بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Apa Kabar kawan Pembaca?
Semoga selalu dalam lindungan Allah Ta’ala…
Coba ingat-ingat…
Pernah tidak menghina salah satu ajaran atau yang disebut sunnahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?!
Pernah tidak menghina Rukun Islam dan Rukun Iman?!
Pernah tidak menghina bersiwak?!
Pernah tidak menghina celana tidak isbal diatas dua mata kaki?!
Pernah tidak menghina jenggot?!
Pernah tidak menghina jilbab dan cadar bagi wanita muslimah?!
Pernah tidak menghina salah satu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Pernah tidak menghina kejujuran, tepat janji, kesabaran, harta halal, dsb…
Kalau penah, maka harus berhati-hati dan segera bertaubat, sebelum siksa disegerakan didunia, seperti cerita-cerita shahih berikut ini:
عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ عَمَّارٍ حَدَّثَنِى إِيَاسُ بْنُ سَلَمَةَ بْنِ الأَكْوَعِ أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِشِمَالِهِ فَقَالَ « كُلْ بِيَمِينِكَ ». قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ « لاَ اسْتَطَعْتَ ». مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ. قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ.
Ikrimah bin Ammar meriwayatkan: Iyas bin Salamah bin Al Akwa’ meriwayatkan kepadaku bahwa bapaknya (Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu): “Bahwa pernah ada seorang makan dengan tangan kiri dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliaupun bersabda: “Makanlah dengan tangan kananmu”, lalu ia menjawab: “Aku tidak bisa”, kemudian beliau bersabda: “Semoga kamu benar-benar tidak akan bisa, ia tidak mau melakukan kecuali karena sombong”. Salamah berkata: “Ternyata ia tidak bisa memasukkan makanannya ke dalam mulutnya”. HR. Muslim, no. 2021.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – نَهَى النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَنْ يُشْرَبَ مِنْ فِى السِّقَاءِ
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: “Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam telah melarang untuk minum dari mulut teko”. HR. Bukhari, no. 5627, 5628.
قَالَ أَيُّوبُ فَأُنْبِئْتُ أَنَّ رَجُلاً شَرِبَ مِنْ فِى السِّقَاءِ فَخَرَجَتْ حَيَّةٌ.
Ayyub berkata: “Lalu aku diberitahu bahwa ada orang yang minum dari mulut teko, maka yang keluar ular”. HR. Ahmad, 12/66, no. 7153.
Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Ada seorang yang menyombongkan diri dengan pakaiannya lalu Allah menimbunnya dengan tanah maka ia akan terperangkap di dalamnya sampai datang hari kiamat”.
Lalu seorang pemuda – disebutkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu namanya – berkata kepadanya: “Hai Abu Hurairah Apakah orang yang ditimbun dengan tanah itu berjalan begini? Lalu ia memukul dengan tangannya sehingga membekas dan hampir-hampir tangannya patah karena itu.
Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Balasan untuk orang-orang yang menghina dan mulut yang suka mengejek adalah firman Allah Ta’ala:
{ إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ } [الحجر: 95]
Artinya: “Sesungguhnya kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu)”. QS. Al Hijr: 95.
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ حَرْمَلَةَ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ يُوَدِّعُهُ بِحَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ ، فَقَالَ لَهُ : لاَ تَبْرَحْ حَتَّى تُصَلِّىَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« لاَ يَخْرُجُ بَعْدَ النِّدَاءِ مِنَ الْمَسْجِدِ إِلاَّ مُنَافِقٌ إِلاَّ رَجُلٌ أَخْرَجَتْهُ حَاجَتُهُ وَهُوَ يُرِيدُ الرَّجْعَةَ إِلَى الْمَسْجِدِ ». فَقَالَ : إِنَّ أَصْحَابِى بِالْحَرَّةِ. قَالَ : فَخَرَجَ. قَالَ : فَلَمْ يَزَلْ سَعِيدٌ يُولَعُ بِذِكْرِهِ حَتَّى أُخْبِرَ أَنَّهُ وَقَعَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَانْكَسَرَتْ فَخِذُهُ.
Abdurrahman Bin Harmalah berkata: “Ada seorang datang kepada Sa’id Bin Musayyib untuk mengucapkan selamat tinggal karena ia akan melaksanakan haji atau umrah”, lalu Sa’id berkata: “Jangan pergi sebelum kamu shalat, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang keluar dari masjid setelah dikumandangkan adzan kecuali orang munafiq, kecuali orang yang keluar disebabkan ada keperluan dan ia berniat ingin kembali lagi ke masjid”. Lalu orang tadi berkata: “Sesungguhnya teman-temanku berada di desa” dan Sa’id masih mengingatkannya (tetapi ia tidak mengindahkannya-pent) sampai diberitakan bahwa ia jatuh dari kendaraannya dan pahanya patah”. Diriwayatkan oleh Ad Darimi, no. 437 dan asal cerita ada di shahihain (shahih Bukhari, no. 5789 dan Shahih Muslim, no. 2088) tanpa penyebutan kisah pemuda.
