Targhib Wa Tarhib

Guru Itu Bernama Ramadhan

 

 

 

Guru Itu Bernama Ramadhan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ».

(يَا أَيُّهَا الَّذِين آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)

(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِى تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً)

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً)

أَمَّا بَعْدُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِىَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ

عباد الله: إن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى فيه بملائكته فقال  تعالى:{ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [الأحزاب: 56]

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم)) مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ((

 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

اني أوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل في السر والعلانية، والإخلاص له في الأعمال والأقوال، والاقتداء برسولنا الكريم محمد صلى الله عليه وسلم في جميع اعمالنا وفي كل ما نتقرب به إلى ربنا عز وجل، فإن تقوى الله تبارك وتعالى هي السبب العظيم في تحصيل سعادة الدنيا والآخرة، قال الله تعالى:(وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ)

 

قال تعالى:{فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ} [ق: 45]

Artinya: “Maka beri peringatanlah dengan Al Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” QS. Qaaf:45.

 {فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى (9) سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى (10) } [الأعلى: 9، 10]

Artinya: “Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat.” “Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran.”

{ فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ (21) } [الغاشية: 21]

Artinya: “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” “Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.” QS. Al Ghasyiah: 21.

{يُقَلِّبُ اللَّهُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ } [النور: 44]

Artinya: “Allah mempergantikan malam dan siang.  Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.” QS. An Nur: 44.

Ayat-ayat yang disebutkan di atas tadi memberikan pengetahuan kepada bahwa kita dalam sesuatu yang diciptakan atau yang disyariatkan Allah selalu ada pelajaran yang dapat dipetik.

Wahai Kaum Muslim rahimakumullah (semoga Allah merahmati kita seluruhnya)…

Ramadhan Bulan penuh berkah itu sudah berlalu…

Ramadhan Bulan yang malam-malamnya kemerdekaan api neraka di setiap malamnya itu sudah berlalu…

Ramadhan Bulan yang di dalamnya dosa-dosa diampuni sudah berakhir

Ramadhan bulan yang di dalamnya doa-doa dikabulkan sudah lewat…

Bulan Al Quran itu telah lewat…

Bulan Bersedekah itu telah habis

Bulan penuh perjuangan itu telah berakhir.

Bulan Lailatul Qadar Malam yang lebih baik dari seribu bulan telah berlalu.

Dan jika berbicara mungkin Ramadhan akan berkata:

“Wahai sahabat Muslimku…

Aku pergi ya, untuk meninggalkan kamu dalam waktu yang lama…

11 bulan lagi aku pasti kembali.

TAPI AKU TIDAK TAHU, KAMU BISA MENEMUIKU LAGI ATAU TIDAK?!?” begitulah kira-kira Ramadhan berkata.

 

Wahai Kaum Muslim rahimakumullah (semoga kita selalu dirahmati Allah)…

Pada Khotbah idul Fitri kali ini kita akan belajar dari Bulan Ramadhan…

Kiranya, apakah pelajaran-pelajaran yang bisa kita petik dari seorang GURU YANG BERNAMA RAMADHAN ITU?

Wahai kaum muslimin rahimakumullah (semoga Allah selalu selalu merahmati kita seluruhnya)…

Pelajaran Pertama:

Ramadhan membuat kita lebih memahami keberadaan kita dunia, yaitu menjadi hamba Allah bertakwa.

Wahai kaum muslimin, ini adalah salah satu pelajaran yang sangat berarti dari Ramadhan mengenalkan hakikat seseorang, mengenalkan tujuan penciptaannya di dunia, sehingga seseorang selalu di dalam batasan-batasan Allah selama ia diberi nafas oleh Allah di dunia yang sementara ini.

Sehingga juga, setiap kali mulai melenceng atau benar-benar sudah melenceng dari tujuan aslinya di dunia,  dia bisa kembali dengan cepat dan tanggap.

Allah berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [البقرة: 183]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” QS. Al Baqarah: 183.

Wahai Kaum Muslimin…

Taqwa adalah Mengerjakan ketaatan kepada Allah dengan petunjuk dari Allah berharap pahala dari Allah dan menjauhi larangan Allah dengan petunjuk dari Allah karena takut siksa Allah.

