Tafsir

BAJU ABAYA ALA SY*HR*N* DI TANAH SUCI

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Sobatku yang mulia…
Beberapa hari yang lalu saya menemani istri saya yang tersayang, tercinta, terindu, termanis, jalan-jalan di Pasar Taiba di Kota Suci Madinah Arab Saudi, ketika mau beli Baju Abaya, eh sama penjualnya (orang Arab) ditawari baju, kata dia: “Tafadhdhal, hadzihi ‘abaya SY*HR*N*'” (silahkan, ini ada baju abaya ala Sy*hr*n*).
saya kaget, koq bisa namanya sekarang abaya dengan nama itu.
Sebagian jamaah pernah saya dengar cerita mereka, bahwa kalau dulu penjaga pintu masjid nabawi perempuan dari Arab untuk mengatur dan menunjukkan jalan bagi perempuan indonesia atau malaysia, maka mereka akan mengatakan: “Siti Rahmah kesini, Siti Rahmah jangan duduk di depan pintu dan semisalnya”, tetapi sekarang sudah berubah panggilannya: “Sy*hr*n* kesini, Sy*hr*n* jangan duduk di depan pintu dan semisalnya”.


Sobatku yang mulia…
yang ingin saya sampaikan adalah bahwa, setiap dari kita akan mati, yang patut kita tanyakan adalah;
– APA YANG SUDAH KITA PERBUAT, UNTUK BEKAL AKHIRAT?
– APA YANG KITA KELAK TINGGALKAN SETELAH KITA MATI?, APAKAH CONTOH ATAU SESUATU YANG BAIK, YANG PAHALANYA TERUS MENGALIR ATAUKAH DOSANYA YANG TERUS BERTAMBAH, KARENA KITA MENINGGALKAN BEKAS YANG BURUK YANG DIIKUTI OLEH ORANG BANYAK!?!
Lihat penjelasan menarik dari Imam Ibnu Jarir Ath Thabary rahimahullah di dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat:


رَبِّ هَبْ لِي حُكْماً وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ * وَاجْعَل لِّ لِسَانَ صِدْقٍ فِي الآخِرِينَ} الشعراء83-84

Artinya: “Wahai Rabbku, berikanlah kepadaku hikmah dan gabungkanlah aku bersama orang-orang shalih, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang yang datang kemudian.” QS. Asy Syu’ara: 83-84.
beliau berkata: 


“واجعل لـي فـي الناس ذكراً جميلاً، وثناءً حسناً، بـاقـياً فـيـمن يجيء من القرون بعدي”. 

Artinya: Dan jadikanlah aku di tengah manusia sebagai kenangan yang baik, pujian yang indah, yang tetap ada di tengah orang yang datang setelah zamanku”.

Senin, 20 Jumadal Ula 1437H
di Madinah Kota Nabi
Ahmad Zainuddin Al Banjary

Post Comment