya si fulan telah memilikinya.” HR. Bukhari dan Muslim

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik sedekah adalah yang meninggalkan kecukupan dan mulailah (sedekah-pent) dari yang di bawah tanggung jawab.” HR. Bukhari dan Muslim.

Maksud dari “Sebaik-baik sedekah adalah yang meninggalkan kecukupan” adalah, berkata Ibnu Hajar Al ‘Asqalany rahimahullah:

والمختار أن معنى الحديث أفضل الصدقة ما وقع بعد القيام بحقوق النفس والعيال بحيث لا يصير المتصدق محتاجا بعد صدقته إلى أحد فمعنى الغنى في هذا الحديث حصول ما تدفع به الحاجة الضرورية كالأكل عند الجوع المشوش الذي لا صبر عليه وستر العورة والحاجة إلى ما يدفع به عن نفسه الأذى وما هذا سبيله فلا يجوز الإيثار به بل يحرم وذلك أنه إذا آثر غيره به أدى إلى إهلاك نفسه أو الاضرار بها أو كشف عورته فمراعاة حقه أولى على كل حال فإذا سقطت هذه الواجبات صح الايثار وكانت صدقته هي الأفضل لأجل ما يتحمل من مضض الفقر وشدة مشقته فبهذا يندفع التعارض بين الأدلة أن شاء الله

Artinya: “Yang dipilih dari makna hadits adalah bahwa seutama-utama sedekah adalah yang dilakukan setelah melaksanakan hak-hak pribadi dan keluarga, yang mana seorang yang bersedekah tidak membutuhkan seseorang setelah sedekahnya, maka makna al ghina di dalam hadits ini adalah tercapainya apa yang menutupi kebutuhan pokok seperti makan ketika lapar yang sangat yang tidak dapat ditahan atasnya, menutup aurat dan kebutuhan kepada apa yang menahan dari diri pribadinya kerusakan, dan apa saja yang sejalannya, maka tidka diperbolehkan untuk mendahulukan orang lain dengannya, bahkan diharamkan, yang demikian itu, jika ia mendahulukan orang lain daripada dirinya maka akan menghantarkan ia kepada kebinasaan dirinya atau membahayakannya atau membuka auratnya, maka memperhatikan haknya lebih utama dalam segala hal, jika telah gugur kewajiban-kewajiban seperti ini maka baru sah diperbolehkan mendahulukan orang lain, dan sedekahnya adalah yang paling utama, karena ia menanggung dari kesempitan kefakiran dan kesulitannya, dengan ini terlepas pertentangan diantara dalil-dalil, insyaAllah.”lihat kitab Fath Al Bary, 3/296.
An Nawawi rahimahullah berkata:

معناه أفضل الصدقة ما بقى صاحبها بعدها مستغنيا بما بقى معه وتقديره أفضل الصدقة ما أبقت بعدها غنى يعتمده صاحبها ويستظهر به على مصالحه وحوائجه

Artinya: “Maknanya adalah, bahwa seutama-utama sedekah adalah apa yang ditinggalkan pelakunya setelah (sedekah)nya mencukupi dengan apa yang tersisa bersamanya, dan pnefsirannya adalah, seutama-utama sedekah adlah yang meninggalkan kekayaan yang pelakunya bersandar kepadanya dan mempelihatkan dengannya atas kebutuhan dan keperluannya.” Lihat kitab Al Minhaj Syarah Shahih Muslim, 7/125.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ « جَهْدُ الْمُقِلِّ وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ ».

Artinya: “Abu Hurairah berkata: “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sedekapah apakah yang paling utama?, beliau bersabda: “(Sedekah-pent) yang dalam penuh perjuangan dan dalam keadaan sedikit harta, dan mulailah (sedekah-pent) dari yang di bawah tanggung jawab.” HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab shahih Al jami’, no. 1112.
Al Munawi rahimahullah berkata:

أي مجهود وقليل المال : يعني قدرته واستطاعته وإنما كان ذلك أفضل لدلالته على الثقة بالله والزهد

Artinya: “Maksudnya yaitu dalam keadaan penuh perjuangan dan sedikit harta yaitu kemampuan dan kebisaannya, dan hal itu membuat sedekah paling utama karena menunjukkan kepada kepercayaan terhadap Allah dan sikap zuhud.” Lihat kitab Faidh Al Qadir, 2/47. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Bersambung insyaAllah: 

Memahami Beberapa Poin Penting Sebelum Bersedekah atau Menunaikan Zakat (bag 02):
5. Memperhatikan siapakah sebaik-baik yang disedekahi
6. Berharap Keutamaan bersedekah tidak mengurangi keikhlasan
7. Lebih baik bersedekah secara tersembunyi meskipun boleh bersedakah dengan terang-terangan
8. Bersedekah dengan harta yang paling dicintai
9. Bersedekah kepada seorang yang sangat membutuhkan lebih berpahala

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Selasa, 10 Syawwal 1433H, Dammam KSA.

Post Comment