بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:
Saudaraku seiman…
Termasuk adab dalam berhutang adalah:
5. Melebihkan pembayaran hutang atau melunasi dengan yang lebih baik dari kewajiban hutangnya. Dengan syarat tanpa ada perjanjian dan persyaratan sebelumnya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَتَقَاضَاهُ بَعِيرًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَعْطُوهُ » . فَقَالُوا مَا نَجِدُ إِلاَّ سِنًّا أَفْضَلَ مِنْ سِنِّهِ . فَقَالَ الرَّجُلُ أَوْفَيْتَنِى أَوْفَاكَ اللَّهُ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَعْطُوهُ فَإِنَّ مِنْ خِيَارِ النَّاسِ أَحْسَنَهُمْ قَضَاءً » .
Artinya: “abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seseorang pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menagih hutang seekor onta, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berikan kepadanya.”, mereka berkata: “Kami tidak mendapati kecuali onta yang lebih baik daripada ontanya.” Maka lelaki tersebut berkata: “Engkau telah memberikan lebih kepadaku, semoga Allah melebihkanmu.”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alahii wasallam bersabda: “Berikanlah kepadanya, karena sesungguhnya termasuk dari manusia yang paling baik adalah orang yang paling baik melunasi hutang.” HR. Bukhari.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
قال ابن حجر : وَوَجْهُ اَلدَّلالَةِ مِنْهُ أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اَللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهَبَ لِصَاحِبِ اَلسَّنِّ اَلْقَدْرَ اَلزَّائِد عَلَى حَقِّهِ . وَفِيهِ حُسْنُ خُلُقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِظَمُ حِلْمِهِ وَتَوَاضُعه وَإِنْصَافه .
“Sisi pendalilan darinya bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kepada pemilik onta yang lebih dari haknya, dan di dalamnya terdapat baiknya akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, besarnya kesabarannya, rendah hatinya dan keadilannya.” Lihat kitab Fath Al Bari, 5/228.
عَنْ أَبِى رَافِعٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَسْلَفَ مِنْ رَجُلٍ بَكْرًا فَقَدِمَتْ عَلَيْهِ إِبِلٌ مِنْ إِبِلِ الصَّدَقَةِ فَأَمَرَ أَبَا رَافِعٍ أَنْ يَقْضِىَ الرَّجُلَ بَكْرَهُ فَرَجَعَ إِلَيْهِ أَبُو رَافِعٍ فَقَالَ لَمْ أَجِدْ فِيهَا إِلاَّ خِيَارًا رَبَاعِيًا. فَقَالَ « أَعْطِهِ إِيَّاهُ إِنَّ خِيَارَ النَّاسِ أَحْسَنُهُمْ قَضَاءً ».
Artinya: “Abu Rafi’ meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah meminjam dari seseorang anak onta, lalu datang kepada beliau onta-onta zakat, lalau beliau memerintahkan Abu Rafi’ untuk melunasi anak onta orang tersebut, lalu Abu Rafi’ kembali (setelah mencari) dan berkata: “Aku tidak mendapati kecuali onta yang baik dan lebih tua umurnya.” Lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berikan kepadanya, sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik diantara mereka dalam melunasi hutang.” HR. Muslim.
An Nawawi rahimahullah berkata:
وفيها أنه يستحب لمن عليه دين من قرض وغيره أن يرد أجود من الذي عليه وهذا من السنة ومكارم الأخلاق وليس هو من قرض جر منفعة فإنه منهي عنه لأن المنهي عنه ما كان مشروطا في عقد القرض ومذهبنا أنه يستحب الزيادة في الآداء عما عليه ويجوز للمقرض أخذها سواء زاد في الصفة أو في العدد بأن أقرضه عشرة فأعطاه أحد عشر ومذهب مالك أن الزيادة في العدد منهي عنها وحجة أصحابنا عموم قوله صلى الله عليه و سلم خيركم أحسنكم قضاء
“Di dalam riwayat ini terdapat dianjurkan bagi siapa yang mempunyai kewajiban berupa hutang dan lainnya, hendaknya ia mengembalikan yang lebih baik dari yang ia pinjam dan ini adalah termasuk sunnah dan akhlak yang mulia, dan ini bukan termasuk dari hutang yang ditarik manfaat darinya, karena hal tersebut itu dilarang, karena yang dilarang adalah yang terlebih dahulu disyaratkan di dalam akad hutang piutang, dan madzhab kami adalah dianjurkan tambahan di dalam pelunasan apa yang menjadi kewajibannya, dan boleh bagi yang menghutangi untuk mengambilnya baik itu tambahan di dalam sifatnya atau dalam jumlah bilangan, sepeti ia menghutangi sepuluh kemudian diberikan kepadanya 11, sedangkan madzhab Imam Malik, adalah bahwa tambahan di dalam jumlah bilangan dilarang, dan sandaran hukum kawan-kawan madzhab kami adalah keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebaik-baik kalian adalah yang paling diantara kalian dalam melunsia hutang.” Lihat kitab Syarah An NAwawi ‘Ala Muslim, 11/37.
