Targhib Wa Tarhib

Demi Harta, Apapun Dioplos…

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:

Apa Kabar saudaraku pembaca? Semoga selalu dalam petunjuk Allah Ta’ala. Pembicaran kita sekarang seputar “oplos-mengoplos”, tipu-menipu dan semisalnya. Contoh-contoh pengoplosan, penipuan dan semisalnya…..
 
 
 
Semangka disuntik agar lebih merah, daging disuntik agar lebih gemuk, kerupuk dioplos, madu dioplos, isi-isi kue dioplos, terasi dioplos, minuman es buah yang diisi buah-buah busuk, sparepart dipalsukan, sampai pentol bakso dioplos dibuat dari daging tikus!!! Masih banyak yang lain… Sampai kadang tidak masuk akal dan nurani.
 
 
 
 
Pertanyaannya… Kenapa dioplos? Kenapa begitu semangat mengeluarkan tenaga sebanyak mungkin, hanya untuk meng-oplos, yang keuntungannya tidak seberapa apalagi dibandingkan surga dan kenikmatannya?! Kenapa begitu teganya membahayakan orang banyak dengan barang oplosannya?!

Kenapa bisa berpikir sampai begitu panjangnya, bahkan para ilmuwanpun tidak terpikir caranya agar bisa ngoplos seperti oplosannya?! Ternyata jawabannya adalah…

Manusia itu tabiatnya sangat tamak terhadap harta. Dan ini bukan hanya sekedar kabar dan penemuan yang valid, tetapi pada saat yang bersamaan adalah celaan dan hinaan terhadap tabiat seperti itu.
 
 
Saudaraku pembaca…
 
 
Mari perhatikan beberapa ayat dan hadits serta perkataan para ulama Islam terdahulu yang menerangkan ketamakan dan kerakusan manusia terhadap harta.
 
Allah Ta’ala berfiman:
 
{وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا } [الفجر: 20]

Artinya: “Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” QS. Al Fajr:20.
 
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah: “Maksudnya adalah mencintai harta dengan kecintaan yang sangat.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Kecintaan berlebih ini adalah sifat tercela, karena akan menghantarkan kepada pengumpulannya dengan segala cara, tanpa memperhatikan mana yang halal dan mana yang haram.
As Sa’dy rahimahullah berkata:

{ وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا } أي: كثيرًا شديدًا، وهذا كقوله تعالى: { بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى } { كَلا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَتَذَرُونَ الآخِرَةَ } .

“Maksudnya adalah kecintaan yang banyak dan sangat, dan ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:

{ بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى }
Artinya: “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi”. “Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. QS. Al A’la: 6-7.

{كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20) وَتَذَرُونَ الْآخِرَةَ (21)} [القيامة: 20، 21]
 
Artinya: “Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia”. “Dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.” (QS. AL Qiyamah: 20-21, lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam tafsir surat Al fajr: 20).Lihat di dalam ayat-ayat di atas, bagaimana ketamakan dan kerakusan manusia terhadap harta yang akhirnya, dia lebih mendahulukan dunia yang tidak baik dan tidak kekal, meninggalkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.

Allah Ta’ala berfirman:

 
{ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ} [العاديات:8]

Artinya: “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS. AL ‘Adiyat: 8).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

وقوله: { وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ } أي: وإنه لحب الخير -وهو: المال-لشديد. وفيه مذهبان: أحدهما: أن المعنى: وإنه لشديد المحبة للمال. والثاني: وإنه لحريص بخيل؛ من محبة المال. وكلاهما صحيح

“Maksudnya adalah dan dia sungguh sangat menyukai kebaikan yang maksudnya adalah harta, di dalam tafsiran ini terdapat dua makna; yang pertama: maknanya adalah dia sangat cinta terhadap harta, dan yang kedua: maknanya adalah dia sangat tamak dan bakhil karena kecintaan terhadap harta. Dan kedua pendapat ini benar.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam ayat ini).
 
