بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد:
Tidak terasa 15 hari sudah kita berpuasa dan berada di dalam Ramadhan 1433H ini, penting rasanya untuk mengingatkan kepada diri kita tentang waktu,
Agar kita tidak pernah meremehkan dan menyia-nyiakan kesempatan di dalamnya…
Agar kita tidak pernah lengah lagi, karena matahari terbit tenggelam, terbit tenggelam, terbit tenggelam tanpa ada kompromi untuk berhenti.
Sehingga akhirnya, kita benar-benar mendapatkan dari Allah Ta’ala berkahnya Ramadhan 1433H ini dan kalau bisa seratus persen! Dengan izin Allah Ta’ala.
Dan sehingga kita tidak termasuk dalam hadits ini, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم صَعِدَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ قُلْتَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ؟ قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغَفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ آمِينَ فَقُلْتُ : آمِينَ .
Artinya: “Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke atas mimbar, lalu beliau bersabda: “Amin, amin, amin”, lalu ada yang bertanya: “wahai Rasulullah, sesungguhnya ketika engkau naik ke atas mimbar engkau mengucapkan: “Amin, amin, amin (apa sebabnya)?”, beliau bersabda: “Sesungguhnya Jibril telah datang kepadaku, lalu dia berkata: “Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan dan tidak diampuni dosanya maka akhirnya ia masuk ke dalam neraka dan dijauhkan oleh Allah (dari surga), katakanlah amin (wahai Muhammad)”, maka akupun mengatakan “amin”. HR. Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 75.
Seputar Sifat dan Karakteristik Waktu!
Waktu adalah modal hidup manusia di dunia, dengan modal ini dia bisa berdagang dengan cara beribadah kepada Allah Ta’ala yang mendatangkan keuntungan pahala. Kalau tidak pandai menggunakan modal, maka modalnya akan habis dan yang ada kerugian.
{وَأَنذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُواْ رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُواْ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ}
Artinya: “Dan berikanlah peringatan kepada manusia tentang hari yang pada waktu itu datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim: “Wahai Rabb kami, beri waktu tangguhlah kepada kami, walaupun dalam waktu yang sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?” QS. Ibrahim: 44.
Orang kafir merasa rugi ketika dicabut nyawanya dan di akhirat karena tidak menggunakan waktu dan hidupnya sebaik-baiknya.
{ حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100) }
Artinya: “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Wahai Rabbku kembalikanlah aku ke dunia”. “Agar aku beramal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan (ketika di dunia). Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. QS. Al Mukminun: 99-100.
Oleh sebab ini generasi terbauk sepanjang sejarang manusia, yaitu para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat membenci sikap SABAHLAL (tidak mempunyai tujuan, tidak mempunyai planning, tidak menentu), coba perhatikan beberapa pernyataan mereka:
عن عمر أنه قال: إني لأكره لأحدكم أن يكون خاليا سبهللا، لا في عمل دنيا ولا دين
Artinya: “Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh sangat membenci kepada salah seorang dari kalian, jika ia bersikap sabalal (sikap tidak menentu dan tidak menghasilkan apa) tidak dalam perkara dunia dan tidak juga dalam perkara agama.” Lihat kitab Adhwa Al Bayan, pada tafsir surat Asy Syarh.
يقول ابن مسعود – رضي الله عنه -: “ما ندِمتُ على شيء ندَمِي على يومٍ غرَبَت شمسُهُ نقَصَ فيه عُمري ولم يَزِد فيه عمَلِي”.
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku tidak pernah benar-benar menyesal terhadap sebuah hari, yang di dalamnya mataharinya terbenam, umurku berkurang sedangkan tidak bertambah amalku di dalamnya.” Lihat kitab Qimat Al Waqt.
Waktu sangat cepat berlalu dan sebab inilah kebanyakan manusia tertipu dengan waktu.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ قَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ»
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “2 nikmat kebanyakan manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. HR. Bukhari.
Waktu jika sudah berlalu, tidak akan pernah kembali, makanya para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum dan orang-orang setelah mereka sangat perhatian terhadap waktunya dan tidak pernah menyia-nyiakannya.
Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata:
إِنَّ لِلَّهِ حَقًّا بِالنَّهَارِ لاَ يَقْبَلُهُ بِاللَّيْلِ، وَإِنَّ لِلَّهِ حَقًّا بِاللَّيْلِ لاَ يَقْبَلُهُ بِالنَّهَارِ
Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki hak pada siang hari yang tidak akan diterima-Nya pada malam harinya, dan Allah memiliki hak pada malam hari yang tidak akan diterima-Nya pada siang hari”. Lihat kitab Dzikr Al Maqam Al Mahmud, karya Ahmad bin Muhammad Al Khallal dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Umar bin Abduk Aziz rahimahullah pernah ditanya: “(Kenapa tidak engkau) coba pergi (bertamasya) kemudian istirahatkan dirimu?”, beliau menjawab: “Lalu siapa yang menggantikan diriku tugas pada hari itu?”, dikatakan kepada beliau: “Engkau akhirkan tugas itu besok hari”, beliau menjawab: “Tugas satu hari saja sudah menyibukkanku, bagaimana jika terkumpul padaku tugas dua hari?!”
Al Hasan Al Bashry rahimahullah berkata:
لقد أدركت أقواما كانوا أشد حرصا على أوقاتهم من حرصكم على دراهمكم ودنانيركم!
Artinya: “Sungguh aku telah menemui orang-orang yang mana mereka sangat gigih terhadap waktu mereka dibandingkan gigihnya kalian dalam mencari emas dan perak.”
Inilah yang menyebabkan Muhammad bin Salam (w: 225H) membeli satu pena dengan harga 1 Dinar, padahal 1 Dinar bisa membeli dengannya 150 buah pena, bagaimana kejadiannya…
و كان محمد بن سلام جالسا في مجلس الإملاء والشيخ يحدث، فانكسر قلم محمد بن سلام، فقال: قلم بدينار، فتطايرت إليه الأقلام. وكان الدينار يشتري قرابة مائة وخمسون قلم، ولكن محمد بن سلام اشترى به تلك اللحظات التي إذا فاتت فإنها لا تعود.
Artinya: “Muhammad bin Salam pernah duduk di majelis periwayatan hadits, ketika itu syeikh sedang meriwayatkan hadits, lalu pena Muhammad bin Salam patah, lalu beliau bertanya: “Siapa yang mau menjual 1 pena dengan 1 Dinar”, pada saat itu berterbangan pena-pena ke arahnya (berasal dari orang-orang), dan saat itu 1 Dinar bisa membeli sekitar 150 pena, akan tetapi Muhammad bi Salam membelinya untuk mendapatkan kesempatan tersebut yang jika sesudah berlalu maka tidak akan kembali lagi.” Lihat kitab Siyar A’lam An Nubala’.
Seseorang tidak akan pernah mengetahui kapan lagi mendapatkan waktu yang lapang untuknya, oleh sebab inilah para ulama mengingatkan agar jangan menunda-nunda amalan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
التسويف رؤوس أموال المفاليس.
Artinya: “Sikap menunda-nunda adalah modalnya seorang yang bangkrut”.
لو كان الوقت يشترى لاشتريت من هؤلاء أوقاتهم!
Artinya: “Jikalau waktu dapat dibeli dari mereka niscaya aku akan benar-benar dari mereka waktu mereka.”
Seorang Muslim tidak boleh punya waktu luang percuma…
Allah Ta’ala berfirman:
{ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ }
Artinya: “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. QS. Asy Syarh: 7
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
أي: إذا فَرغت من أمور الدنيا وأشغالها وقطعت علائقها، فانصب في العبادة، وقم إليها نشيطا فارغ البال، وأخلص لربك النية والرغبة.
Artinya: “Jika kamu telah selesai dari urusan dan kesibukan dunia, dan kamu putuskan keterkaitan dengannya, maka berbuatlah untuk beribadah, dan bangunlah kepadanya dengan semangat dalam keadaan pikiran yang jernih, ikhlaskanlah niat dan keinginan untuk Rabbmu”.
Mujahid rahimahullah berkata:
إذا فرغت من أمر الدنيا فقمت إلى الصلاة، فانصب لربك،
Artinya: “Jika kamu telah selesai dari urusan dunia maka bangunlah untuk mengerjakan shalat, beribadahlah untuk Rabbmu”.
Berkata Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
إذا فرغت من الفرائض فانصب في قيام الليل.
Artinya: “Jika kamu telah selesai mengerjakan shalat wajib maka bangunlah untuk shalat malam”. Lihat kitab tafsir Ibnu Katsir.
Luangkan Waktu beribadah kepada Allah, maka pasti Anda kaya…!