Sebagaimana perkataan Thalq bin Habib rahimahullah:

 التقوى أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله.

Taqwa adalah berusaha selalu mengingat Allah, selalu berusaha bersyukur akan nikmatnya, sebagaimana perkataan shahabat Nabi yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

 أن يطاع فلا يعصي ويذكر فلا ينسى وأن يشكر فلا يكفر.

Taqwa adalah Merasa takut dengan Allah Yang Maha Perkasa, beribadah sesuai dengan contoh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, puas dengan pemberian Allah walau sedikit, mengumpulkan bekal untuk hari kematian, sebagaimana perkataan Ali Bin Thalib radhiyallahu ‘anhu:

التقوى هي الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والقناعة بالقليل ، والإستعداد ليوم الرحيل

Oleh karenanya wahai kaum muslimin…

Hamba Allah di dalam bulan Ramadhan lebih Taat kepada Allah dalam melaksanakan kewajiban.

Hamba-hamba Allah di dalam bulan Ramadhan lebih takut kepada Allah dengan menjauhi maksiat.

Hamba-hamba Allah di dalam bulan Ramadhan lebih banyak berdzikir dan membaca Al Quran

Hamba-hamba Allah di dalam bulan Ramadhan lebih bisa bersabar dan puas atas Taqdir dan pemberian Allah Taala.

Hamba-hamba Allah di dalam bulan Ramadhan lebih bersyukur atas nikmat-nikmat Allah.

Karena Ramadhan adalah guru yang mengajarkan kepada kita muridnya hakikat diri, yaitu menjadi hamba Allah yang bertaqwa.

{وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيدًا } [النساء: 131]

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” QS. An Nisa: 131.

 

Pelajaran kedua:

Belajar Ikhlas dari Puasa

Wahai kaum muslimin rahimakumullah (semoga Allah merahmati kita seluruhnya)…

Amalan wajib di dalam bulan Ramadhan adalah berpuasa wajib Ramadhan, dan dari puasa kita dapat belajar keikhlasan dalam beribadah.

Para ulama telah menjelaskan hal ini,

Bagaimana Belajar Ikhlas dari Ibadah Puasa? 

Mari kita perhatikan hadits berikut;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى ». متفق عليه

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap amalan anak Adam dilipatkan, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh lipat sampai tujuhratus kali lipat, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Kecuali puasa, karena sesuangguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku Yang akan mengganjarnya, (karena) ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.” HR. Bukhari dan Muslim.

Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah:

أن الصوم لا يقع فيه الرياء كما يقع في غيره حكاه المازري ونقله عياض عن أبي عبيد

“Bahwa puasa tidak terjadi di dalamnya riya’ sebagaimana terjadi pada selainnya, diceritakan oleh al Maziry dan dinukilkan oleh ‘yadh dari Abu ‘Ubaid.

قال القرطبي : لما كانت الأعمال يدخلها الرياء ، والصوم لا يطلع عليه بمجرد فعله إلا الله فأضافه الله إلى نفسه ولهذا قال في الحديث : (يدع شهوته من أجلي) .

“Berkata Al Qurthuby rahimahullah: “Ketika amalan-amalan (lain) dimasuki oleh riya’, sedangkan puasa tidak dapat dilihat dengan hanya melakukannya, kecuali Allah, maka Allah gandengkan puasa itu kepada diri-Nya, oleh sebab inilah Allah berfirman di dalam hadits: “Ia meninggalkan syahwatnya karena Aku.”

وقال ابن الجوزي : جميع العبادات تظهر بفعلها وقلّ أن يسلم ما يظهر من شوبٍ ( يعني قد يخالطه شيء من الرياء ) بخلاف الصوم .

Berkata Ibnul Jauzy: “Seluruh ibadah terlihat dengan melakukannya dan sedikit yang selamat yang terlihat dari duri (yaitu terkadang dicampuri oleh sesuatu dari riya’) berbeda dengan puasa.”

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “

قال الحافظ: “قد يفهم من هذا الحصر التنبيه على الجهة التي بها يستحق الصائم ذلك، وهو الإخلاص الخاص به, ثم قال: “وقد يدخل الرياء بالقول كمن يصوم ثم يخبر بأنه صائم، فدخول الرياء يكون بالقول، أما بقية الأعمال فإن الرياء قد يدخلها بمجرد الفعل”.

