Targhib Wa Tarhib

BERKAH MENEMANI ULAMA – bag. 01

SOBAT sekalian yang semoga selalu di rahmati Allah Taala…

بسم الله الرحمن الرحيم والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله ومن والاه.

Di dalam tulisan ini dan selanjutnya, akan disebutkan beberapa faidah yang di dapat tatkala 4 hari 3 malam menemani seorang ulama, yaitu Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al Badr hafizhahullah. ketika beliau berkunjung ke indonesia dari mulai tanggal 22-25 Jumadats Tsaniah 1437H.

1. Sangat memperhatikan perasaan orang yang berinteraksi dengan beliau.

 

Ceritanya 1: ketika beliau dapat bertemu dengan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, dengan izin Allah kemudian pertolongan seseorang yang dekat dengan Duta Besar.
Ketika pulang karena satu dan lain hal, akhirnya beliau dan si fulan yang menolong ini tidak sempat bertemu dan berpamitan, maka syaikh berkata kepada saya: “Kita belum berpamitan kepada si fulan, beliau telah membantu kita”, kemudian ternyata fulan ini mengirim kabar, bahwa beliau MEMINTA MAAF KEPADA SYAIKH karena belum sempat pamitan, masih ada urusan lain, mendengar itu syaikh mengatakan: “MALAH BELIAU YANG MINTA MAAF KEPADA KITA, MINTAKAN MAAF KEPADA BELIAU DARI SAYA, KARENA BELUM SEMPAT PAMITAN,” setelah disampaikan permintaan maafnya, maka syaikh berkata:

هكذا الإنصاف والعدل

“BEGINI BARU ADIL…”
Cerita 2: di dalam mobil beliau bertanya kepada fulan yang menjemput dan menyetir mobil, bagaimana kabar dan bertanya bagaimana keadaan orangtua terutama ibu.
Karena fulan ini juga yang di waktu sebelumnya menjemput dan menyetirkan untuk beliau.
dan sering sekali, tdk sekali dua kali saya dengar, beliau bertanya kepada seseorang yang berinterikasi dengan beliau:

كيف الوالد والوالدة؟

“BAGAIMANA KEADAAN BAPAK DAN IBU?”
bahkan membawakan kurma khusus dari Madinah untuk ibunda seseorang.
Cerita 3: Ketika fulan yang menyediakan tempat tinggal untuk Syaikh, berkata: “Wahai Syaikh, merupakan kehormatan bagi kami, syaikh berkenan untuk berkunjung di rumah kami, Syaikh langsung menjawab:

 
لا، هذا بيتي الآن 

“Nggak, ini sekarang (saya anggap) rumah saya”.
Cerita 4: Ketika makan bersama di undang si fulan, saya mengatakan kepada hadirin tentang kebiasaan syaikh, bahwa syaikh menyukai ikan bakar dibanding ikan goreng, maka Syaikh menyanggah: 

لا أنا أحب الشيخ ….

“Nggak, Saya menyukai Syaikh fulan(menyebutkan) nama yang menjami beliau makan”.
ITU SEMUANYA UNTUK MENJAGA PERASAAN ORANG LAIN.
Sobatku yang terhormat…
Menjaga perasaan saudara muslim adalah akhlaq islam. mari perhatikan nash-nash berikut:

عن قيس سمعت جرير بن عبد الله يقول : ما رآني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – إلا تبسم في وجهي ، رواه الحاكم

Artinya: “Dari Qais, ia berkata: “Aku mendengar Jarir bin Abdillah berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah melihatku kecuali dalam keadaan tersenyum di depanku.” HR. Al Hakim.
Ketika ada seorang yang berbicara di dalam shalat karena ketidak tahuannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil orang tersebut dan dengan lembutnya beliau bersabda agar tersebut tidak merasa dihinakan:

إن هذه الصلاة لا يصح فيهما شيء من كلام الناس إنما هو التسبيح والتكبير وقراءة القرآن . 

“Sesungguhnya shalat ini tidak sah di dalamnya perkataan apapun dari manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan Al Quran.” HR. Muslim.
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:

“لا تظن بكلمة خرجت من أخيك المؤمن شرًّا، وأنت تجد لها في الخير محملاً “. 

Artinya: “Jangan kamu anggap sebuah ucapan yang keluar dari saudara mukminmu adalah keburukan, padahal kamu dapat menjadikan ucapan tersebut dalam anggapan yang baik.”

Banjarmasin, 
Rabu 28 Jumadats Tsaniah 1437
Ahmad Zainuddin Al Banjary

Post Comment