وذكر الإمام أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن محمد بن الفضل التيمي رحمه الله في كتابه شرح صحيح مسلم هذه الحكاية فيها وشلت رجلاه ويداه وسائر أعضائه. قال وقرأت في بعض الحكايات أن بعض المبتدعة حين سمع قول النبي صلى الله عليه وسلم )إذا استيقظ أحدكم من نومه فلا يغمس يده في الإِناء حتى يغسلها فإنه لا يدري أين باتت يده(. قال ذلك المبتدع على سبيل التهكم أنا أدري أين باتت يدي في الفراش فأصبح وقد أدخل يده في دبره إلى ذراعه. قال التيمي فليتق المرء الاستحفاف بالسنن ومواضع التوقيف فانظر كيف وصل إليهما شؤم فعلهما. قلت ومعنى هذا الحديث ما قاله الإمام الشافعي رضي الله تعالى عنه وغيره من العلماء رضي الله تعالى عنهم أن النائم تطوف يده في نومه على بدنه فلا يأمن أنها مرت على نجاسة من دم بثرة أو قملة أو برغوث أو على محل الاستنجاء وما أشبه ذلك والله أعلم.
Imam Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail bin Muhammad bin Fadhl At Taimi –rahimahullah– ketika menerangkan hadits-hadits yang ada di kitab Shahih Muslim berkata: “Aku telah membaca di beberapa kisah bahwa ada beberapa orang ahli bid’ah ketika mendengar sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :
إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ
Artinya: “Apabila seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah memasukkan tangannya ke dalam bejana kecuali setelah ia mencucinya karena sesungguhnya ia tidak mengetahui kemana tangannya berada pada waktu malam”. (HR. Bukhari, no. 162 dan Muslim no 278.
Kemudian si ahli bid’ah tadi berkata –dengan yakinnya- : “Aku mengetahui dimana tanganku tadi malam ketika berada diatas kasur!!!” Maka ketika pagi ia ternyata memasukkan tangannya sampai lengan ke lubang pantatnya.
At Taimiy berkata: “Maka hendaklah seseorang takut dalam menganggap remeh sunnah-sunnah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tempat-tempat yang terlarang maka lihatlah!! Bagaimanakah akhir dari kejelekan perbuatannya”. Lihat kitab Bustanul ‘Arifin karya Imam Nawawi, hal 94.
Diriwayatkan dari Abu Yahya As Saji, beliau berkata: “Suatu saat kami berjalan di lorong jalan kota Bashrah mendatangi rumah beberapa ahli hadits, kamipun mempercepat jalan kami dan bersama kami seorang laki-laki – Majin seorang yang diragukan akan agamanya – ia berkata: “Angkatlah kaki-kaki kalian dari sayap-sayap para malaikat, janganlah kalian mematahkannya (dengan nada menghina).
Maka ia masih berada di tempatnya sampai kering kedua kakinya dan akhirnya jatuh. lihat kitab Dzammul Kalam Wa Ahluhu juz 4/hal 369, no 1232 dan kitab Bustanul ‘Arifin karya Imam Nawawi hal 92.
Imam Nawawi –rahimahullah– berkata: “Al Hafidz Abdul Hafidz berkata: “Isnad cerita ini seperti sesuatu yang didapat atau seperti petunjuk yang utama, karena para perawinya para imam yang terkemuka.
قال الحافظ أبو سعد السمعاني: سمعت أبا المعمر المبارك بن أحمد: سمعت أبا القاسم يوسف بن علي الزنجاني الفقيه: سمعت الفقيه أبا إسحاق الفيروزآبادي: سمعت القاضي أبا الطيب يقول: كنا في مجلس النظر بجامع المنصور، فجاء شاب خراساني، فسأل عن مسألة المصراة ; فطالب بالدليل، حتى استدل بحديث أبي هريرة الوارد فيها. فقال وكان حنفيا: أبو هريرة غير مقبول الحديث. فما استتم كلامه، حتى سقط عليه حية عظيمة من سقف الجامع، فوثب الناس من أجلها، وهرب الشاب منها، وهي تتبعه.فقيل له: تب، تب. فقال: تبت.فغابت الحية، فلم ير لها أثر.