Satu lagi penjelasan menarik tentang kerakusan dan ketamakan manusia terhadap harta…
 
Berkata As Sa’dy rahimahullah:

وحبه لذلك، هو الذي أوجب له ترك الحقوق الواجبة عليه، قدم شهوة نفسه على حق ربه، وكل هذا لأنه قصر نظره على هذه الدار، وغفل عن الآخرة

Artinya: “Kecintaan manusia akan (harta) itulah yang menjadikannya harus meninggalkan perkara-perkara yang diwajibkan atasnya, yang menyebabkan dia mendahulukan hawa nafsunya daripada hak Rabbnya, dan semuanya ini karena pandangannya hanya  terpaku pada dunia ini dan melupakan kehidupan akhirat.” (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam ayat ini).

{أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) } [التكاثر: 1]

Artinya: “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian”. QS. At Takatsur: 1.
 
Al Hasan Al Bashry rahimahullah berkata: “Bermegah-megahan di dalam harta dan keturunan telah melalaikan kalian.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir di dalam ayat ini).

Saudaraku pembaca…

Mari perhatikan hadits berikut bagaimana terlihat sekali tabiat manusia yang sangat rakus dan tamak terhadap harta.

Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

عَنْ عَطَاءٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَوْ كَانَ لاِبْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا ، وَلاَ يَمْلأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau anak Adam mempunyai dua lembah dari harta pasti menginginkan yang ketiga, padahal tidaklah mengisi mulut anak Adam melainkan tanah, dan Allah akan memberikan taubat atas orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari).

Tamak dan rakus …!!! Sudah punya dua masih ingin yang ketiga!

Tamak dan rakus …!!! Sudah punya jutaan masih ingin milyaran!

Tamak dan rakus …!!! Sudah punya milyaran masih ingin triyunan!


Padahal kalau sudah mati, dikubur, tidak ada yang mengisi mulutnya kecuali tanah kuburannya.
 
Bagi siapa pun yang sekarang menipu, berbuat makar, mengoplos barang dan perbuatan apapun yang merugikan orang lain…
 
Semoga setelah ini Anda mengetahui bahwa fungsi harta bagi manusia, hanya ada tiga:

عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَقْرَأُ (أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ) قَالَ « يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ ». صحيح مسلم – م (8/ 211)

Artinya: “Mutharrif mendapatkan riwayat dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku pernah menemui Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang membaca surat (أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ) , beliau bersabda: “Anak manusia mengucapkan: “Hartaku, hartaku”, kemudaian beliau bersabda: “Wahai anak manusia, Apakah kamu memiliki dari hartamu melainkan yang kamu telah makan lalu habis, atau yang kamu telah pakai lalu rusak, atau yang telah kamu sedekahkan maka itu yang tersisa”.  HR. Muslim.
Dalam riwayat muslim yang lain ada tambahan sebagai penjelas, setalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjelasakan tiga fungsi harta tadi, belaiu bersabda:

« وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ ».

Artinya: “Dan selain itu maka dia akan sirna dan dia tinggalkan untuk manusia.” HR. Muslim. 
 
Disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah sebuah cerita yang beliau nukilkan dari Al Hafizh Ibnu ‘Asakirrahimahullah, ketika menuliskan biografi Al Ahnaf bin Qais,
Disebutkan bahwa beliau melihat seorang lelaki yang memegang perak, beliau bertanya: “Milik siapa perak ini?”,  lelaki ini menjawab: “(ini) Milikku”, beliau berkata:

إنما هو لك إذا أنفقته في أجر أو ابتغاء شكر

 
“Sesungguhnya perak itu milikmu jika kamu menafkahkannya kerna berharap pahala atau mencari kesyukuran”, kemudian Al Ahnaf menyebutkan sebuah syair:

أنتَ للمال إذا أمسكتَه … فإذا أنفقتَه فالمالُ لَكْ …

“Kamu dimiliki oleh harta jika kamu menyimpannya…
                Tetapi jika kamu menafkahkannya maka harta itu milikmu.”