عَنْ سَعِيدِ بْنِ هَانِئٍ قَالَ سَمِعْتُ الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ قَالَ بِعْتُ مِنَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- بَكْراً فَأَتَيْتُهُ أَتَقَاضَاهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْضِنِى ثَمَنَ بَكْرِى. فَقَالَ « أَجَلْ. لاَ أَقْضِيكَهَا إِلاَّ لُجَيْنِيَّةً ». قَالَ فَقَضَانِى فَأَحْسَنَ قَضَائِى. قَالَ وَجَاءَهُ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْضِنِى بَكْرِى. فَأَعْطَاهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَئِذٍ جَمَلاً قَدْ أَسَنَّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ مِنْ بَكْرِى. قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ خَيْرَ الْقَوْمِ خَيْرُهُمْ قَضَاءً ».
Artinya: “Sa’id bin Hani’meriwayatkan: “Aku telah mendengar Al ‘Irbadh bin Sariyah berkata: “Aku pernah menjual kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seekor onta muda, aku menghutangi beliau, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, lunasi harga onta mudaku,” beliau berkata: “Tentu, aku tidak melunasinya kecuali dengan perak”, lalu “beliau membayar kepadaku dan membaguskan bayaran kepadaku”, lalau seornag arab dari kampung pernah mendatangi RAsulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Wahai Rasulullah, lunasi onta mudaku”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kepadanya seekor onta dewasa pada waktu itu, lalu ia berkata: “Wahai Rasulullah, ini (onta) lebih baik dari onta mudaku”, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling baik diantara mereka dalam melunasi hutang.” HR. Ahmad.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ – رضى الله عنهما – قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ فِى الْمَسْجِدِ – قَالَ مِسْعَرٌ أُرَاهُ قَالَ ضُحًى – فَقَالَ « صَلِّ رَكْعَتَيْنِ » . وَكَانَ لِى عَلَيْهِ دَيْنٌ فَقَضَانِى وَزَادَنِى .
Artinya: “Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika itu beliau di dalam masjid, berkata Mis’ar: “Aku kira beliau berkata: “di waktu dhuha”, beliau berkata: “Shalatlah dua rakaat”, dan aku memiliki piutang terhadap beliau, maka beliau melunasi hutangnya kepadaku dan menambahkan kepadaku.” HR. Bukhari.
عَنْ مُجَاهِدٍ أَنَّهُ قَالَ اسْتَسْلَفَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ مِنْ رَجُلٍ دَرَاهِمَ ثُمَّ قَضَاهُ دَرَاهِمَ خَيْرًا مِنْهَا فَقَالَ الرَّجُلُ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَذِهِ خَيْرٌ مِنْ دَرَاهِمِي الَّتِي أَسْلَفْتُكَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَدْ عَلِمْتُ وَلَكِنْ نَفْسِي بِذَلِكَ طَيِّبَةٌ
Mujahid meriayatkab bahwa ia pernah meminjam Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dari seorang beberapa dirham, kemudian ia lunasi beberapa dirham yang klebih baik darinya, lalu lelaki tersebut berkata: “Wahai Abu Abdirrahman, ini lebih baik daripada dirhamku yang engkau pinjam, maka Abdullah bin Umar berkata: Aku telah mengetahui hal itu, tetapi diriku merasa senang dengan itu.” HR. Malik di dalam kitab Al Muawaththa’.
Al Qurthubi rahimahullah berkata:
وأجمع المسلمون نقلا عن نبيهم صلى الله عليه وسلم أن اشتراط الزيادة في السلف ربا ولو كان قبضة من علف – كما قال ابن مسعود – أو حبة واحدة. ويجوز أن يرد أفضل مما يستلف إذا لم يشترط ذلك عليه، لان ذلك من باب المعروف، استدلالا بحديث أبى هريرة في البكر: ” إن خياركم أحسنكم قضاء ” رواه الائمة: البخاري ومسلم وغيرهما. فأثنى صلى الله عليه وسلم على من أحسن القضاء، وأطلق ذلك ولم يقيده بصفة.
“Kaum muslim tealh bersepakat, menukilkan dari nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa mensyaratkan tambahan di dalam hutang adalah riba walaupun hanya segenggam dari tepung, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud atau walau hanya satu biji.
“diperbolahkan mengembalikan lebih baik dari apa yang dipinjam, jika tidak disyaratkan hal tersebut padanya, karena hal tersebut termasuk dari kebaikan, berdasarkan hadits Abu Hurairah tetang onta muda: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik diantara kalian melunasi hutang.” Hadits riwayat para Imam diantaranya oleh Al Bukhari dan Muslim dan selain keduanya.
(Disini) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memuji atas seorang yang bagus dalam melunasi hutang, dan beliau memuthlakkan hal itu dan tidak membatasinya dengan sebuah sifat.” Lihat kitab Tafsir Al Qurthubi, 3/241.
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Ahad. 16 Rajab 1434H, Dammam KSA.