Berkata Al Hafizh Abu Sa’ad As Sam’any: “Aku telah mendengar Abu Al Mua’ammar Al Mubarak bin Ahmad berkata: ‘Aku telah mendengar Abu Al Qasim Yusuf bin Ali Az Zanjany Al faqih berkata: ‘Aku telah mendengar Abu Ishaq Al Fairuz Abadi berkata: ‘ Aku telah mendengar Al Qadhi Abu Thayyib – rahimahullah – berkata: “Suatu ketika kami berada pada suatu majlis ilmu di masjid Al Manshur, lalu datang seorang pemuda dari Khurasan, kemudian ia bertanya tentang masalah al musharrat (Musharrat adalah salah satu masalah dalam fiqh jual beli yaitu mengikat puting susu sapi/kambing agar kelihatan gemuk, banyak susunya dan akhirnya calon pembeli tertipu dengan itu, mengira hewan tersebut gemuk dan banyak susunya ) dan minta dijawab dengan dalil, kemudian diberikan dalil dengan hadits Abu Hurairah yang berkenaan dengan masalah itu. Lalu ia berkata – ia bermadzhab hanafi – : “Abu Hurairah orang yang tidak diterima haditsnya”.
Tapi sebelum selesai perkataannya ada ular besar jatuh kepadanya dari atap masjid, maka orang-orangpun berlompatan karenanya dan pemuda tadi lari tunggang langgang dan ular tadi mengikutinya, kemudian dikatakan kepadanya: bertobatlah !! bertobatlah !!. Maka ia pun berkata: “Aku telah bertobat !!” maka ular tadi menghilang dan tidak terlihat bekasnya.
Imam Adz Dzahabi –rahimahullah– berkata:
إسنادها أئمة.
“Isnad hadits ini adalah para imam. Lihat kitab Siyar ‘Alamin Nubala’ juz 2/ hal 618 dan lihat kitab Al Bidayah Wan Nihayah juz 16/ hal 199.
وحكى ابن خلكان فيما نقل من خط الشيخ قطب الدين اليونيني قال: بلغنا أن رجلا يدعى أبا سلامة من ناحية بصرى، كان فيه مجون واستهتار، فذكر عنده السواك وما فيه من الفضيلة، فقال: والله لا أستاك إلا في المخرج – يعني دبره – فأخذ سواكا فوضعه في مخرجه ثم أخرجه، فمكث بعده تسعة أشهر فوضع ولدا على صفة الجرذان له أربعة قوائم، ورأسه كرأس السمكة ، وله دبر كدبر الارنب.
ولما وضعه صاح ذلك الحيوان ثلاث صيحات، فقامت ابنة ذلك الرجل فرضخت رأسه فمات، وعاش ذلك الرجل بعد وضعه له يومين ومات في الثالث، وكان يقول هذا الحيوان قتلني وقطع أمعائي، وقد شاهد ذلك جماعة من أهل تلك الناحية وخطباء ذلك المكان، ومنهم من رأى ذلك الحيوان حيا، ومنهم من رآه بعد موته.
Ibnu Khallikan bercerita dalam apa yang dinukilkan dari tulisan Syaikh Quthbud Din Al Yunaini: “Kami diberitahu bahwa ada seorang laki-laki dipanggil Abu Salamah berasal dari daerah Bashri –ada sifat sombong dan meremehkan di dalam dirinya– lalu disebutkan di hadapannya tentang siwak dan fadhilah-fadhilahnya, lalu ia berkata: “Demi Allah aku tidak akan bersiwak kecuali untuk pantat”, yakni duburnya. Maka iapun mengambil siwak dan ia tempatkan di duburnya lalu ia keluarkan, akhirnya selama sembilan bulan setelahnya ia merasakan sakit di perut dan duburnya.
Kemudian ia melahirkan seorang anak laki-laki bentuknya seperti tikus besar yang mempunyai empat kaki, kepalanya seperti kepala ikan dan ia mempunyai pantat seperti pantatnya kelinci. Ketika ia melahirkannya hewan tersebut mengeluarkan suara dengan kencang sebanyak tiga kali, kemudian anak perempuan laki-laki itupun berdiri dan menghempaskan kepala bayi tadi dan akhirnya mati. Laki-laki itu hidup selama dua hari setelah melahirkan bayi tersebut dan pada hari yang ketiga ia pun mati, ia berkata: “Hewan inilah yang telah membunuhku dan memotong usus-ususku. Kejadian itu disaksikan oleh sebagian dari penduduk daerah itu, dan para khathib daerah itu, dari mereka ada yang melihat hewan itu hidup dan dari mereka ada yang melihatnya setelah matinya. (kitab Al Bidayah Wan Nihayah no hadits 665)
Diambikan dari buku Ta’zhim As Sunnah, karya Syaikh Abdul Qayyum As Suhaibany hafizhahullah
Oleh Ahmad Zainuddin
Sabtu, 18 Dzulhijjah 1433H, Dammam Arab Saudi