“Terkadang dipahami dari pembatasan ini, adalah peringatan atas sisi yang di dapatkan oleh seorang yang berpuasa, yaitu ikhlas yang khususnya padanya,”

kemudian beliau berkata: “Dan terkadang (puasa) masuk (ke dalamnya) riya’ dengan ucapan, seperti seorang yang berpuasa kemudian ia memberitahukan bahwa ia berpuasa, maka masuknya riya’ dengan ucapan, adapun sisa dari amalan-amalan lain, maka sesungguhnya riya’ terkadang masuk ke dalamnya hanya dengan melakukan.” Lihat kitab Fath Al Bary, 4/107

Berkata Syeikh Ibnu Ustaimin rahimahullah:   

” وَهَذَا الحديثُ الجليلُ يدُلُّ على فضيلةِ الصومِ من وجوهٍ عديدةٍ :

الوجه الأول : أن الله اختصَّ لنفسه الصوم من بين سائرِ الأعمال ، وذلك لِشرفِهِ عنده ، ومحبَّتهِ له ، وظهور الإِخلاصِ له سبحانه فيه ، لأنه سِرُّ بَيْن العبدِ وربِّه لا يطَّلعُ عليه إلاّ الله . فإِن الصائمَ يكون في الموضِعِ الخالي من الناس مُتمكِّناً منْ تناوُلِ ما حرَّم الله عليه بالصيام ، فلا يتناولُهُ ؛ لأنه يعلم أن له ربّاً يطَّلع عليه في خلوتِه ، وقد حرَّم عَلَيْه ذلك ، فيترُكُه لله خوفاً من عقابه ، ورغبةً في ثوابه ، فمن أجل ذلك شكر اللهُ له هذا الإِخلاصَ ، واختصَّ صيامَه لنفْسِه من بين سَائِرِ أعمالِهِ ولهذا قال : ( يَدعُ شهوتَه وطعامَه من أجْلي ) .

“Dan hadits yang agung ini menuinjukkan keutamaan puasa dari beberapa sisi;

Yang pertama: Bahwa Allah mengkhususkan untuk diri-Nya puasa dari antara seluruh amalan, dan demikian itu karena kemuliaannya disisi-Nya dan kecintaan-Nya kepada puasa, dan terlihat ikhlas kepada-Nya Maha Suci Allah di dalamnya, karena ia adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-Nya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah, karena seorang yang berpuasa ia berada disebuah temapt yang kosong dari orang-orang, memungkin baginya untuk mengkonsumsi apa yang diharamkan Allah atasnya dengan puas, lalu ia tidak menkonsumsinya, karena ia mengetahui bahwa ia memiliki seorang Rabb yang mengetahui dalam kesendiriannya, dan Allah telah mengharamkan hal itu atasnya, maka ia meninggalkannya karena Allah karena takut akan siksa-Nya, berharap pahala-Nya, oleh sebab inilah Allah mensyukurinya keikhlasan ini  dan mengkhususkan puasanya untuk diri-Nya dibandingkan seluruh amalannya, oleh sebab inilah Allah berfirman: “Ia meninggakan syahwat dan makanannya karena Aku.” Lihat kitab Majalis Syahri Ramadhan, hal. 13.

Kalau Ikhlas, memang kenapa? Apa Kedudukan Ikhlas dalam agama Islam?

Berkata Syeikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah menjelaskan salah satu urgensi ikhlas dalam amal ibadah:

منزلته: الإخلاص هو أساس النجاح والظفر بالمطلوب في الدنيا والآخرة, فهو للعمل بمنزلة الأساس للبنيان, وبمنزلة الروح للجسد, فكما أنه لا يستقر البناء ولا يتمكّن من الانتفاع منه إلا بتقوية أساسه وتعاهده من أن يعتريه خلل فكذلك العمل بدون الإخلاص, وكما أن حياة البدن بالروح فحياة العمل وتحصيل ثمراته بمصاحبته وملازمته للإخلاص, وقد أوضح ذلك الله في كتابه العزيز فقال: {أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ, وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}, ولما كانت أعمال الكفار التي عملوها عارية من توحيد الله وإخلاص العمل له سبحانه جعل وجودها كعدمها فقال: {وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُوراً}.