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِى أَمْلأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلاَّ تَفْعَلْ مَلأْتُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ »
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatakan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman: “Wahai Anak Adam, luangkan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, maka langsung aku isi hatimu dengan keakayaan dan langsung Aku tutupi kefakiran-Mu dan jika tidak demikian, maka aku telah isi hatimu dengan kesibukan dan tidak Aku tutupi kefakiranmu”. HR. Ahmad.
Yang tidak mengisi waktunya dengan sebaik-baiknya berarti tanda Allah Ta’ala berpaling dari hamba tersebut.
Berkata Saif Al Yamani rahimahullah:
” إِنَّ مِنْ عَلَامَةِ إِعْرَاضِ اللَّهِ عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَشْغَلَهُ بِمَا لَا يَنْفَعُهُ “
Artinya: “Sesungguhnya termasuk tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah hamba tersebut disibukkan-Nya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya”. Lihat kitab Thabaqat Al Muhaditstsin, karya Abu Syeikh Al Ash Fahan.
Cara Terbaik Menjaga Waktu…
Al Hasan bin Ali Al Abid berkata:
قَالَ فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ لِرَجُلٍ : كَمْ أَتَتْ عَلَيْكَ , قَالَ : سِتُّونَ سَنَةً , قَالَ : فَأَنْتَ مُنْذُ سِتِّينَ سَنَةً تَسِيرُ إِلَى رَبِّكَ تُوشِكُ أَنْ تَبْلُغَ , فَقَالَ الرَّجُلُ : يَا أَبَا عَلِيٍّ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ , قَالَ لَهُ الْفُضَيْلُ : تَعْلَمُ مَا تَقُولُ , قَالَ الرَّجُلُ : قُلْتُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ . قَالَ الْفُضَيْلُ تَعْلَمُ مَا تَفْسِيرُهُ ؟ قَالَ الرَّجُلُ : فَسِّرْهُ لَنَا يَا أَبَا عَلِيٍّ , قَالَ : قَوْلُكَ إِنَّا لِلَّهُ ، تَقُولُ : أَنَا لِلَّهِ عَبْدٌ ، وَأَنَا إِلَى اللَّهِ رَاجِعٌ , فَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ رَاجِعٌ , فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ , وَمَنْ عَلِمَ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَسْئُولٌ وَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَسْئُولٌ فَلْيُعِدَّ للسُّؤَالَ جَوَابًا , فَقَالَ الرَّجُلُ : فَمَا الْحِيلَةُ قَالَ : يَسِيرَةٌ , قَالَ : مَا هِيَ قَالَ : تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ ” .(الحلية )
Artinya: “Fudhail bin Iyadh bertanya kepada seseorang: “Berpa umurmu?”, orang ini menjawab: “60 tahun”, beliau berkata: “Sungguh engaku mulai dari 60 tahuan berjalan menuju Rabbmu hampai kamu sampai”, lalu orang itu berkata: “Wahai Abu Ali (Fudhail bin Iyadh), Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un”, fudhail bertanya kepadanya: “Pahamkah apa yang kau katakan?”, orang ini menjawab: “Aku Telah mengatakan: “Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un”, Fudhail bertanya lagi: “Apakah kamu mengetahui tafsirannya?”, orang ini menjawab: “Kalau begitu tafsir itu untuk kami, wahai Abu Ali?”, Fudhail berkata: “Perkataanmu “Inna Lillahi wa”, kamu mengatakan: “Aku adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya aku dikembalikan, maka barangsiapa yang mengetahui bahwa dia adalah hamba Allah dan dia akan kembali kepada-Nya, maka hendaklah dia ketahui bahwa dia akan diberdirikan dan barang siapa yang mengetahui dia akan diberdirikan maka hendaklah dia mengetahui bahwa dia akan ditanya, maka hendaklah dia persiapkan jawaban untuk pertanyaan itu”, lalu orang ini bertanya: “Lalu bagaimana jalan keluarnya?”, kata Fudhail: “gampang”, orang ini bertanya: “Apa itu?”, Fudhail menjawab: “Berbuat baiklah disisa umurmu maka hal itu akan mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang masih tersisa, karena sesungguhnya jika engkau rusak (berbuat buruk) sisa umurmu maka ditulis dosa bagimu atas umur yang sudah lewat dan yang akan datang”. Lihat kitab Hilyat Al Awliya’.
Semoga bermanfaat untuk sisa waktu bulan Ramadhan 1433H ini. Wallahu a’lam.
Ditulis ulang dan direvisi oleh: Ahmad Zainuddin, Jumat, 15 Ramadhan 1433H, Dammam KSA