Bismillah, walhamdulillah…
Amma ba’du,
Entah mengapa, semakin hari semakin cintaku padamu sudah dibendung, wahai istriku.. Terus mengalir bagaikan sungai Martapura mengalir ke Sungai Barito, tanpa henti sepanjang masa, kecuali dengan izin Sang Penciptanya..
Ada beberapa suami yang ingin mencontoh di atas kepada istrinya, maka sang istri menjawab:
- “Kakijilan banar pian nih” (Genit banget deh)
- “Ulun galianan mandangar” (saya geli mendengarnya)
- “Uuuu paman sadang, tuha dah bauban” (woi…cukup saudara tua, sudah berumur, sudah beruban)
- “Ngini pasti ada kahandaknya, katahuan boyangnya” (Ini pasti ada maunya, kartu = kebiasannya dari dulu)
Kalau bini pian menyahuti apa? (Kalau istri antum, responnya bagaimana?) Sering-seringlah merayu istrimu karena tabiat wanita suka dirayu, dipuji dan dihargai. Jika ingin menghargai istri, maka rayulah dengan kata-kata paling indah, itulah penghargaannya. Betulkan para istri?
NB: Mohon maaf pakai bahasa Banjar Banua, agar mengokohkan kalau saya memang orang Banjar jadi pantas memakai al-Banjary di belakang nama, karena urang Banjar asli.
@ahmadzainuddinalbanjary