“Ikhlas adalah pokok dasar kesuksesan dan kemenangan dengan cita-cita di dunia dan akhirat, ia bagi amalan bagaikan pondasi untuksebuah bangunan dan bagaikan truh untuk jasad, maka sebagaimana bangunan tidak akan menetap dan tidak akan dapat diambil manfaat darinya kecuali dengan menguatkan pondasinya dan selalu menjaganya dari kerusakan yang terjadi padanya, maka demikian pula amalan tanpa ikhlas. Dan sebagaimana kehidupan badan dengan adanya ruh, maka kehidupan amal, pencapaian buah hasilnya dengan selalu menyertakan nya untuk keikhlasan, dan Allah telah menjelaskan akan hal itu dalam firman-Nya:

{أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ } [التوبة: 109]

Artinya: “Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahanam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang lalim.” QS. At Taubah: 109.

Dan ketika amalan orang-orang kafir yang mereka lakukan terlepas dari mentauhidkan Allah, dan ikhlas beramal hanya kepada-Nya, maka Allah menjadikannya sebagai sesuatu seperti  yang tidak ada, Allah berfirman:

{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا } [الفرقان: 23]

Artinya: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” QS. Al Furqan: 23.

 

Pelajaran Ketiga:

Belajar Muraqabah, Selalu Merasa Diawasi Allah Taala

Wahai kaum muslimin rahimahkumullah…

Di dalam bulan Ramadhan, karena kita berpuasa, maka kita tahan makan dan minum serta seluruh hal yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar kedua sampai terbenam matahari.

Walau tatkala sendirian atau di tengah orang banyak tetap kita akan tahan, diketauhi orang atau tidak ada yang melihat kecuali Allah tetap akan kita tahan diri kita dari hal yang membatalkan puasa. Bayangkan tatkala berwudhu seseorang berkumur-kumur, dan sisa air dari berkumur-kumur tersebut, sangat ia jaga agar tidak masuk ke dalam tenggorokan, padahal tidak ada dari manusia yang mengetahui jika dia telan sedikit dari air tersebut sebagai penghilang dahaga. BAHKAN bukan hanya yang membatalkan puasa kita jaga agar tidak mengerjakannya akan tetapi hal-hal yang mengurangi pahala puasa Ramadhan kita berusaha menjaganya.

Pertanyaan, kenapa kita sanggup melakukannya di dalam Ramadhan? Jawabannya adalah karena kita merasa selalu diawasi oleh Allah Taala. Dan inilah manfaat yang besar dari muraqabah, menahan diri dari maksiat baik meninggalkan kewajiban atau melanggar maksiat, baik yang besar atau yang kecil.

Merasa selalu di awasi oleh Allah baik di dalam rumah, di kantor, di pasar, di masjid, dan dimanapun.

Allah Taala berfirman:

{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر: 19]

Artinya: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” QS. GHafir: 16.

 

{إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} [النساء: 1]

Artinya: “Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” QS. An Nisa: 1.

 

{أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ} [البقرة: 77]

Artinya: “Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?.” QS. AL Baqarah: 77.

Mari perhatikan perkataan para ulama, bagaimana sebenarnya muraqabah:

قال ابن المبارك لرجل: راقب الله تعالى، فسأله عن تفسيرها فقال: كن أبدا كأنك ترى الله عز وجل.

Artinya: “Abdullah bin Al Mubarak berkata kepada seseorang: “Selalu merasa muraqabahlah oleh Allah Ta’ala, maka orang tersebut bertanya tentang pengertian muraqabah: “Jadilah selalu seakan kamu melihat Allah Azza wa Jalla.” Lihat kita Ihya Ulumuddin.

Dibawah ini beberapa keutamaan muraqabah:

– Dijauhkan dari maksiat terutama Al Fahsya dan Al Munkar

Seperti cerita Nabi Yusuf ‘alaiihissalam yang senantiasa muraqabah akhirnya terlepas dari zina dengan Zulaikha.

{وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23) وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)} [يوسف: 23، 24]

Artinya: “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya.  Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” QS. Yusuf: 23-24.

