Hadits

Hadits-hadits tentang Shalat Hajat (Bag. 01)

 بسم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Tulisan ini memuat hadits-hadits yang berkaitan dengan shalat hajat dan ditambah dengan hukum tentang derajat hadits tersebut:

Hadits pertama:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ لَهُ إِلَى اللَّهِ حَاجَةٌ أَوْ إِلَى أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ فَلْيُحْسِنْ الْوُضُوءَ ثُمَّ لِيُصَلِّ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ لِيُثْنِ عَلَى اللَّهِ وَلْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لِيَقُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَفِي إِسْنَادِهِ مَقَالٌ فَائِدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ يُضَعَّفُ فِي الْحَدِيثِ وَفَائِدٌ هُوَ أَبُو الْوَرْقَاءِ

Artinya: “Abdullah bin Abu Awfa radhiyallahu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mempunyai hajat kepada Allah atau kepada salah seorang dari anak manusia, maka hendaknya ia berwudhu dan memperbagus wudhu kemudian ia shalat dua rakaat kemudian hendaklah ia memuji Allah dan hendaknya ia bershalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian ia mengucapkan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لَا تَدَعْ لِي ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Abu Isa berkata: “Hadits ini gharib dan di dalam sanadnya terdapat perbincangan, Faid bin Abdurrahman dilemahkan di dalam hadits dan Faid ia adalah Abu Al Warqa’. HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, Al Hakim.

Derajat Hadits: Lemah Sekali, karena sumber sanadnya ada pada Faid bin Abduirrahman dan ia adalah seorang perawi yang dituduh berdusta dalam meriwayatkan hadits.

Abu Hatim Ar Razi berkata:

“وأحاديثه عن ابن أبي أوفى بواطيل لا تكاد ترى لها أصلاً؛ كأنه لايُشْبِه حديث ابن أبي أوفى، ولو أن رجلاً حلف أن عامة حديثه كَذِبٌ لم يحنث”.

“Dan hadits-haditsnya meriwayatkan dari Ibnu Abi Awfa adalah hadits-hadits yang batil, kamu tidak akan mendapatkan asal (riwayatnya), seakan-akan ia tidak menyerupai hadits Ibnu Abi Awfa, jikalau seseorang bersumpah bahwa seluruh periwayatannya adalah dusta, maka ia tidak berdusta.” Lihat Kitab Al Jarh wa At Ta’dil, 7/84.

Al Hakim berkata:

“روى عن ابن أبي أوفى أحاديث موضوعة”.

“Ia (Faid) telah meriwayatkan dari Ibnu Abi Awfa hadits-hadits Palsu.” Lihat Kitab Tahdzib At Tahdzib, 8/256 dan Mizan Al I’tidal, 3/339.

Disebutkan di dalam Majallah Al Buhuts Al Islamiyyah:

قال أحمد: متروك الحديث. وقال ابن معين: ضعيف ليس بثقة، وليس بشيء. وقال أبو حاتم: ذاهب الحديث … وأحاديثه عن ابن أبي أوفى بواطيل لا تكاد ترى لها أصلا؛ كأنه لا يشبه حديث ابن أبي أوفى، ولو أن رجلا حلف أن عامة حديثه كذب لم يحنث. وقال البخاري: منكر الحديث. وقال النسائي: ليس بثقة. ومرة قال: متروك الحديث، وقال الحاكم: روى عن ابن أبي أوفى أحاديث موضوعة. وقال ابن حبان: لا يجوز الاحتجاج به. وقال الذهبي: تركوه. وقال ابن حجر: متروك اتهموه.

Ahmad berkata: “Ia (Faid) seorang yang matrukul hadits”, Ibnu Ma’in berkata: “Ia lemah dan tidak tsiqah, tidak ada apa-apanya.” Abu Hatim: Dzahibul Hadits (haditsnya lenyap), Al Bukhari berkata: “Ia adalah mungkarul hadits (riwayatnya lemah dan menyelisihi yang kuat), An Nasai: “Tidak tsiqah”, terkadang beliau berkata: “Matrukul hadits”, dan Al Hakim berkata: “Diriwayatkan dari Ibnu Abi Awfa hadits-hadits yang palsu”, dan Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya”. Adz Dzahabi berkata: “Mereka (para perawi hadits) meninggalkan (periwayatan)nya. Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Ia (seorang perwai yang) matruk dan mereka (para ahli hadits) menuduhnya memalsukan hadits.” Lihat Majalah Al Buhuts Al Islamiyyah, (84/99 Asy Syamela).

Hadits ini disebutkan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab Al Maudhu’at (hadits-hadits palsu), dan As Sakhawi mengomentari Ibnul Jauzi:

“وقد توسَّعَ ابنُ الجوزي فذكر هذا الحديث في الموضوعات وفي ذلك نظر… وفي الجملة هو حديثٌ ضعيفٌ جداً”.

“Ibnul Jauzi terlalu luas, menyebutkan hadits ini di dalam kitab Al Maudhu’at dan di dalam hal ini terdapat koreksian…dan pada umumnya ia adalah hadits yang lemah sekali.” Lihat kitab Al Qaul Al Badi’, hal. 431.

