Targhib Wa Tarhib

Mengingat Bahwa Setiap Perkataan Dimintai Pertanggung Jawaban – Tips Menjaga Lisan (bag. 03)

بسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Salah satu cara menjaga lisan adalah;

3. Mengingat Bahwa Setiap Perkataan Dimintai Pertanggung Jawaban

Mengingat bahwa apapun yang terucap dari lisan kita akan dicatat oleh para malaikat dan kelak dimintai pertanggung jawab oleh Allah Ta’ala. Jadi, jagalah lisan agar mudah mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah Ta’ala.

 

Saudaraku seiman…

Mari perhatikan ayat, hadits dan penjelasan para ulama mengenai hal ini:

1. Allah Ta’ala berfirman:

{وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18) } [ق: 16 – 19]

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” “Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” QS. Qaaf: 16-19.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

{ مَا يَلْفِظُ } أي: ابن آدم { مِنْ قَوْلٍ } أي: ما يتكلم بكلمة (8) { إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ } أي: إلا ولها من يراقبها معتد (9) لذلك يكتبها، لا يترك كلمة ولا حركة، كما قال تعالى: { وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ كِرَامًا كَاتِبِينَ يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ } [ الانفطار: 10 -12 ].

“Firman Allah “Apa yang diucapkan” maksudnya adalah oleh anak manusia, “dari perkataan” maksudnya adalah apa yang ia katakan akan sebuah perkataan, “melainkan di sisinya terdapat malaikat yang raqib dan ‘atid, maksudnya adalah melainkan ada yang malaikat yang mengwasinya dan mengintainya menulisnya, tidak meninggalkan sebuah perkataan pun atau gerakanpun, sebagaimana Firman Allah Ta’ala: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu).” “Yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu).” “Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al Infithar: 10-12.

Beliau rahimahullah juga berkata:

وقال علي بن أبي طلحة، عن ابن عباس: { مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ } قال: يكتب كل ما تكلم به من خير أو شر، حتى إنه ليكتب قوله: “أكلت، شربت، ذهبت، جئت، رأيت”، حتى إذا كان يوم الخميس عرض قوله وعمله، فأقر منه ما كان فيه من خير أو شر، وألقى سائره، وذلك قوله: { يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ } [ الرعد: 39 ]، وذكر عن الإمام أحمد أنه كان يئن في مرضه، فبلغه عن طاوس أنه قال: يكتب الملك كل شيء حتى الأنين. فلم يئن أحمد حتى مات رحمه الله

“Ali bin Abi Thalhah berkata: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma menafsirkan: “Apa yang diucapkan dari perkataan melainkan disisi ada (malaikat) yang (tugasnya) raqib dan ‘atid”, beliau berkata: “akan ditulis setiap apa saja yang ia bicarakan baik dari kebaikan atau keburukan, sampai akan dituliskan perkataannya: “Aku telah makan, telah minum, telah pergi, telah datang dan aku telah melihat.”, sampai jika pada hari Kamis diangkat perkataan dan perbuatannya, lalu ia menyetujui darinya apa yang di dalamnya berupa kebaikan dan keburukan, dan membuang seluruhnya (selain itu), dan itulah Firman Allah: “Allah menghapus apa saja yang Dia kehendaki dan menetapkan dan di sisi-Nya Ummul Kitab.” QS. Ar Ra’du: 39. Dan disebutkan bahwa imam Ahmad pernah merintih di dalam sakitnya, dan lalu sampai kepada beliau riwayat dari Thawus bahwa ia berkata: “malaikat akan menulis segala sesuatu sampai rintihan orang sakit”, maka setelah itu Imam Ahmad tidak pernah merintih sampai beliau meninggal.” Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim pada surat Qaaf: 16-19.

2. Allah Ta’ala berfirman:

{وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ} [يونس: 61]

Artinya: “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur’an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.  Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Al Lauhmahfuz).” QS. Yunus; 61.

3. Allah Ta’ala berfirman:

 {أَمْ يَحْسَبُونَ أَنَّا لَا نَسْمَعُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ بَلَى وَرُسُلُنَا لَدَيْهِمْ يَكْتُبُونَ} [الزخرف: 80]

Artinya: “Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka?  Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” QS. Az Zukhruf: 80.