Seperti kisah muraqabahnya seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang perempuan yang cantic dan mempunyai kedudukan, maka yang menyelamatkannya adalah sifat muraqabahnya tersebut, yang akhirnya ia di hari kiamat mendapatkan naungan yang mana pada hari itu tidak ada naungan kecuali naungannya Allah Taala, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari.

– Muraqabah penyebab masuk surga

{وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ (32) مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33) ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)} [ق: 31 – 35]

Artinya: “Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka).” “Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya).” “(Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat.” “Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.” “Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” QS. Qaaf: 31-35.

 

Pelajaran Keempat:

Belajar Sabar dari puasa

Ramadhan melalui puasanya mengajari kita untuk bersabar dengan tiga jenis kesabaran, yaitu sabar dalam mengerjakan ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat dan sabar dalam menghadapi ujian.

Tatkala berpuasa Ramadhan seseorang diajari sabar dalam mengerjakan ketaatan dan menjauhi maksiat, karena seseorang menahan makan, minum serta syahwat tatkala puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى

Artinya: “Setiap amalan anak Adam akan dilipatkan pahalanya, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kali lipat sampai kepada tujuh ratus lipat, Allah Azza wa Jalla berfirman: “Kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan mengganjar pahalanya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena-Ku.” HR. Muslim.

Dengan Puasa Ramadhan seseorang bersabar dalam mengerjakan ketaatan, karena tatkala berpuasa wajib menahan makan dan minum serta seluruh yang membatalkan puasa, disinilah letak pembelajarannya tentang SABAR DALAM MENGERJAKAN KETAATAN.

Dengan puasa Ramadhan seseorang bersabar dalam menjauhi maksiat, karena tatkala berpuasa wajib menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa bahkan wajib menjauhi hal-hal yang mengurangi pahala puasa, disinilahletak pembelajarannya tentang SABAR DALAM MENJAUHI MAKSIAT.

Dengan puasa Ramadhan seseorang belajar bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah Ta’ala, karena tatkala puasa ia menahan lapar dan haus, dan itu adalah ujian yang Allah berikan, disinilah letak pembelajarannya tentang SABAR DALAM MENGAHADAPI UJIAN.

DAN wajib kaum muslimin rahimahukumullah…

Bahwa amalan sabar adalah sangat bermanfaat di dunia dan akhirat, diantaranya;

– Sabar membuat seseorang selalu bersama Allah yang maknanya, orang tersebut akan selalu ditolong, diberi kekuatan dan dilindungi oleh Allah Ta’ala.

{ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ} [الأنفال: 46]

Artinya: “Dan Bersabralah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” QS. Al Anfal: 46.

– Sabar membuat seseorang akan mendapat pujian, rahmat dan petunjuk dari Allah di dunia dan akhirat.

{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157)} [البقرة: 155 – 157]

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.” “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. AL Baqarah: 155-157.

– Sabar membuat seseorang akan mendapat kecintaan dari Allah, dan seorang yang dicintai Allah tdk akan diceburkan ke dalam nerakanya Allah.

{ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ} [آل عمران: 146]

– Sabar membuat seseorang mendapat maghfirah dari Allah Ta’ala atas dosa-dosanya.

{ إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ} [هود: 11]

Artinya: “Kecuali orang-orang yang sabar dan beramal shalih, merekalah baginya maghfirah dan pahala yang besar.”

Dan masih banyak lagi keutamaan sabar.

 

Pelajaran Kelima:

Belajar Bersyukur dari puasa

Wahai kaum muslimin rahimahukumullah ( semoga Allah Ta’ala selalu merahmati kita seluruhnya)

Puasa Ramadhan memberikan pelajaran kepada dan menjadi sarana untuk kita agar menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur sebagaiamana yang diinginkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah berfirman:

{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ } [لقمان: 14]

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” QS. Luqman:14.

 

Allah Ta’ala juga berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ } [البقرة: 172]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” QS. Al Baqarah: 172.

 

Tatkala seorang berpuasa Ramadhan maka ia merasakan lapar dan haus, yang mana tatkala seseorang dala hari-hari biasa ia tidak merasakan hal tersebut, dan tatkala nikmat hilang dari diri seseorang maka akirnya ia tahu berapa besar kadar nikmat tersebut. Dan cara yang paling pertama agar bisa bersyukur adalah mengetahui berapa kadar nikmat yang Allah berikan kepadanya.