Tua-tua Keladi, semakin tua semakin menjadi rakus dan tamaknya terhadap harta
 
 
Dalam arti lain, kerakusan dan ketamakan terhadap harta tidak termakan oleh zaman, mau ubanankah, bungkuk badankah… pokoknya tetap oplos, tetap menipu, membuat makar yang penting harta…harta dan harta.
Mari perhatikan saudaraku pembaca, sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَهْرَمُ ابْنُ آدَمَ وَتَشِبُّ مِنْهُ اثْنَتَانِ الْحِرْصُ عَلَى الْمَالِ وَالْحِرْصُ عَلَى الْعُمُرِ

 
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Anak manusia akan menua tetapi bertambah kuat darinya dua perkara; ketamakan terhadap harta dan keinginan panjang  umur.” HR. Muslim.
 
Saudaraku pembaca…

Karena kerakusan dan ketamakan terhadap harta, 1 manusia bisa lebih ganas daripada 2 serigala yang lagi lapar yang dilepas pada sebuh kambing!!!
 

Mari perhatikan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:
 
 

عَنِ ابْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِىِّ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

Artinya: “Ibnu Ka’ab bin Malik Al Anshary meriwayatkan dari bapaknya  radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah dua serigala lapar diutus pada seekor kambing lebih merusak, dibandingkan tamaknya seseorang terhadap harta dan kedudukan yang bisa merusak agamanya.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 3250.

Hadits di atas maksudnya, ketamakan dan kerakusan terhadap harta dan kedudukan lebih merusak agama seseorang daripada kerusakan dan keganasan dua ekor serigala yang lagi lapar yang dilepas pada seekor kambing.

Saudaraku pembaca…

Akhirnya setelah ini semua, kita mengetahui bahwa penyebab seorang melakukan oplos, tipuan dalam barang dangannya, makar dalam jual belinya dan sebagainya yang merugikan orang banyak terutama kaum muslim. Penyebabnya yaitu KETAMAKAN DAN KERAKUSAN MANUSIA TERHADAP HARTA.

Maka tidak heran kalau seorang berkata: “Nyari yang haram aja susah, apa lagi yang halal”.  
 
Maka tidak heran kalau seorang berkata: “Yang halal ada ditangan saya sedangkan yang haram yang bukan di tangan saya, dengan cara apapun saya mendapatkannya”.
 
Akhirnya segala cara dihalalkan, mau oplos, menipu, membohongi, memalsukan atau cara apapun yang merugikan orang banyak terutama kaum muslim.
 
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ ، لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ أَمِنَ الْحَلاَلِ أَمْ مِنَ الْحَرَامِ

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Akan datang pada manusia suatu masa, seseorang tidak memperhatikan apa yang dia ambil, apakah dari yang halal atau yang haram.” HR. Bukhari.

Di dalam riwayat Imam Ahmad dengan lafazh yang lain ada baiknya kit abaca agar lebih jelas:
 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ مِنَ الْمَالِ بِحَلاَلٍ أَوْ بِحَرَامٍ
 

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh akan benar-benar datang pada manusia suatu zaman, seseorang tidak memperhatikan dengan apa yang diambil, dengan (cara) yang halal atau dengan (cara) yang haram.”HR. Ahmad.

Dua hadits di atas adalah kabar dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam atas perkara yang akan terjadi dan pada saat yang bersamaan juga sebagai bentuk celaan dan peringatan keras dari beliau shallallahu ‘alaihi wasallam agar umatnya tidak melakukannya.

Saudaraku pembaca…

Semoga bisa dipahami dan diamalkan serta jangan lagi mengoplos kalau sudah mengoplos atau tidak jadi mengoplos jika baru punya niat mengoplos.
Bersambung insyaAllah… “Ancaman bagi para pengoplos, penipu dan pembuat makar!!!” 

*) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin Jumat 5 Shafar 1433H, Dammam KSA

Anda dapat menyimak kajiannya dalam MP-3 dengan mendengarkan / mengunduhnya di sini

 

Post Comment