Hadits Kedua:

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: “اثْنَتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً تُصَلِّيهِنَّ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ، وَتَتَشَهَّدُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، فَإِذَا تَشَهَّدْتُ فِي آخِرِ صَلَاتِك، فَأَثْنِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاقْرَأْ وَأَنْتَ سَاجِدٌ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَقُلْ: لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قُلْ: اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك بِمَعَاقِدِ الْعِزِّ مِنْ عَرْشِك، وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِك، وَاسْمِك الْأَعْظَمِ، وَكَلِمَاتِك التَّامَّةِ، ثُمَّ سَلْ حَاجَتَك، ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَك، ثُمَّ سَلِّمْ يَمِينًا وَشِمَالًا، وَلَا تُعَلِّمُوهَا السُّفَهَاءَ، فَإِنَّهُمْ يَدْعُونَ بِهَا، فَيُسْتَجَابُ”

Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua belas rekaat kamu mengerjakannya siang dan malam hari dan duduk bersyahadat setiap dua rakaat, maka jika kamu duduk bertasyahhud dalam akhir shalatmu, pujilah Azza wa Jalla dan bershalawatlah atas nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bacalah ketika kamu sujud surat Al Fatihah sebanyak tujuh kali, ayat kursi sebanyak tujuh kali dan ucapkanlah:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Sebanyak sepuluh kali, kemudian ucapkanlah:

اللهم إني أسألك بمعاقد العز من عرشك ومنتهى الرحمة من كتابك واسمك الأعظم وجدك الأعلى وكلماتك التامة

Kemudian mintalah kebutuhannmu lalu angkatlah kepalamu kemudian uacapakan salam ke kanan dan ke kiri dan tidaklah kamu ajarkan kepada orang-orang bodoh, karena sesungguhnya mereka berdoa dengannya maka akan dikabulkan.”

Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Al Jauzi di dalam kitab Al Maudhu’at, (2/142 Asy Syamela) , Al Baihaqi di dalam kitab Ad Da’awat Al Kabir, 2/157 –“392”, dari jalan ‘Umar bin Harun Al Balkhi ia meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia meriwayatkan dari Daud bin Abu Ashim, ia meriwayatkan dari Abdulah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Derajat Hadits:  Palsu atau Sangat Lemah Sekali

Ibnu Al Jauzi rahimahullah berkata:

 هَذَا حَدِيثٌ مَوْضُوعٌ بِلَا شَكٍّ وَإِسْنَادُهُ مُخَبَّطٌ كَمَا تَرَى وَفِي إسْنَادِهِ عُمَرُ بْنُ هَارُونَ، قَالَ ابْنُ مَعِينٍ فِيهِ: كَذَّابٌ، وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ: يَرْوِي عَنْ الثِّقَاتِ الْمُعْضِلَاتِ، وَيَدَّعِي شُيُوخًا لَمْ يَرَهُمْ، وَقَدْ صَحَّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّهْيُ عَنْ الْقِرَاءَةِ فِي السُّجُودِ، انْتَهَى كَلَامُهُ.

“Ini adalah hadits palsu tanpa diragukan, sanadnya ngawur sebagaimana yang anda lihat, di dalam sanadnya terdapat Umar bin Harun, Yahya (bin Ma’in) berkata: “Ia (Umar bin Harun) adalah tukang dusta”, Ibnu Hibban berkata: “Ia meriwayatkan dari para perawi tsiqah Al Mu’dhilat dan mengaku bertemu dengan para perawi terkemuka yang belum pernah ia lihat. Dan telah shahih dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam larangan membaca Al Quran ketika sujud.” Lihat kitab Al Maudhu’at, (2/143, Asy Syamela) dan lihat juga Nashb Ar Rayah, 4/273.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di dalam kitab Tarikh Dimasyq (36/471) melalui jalan Al Hasan bin Yahya Al Khusani, ia meriwayatkan dari Ibnu Juraij, ia meriwayatkan dari ‘Atha’ bin Abi Rabah, ia meriwayatkan dari Abu Hurairah.

Sedangkan Al Hasan bin Yahya ini adalah seorang perawi lemah sekali, dan ia menyendiri dengan sanad ini. Lihat kitab Al Qaul Al Badi’, hal. 430.

Berkata Syeikh Al Albani rahimahullah berkata:

” أقول : لكن الأثر المشار إليه باطل لا يصح ، رواه ابن الجوزي في ” الموضوعات ” وقال : ” هذا حديث موضوع بلا شك ” ، وأقره الحافظ الزيلعي في ” نصب الراية ” (273) فلا يحتج به.

“Saya berkata: “Akan tetapi riwayat yang ditunjukkan adalah batil tidak shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Al Jauzi di dalam kitab Al Maudhu’at, ia berkata: “Ini adalah hadits yang palsu tanpa diragukan”, dan telah disetujui oleh Al Hafizh Az Zaila’i di dalam kitab Nashb Ar Rayah, 273, oleh karenanya tidak dapat dijadikan hujjah. Lihat kitab At Tawassul, karya Al Albani, hal. 48.

Bersambung insyaAllah

Hadits-hadits tentang Shalat Hajat (Bag. 02)

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Selasa, 14 Jumadal Ula 1434H, Dammam KSA.

Post Comment