Allah Ta’ala berfirman:

{يَاأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ} [فاطر: 3]

Artinya: “Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?  Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?.” QS. Fathir: 3.

 

{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ} [إبراهيم: 34]

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” QS. Ibrahim: 34.

 

Dan bersyukur mempunyai kedudukan dan keutamaan yang sangat tinggi dalam agama Islam, mari perhatikan hal-hal berikut:

–          Dengan bersyukur menghadapi kehidupan tidak mudah mengeluh, menggerutu, apalagi berputus asa.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ

Artinya: “Jauhilah hal-hal yang diharamkan, niscaya kamu akan menjadi manusia yang paling gigih beribadah dan relalah dengan apa yang Allah telah bagikan untukmu, niscaya kamu menjadi manusia yang paling kaya.” HR. Tirmidzi.

–          Dengan bersyukur nikmat yang ada akan ditambah oleh Allah Ta’ala.

{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ } [إبراهيم: 7]

Artinya: “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” QS. Ibrahim: 7.

–           Dengan bersyukur niscaya keridhaan Allah di dapat.

{إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ مَرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ } [الزمر: 7]

Artinya: “Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.  Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada) mu.” QS. Az Zumar:7.

Terakhir wasiat diberikan kepada kaum muslimat agar:

– Bersedekah dengan hartanya atau mengeluarkan zakat hartanya,

– Bahagaikanlah suami dapatkanlah kerelaan darinya, karena dua amalan inilah yang akan menyelamatkan kalian dari menjadi penghuni terbanyak api neraka.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الاِسْتِغْفَارَ فَإِنِّى رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ ». فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ.

قَالَ « تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِى لُبٍّ مِنْكُنَّ ».

Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalalm bersabda: “Wahai para wanita, bersedekahlah, dan perbanyaklah istighfar, karena sesungguhnya aku telah melihat kalian penghuni neraka yang paling banyak.” Lalu seorang wanita separuh baya bertanya: “Kenapa kita menjadi penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasulullah?”, beliau menjawab: “(karena) kalian memperbanyak laknat (cacian kepada suami) dan tidak berterima kasih terhadap suami, aku tidak pernah melihat seseorang yang kurang akal dan agama dapat mengalahkan lelaki yang berakal dibandingkan kalian (wahai para wanita).” HR. Muslim.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

 

اللهم اغفر لنا ذنوبنا وإسرافنا في أمرنا،

اللهم إنا نسألك في مقامنا هذا أن تكتبنا في عتقائك من النار،

اللهم اجعل الجنة مثوانا، وأورثنا الفردوس الأعلى، وأدخلنا الجنة دون حساب ولا عذاب،

يا كريم يا وهاب، يا ذا العرش المجيد، يا فعال لما يريد، يا منان، يا ذا الفضل العظيم تفضل على هؤلاء الجمع بعتقهم من النار، وإخراجهم من ذنوبهم كيوم ولدتهم أمهاتهم، لا تفرق هذا الجمع إلا بذنب مغفور، وعمل مبرور، وسعي متقبل مشكور، يا ودود يا غفور،

اللهم اغفر لآبائنا وأمهاتنا، اللهم اغفر لوالدينا وللمؤمنين يوم يقوم الحساب، واجعل بلدنا هذا آمناً مطمئناً سخاءً رخاءً وسائر بلاد المسلمين، واحفظنا من بين أيدينا، ومن خلفنا، وعن أيماننا، وعن شمائلنا، ومن فوقنا، ونعوذ بعظمتك أن نغتال من تحتنا، اجعلنا إخوة متحابين، يا أرحم الراحمين،

يا رب العالمين طهر قلوبنا من النفاق، وأعمالنا من الرياء، اسلل سخائم صدورنا، اسلل سخائم صدورنا، اسلل سخائم صدورنا، واختم بالصالحات أعمالنا، سبحان ربك رب العزة عما يصفون، وسلام على المرسلين، والحمد لله رب العالمين.

 

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin Al Banjary

Jumat, 26 Ramadhan 1437H, Banjarmasin KalSel.

 

 

 

Post Comment