4. Allah Ta’ala berfirman:

{ يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [النور: 24]

Artinya: “Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.” QS. An Nur: 24.

5. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Mu’adz sambil memegang lisannya:

« كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ».

“Jagalah ini olehmu”, dan setelah Mu’adz mengatakan:

يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ

“Wahai Nabi Allah, apakah kita akan diambil (sebagai dosa) dengan apa yang kita ucapkan.” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “

« ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ».

“Ibmu kehilanganmu wahai Mu’adz, apakah  manusia diseret di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka atau leher-leher mereka kecuali disebabkan sebab-sebab lisan.” HR. Tirmidzi.

والمرادُ بحصائد الألسنة : جزاءُ الكلام المحرَّم وعقوباته ؛ فإنَّ الإنسانَ يزرع بقوله وعمله الحسنات والسَّيِّئات ، ثم يَحصُدُ يومَ القيامة ما زرع ، فمن زرع خيراً من قولٍ أو عملٍ حَصَد الكرامةَ ، ومن زرع شرَّاً مِنْ قولٍ أو عملٍ حصد غداً النَّدامة .

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Dan Maksud dari sebab lisan-lisan adalah: ganjaran perkataan yang haram dan siksa-siksanya, karena sesungguhnya seorang manusia akan menanam perkataan dan perbuatannya, baik berupa kebaikan ataupun keburukan, kemudian ia akan menuai pada hari kiamat dari apa yang telah ia tanam, maka barangsiapa yang menanam kebaikan dari perkataan atau perbuatan maka ia akan menuai kemuliaan dan barangsiapa yang menanam keburukan dari perkataan dan perbuatan niscaya akan menuai penyesalan kelak besok hari kiamat.” Lihat kitab Jami’ Al ‘Ulum Wa Al Hikam.

6. Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:  

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ عِظْنِى وَأَوْجِزْ. فَقَالَ « إِذَا قُمْتَ فِى صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَداً وَاجْمَعِ الإِيَاسَ مِمَّا فِى يَدَىِ النَّاسِ ».

Artinya: “Abu Ayyub Al Anshari radhiyallahu anhu berkata: “Pernah datang seseorang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia berkata: “Nasehatilah aku dan ringkaslah”, lalu beliau bersabda: “Jika kamu berdiri di dalam shalatmu, maka shalatlah dengan shalatnya seorang yang ingin berpisah dan janganlah kamu berbicara dengan perkataan yang kamu minta maaf dari besok harinya, dan berputus asalah dari (berharap kepada) apa yang ada di atangan-tangan manusia.” HR. Ahmad.

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata:

 ((ومن العجب أن الإنسان يهون عليه التحفظ والاحتراز من أكل الحرام والظلم والزنا والسرقة وشرب الخمر ومن النظر المحرم وغير ذلك ويصعب عليه التحفظ من حركة لسانه)

“Dan termasuk sesuatu yang aneh, bahwa seorang manusia ringan atasnya untuk menjaga dan menjauhi dari makan yang haram dan berbuat kelaliman, zina, mencuri minum khamr dan memandang kepada yang haram serta selainnya, akan tetapi sulit baginya menjaga akan gerakan lisannya.” Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, 1/111.

Disebutkan di dalam kitab At Tadzkirah:

عَنْ الْقُشَيْرِيِّ يُقَالُ : لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ ثَوَابُ سَبْعِينَ نَبِيًّا وَلَهُ خَصْمٌ بِنِصْفِ دَانِقٍ لَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّةَ حَتَّى يَرْضَى خَصْمُهُ قِيلَ يُؤْخَذُ بِدَانِقٍ قِسْطُ سَبْعِمِائَةِ صَلَاةٍ مَقْبُولَةٍ ،  وَتُعْطَى لِلْخَصْمِ

Al Qusyairi meriwayatkan bahwa diceritakan jika seorang mempunyai pahala sebanyak tujuh puluh nabi dan ia mempunyai satu musuh dengan setengah daniq, niscaya ia tidak akan masuk seurga sampai musuhnya tadi rela, dan diceriatakan bahwa akan diambil senilai daniq setengah dari tujuhratis shalat yang diterima, lalu diberikan kepada musuh.”

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Ahad, 30 Rajab 1434H, Dammam KSA.

Post Comment