Targhib Wa Tarhib

Mengingat Keburukan Akibat Tidak Menjaga Lisan – Tips Menjaga Lisan (bag. 05)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ, الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ:

Saudaraku seiman…

Salah satu kiat menjaga lisan adalah;

5. mengingat keburukan akibat tidak menjaga lisan.

Untuk menjaga lisan sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:

أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَشَرِّ بَصَرِى وَشَرِّ لِسَانِى وَشَرِّ قَلْبِى وَشَرِّ مَنِيِّى

Artinya: “Aku berlindung denganmu dari keburukan pendengaranku, penghlihatanku, lisanku, hatiku dan keburukan kemaluanku.”

Tenyata setelah ditelusuri ayat Al Quran yang Mulia dan hadits Nabi yang suci, akan didapati bahwa tidak menjaga lisan akan mendatang keburukan-keburukan yang sangat mengerikan di dunia dan akhirat.

Saudaraku seiman..

Mari perhatikan, sebagian keburukan-keburukan yang didapat akibat tidak menjaga lisan;

1. Wail (Siksa berat di dalam Neraka) bagi yang tidak menjaga lisan

 { وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ }

Artinya: “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” QS. Al Humazah: 1.

قوله تعالى: ” ويل ” أي شدة عذاب في الآخرة. وقال ابن عباس: إنه واد في جهنم يسيل فيه صديد أهل النار

Artinya: “Firman Allah Ta’ala: “Wail maksudnya adalah beratnya siksa di akhirat dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “sesungguhnya ia adalah lembah di dalam neraka jahannam, mengalir di dalamnya nanah penghuni neraka.” Lihat Tafsir Al Qurthubi, 19/250.

2. Menceburkan ke neraka yang sangat dalam akibat tidak menjaga lisan

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا ، يَزِلُّ بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ » .

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan yang tidak jelas di dalamnya, niscaya akan menggelincirkannya di dalam neraka lebih jauh antara arah timur.” HR. Bukhari.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لاَ يُلْقِى لَهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فِى جَهَنَّمَ » .

Artinya: “Abu “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah, ia tidak memperdulikannya, maka niscya Allah akan mengangkat derajatnya disebabkannya, dan Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah, yang ia tidak perdulikan, niscaya akan menceburkannya ke dalam neraka Jahannam.” HR. Bukhari.

3. Mendapat murka Allah samapai hari kiamat akibat tidak menjaga lisan

عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ الْمُزَنِيِّ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ, يَكْتُبُ اللَّهُ -عَزَّ وَجَلَّ- لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ, وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ, يَكْتُبُ اللَّهُ تَعَالَى عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ يَلْقَاهُ” فَكَانَ عَلْقَمَةُ يَقُولُ: كَمْ مِنْ كَلَامٍ قَدْ مَنَعَنِيهِ حَدِيثُ بِلَالِ بْنِ الْحَارِثِ.

Artinya: “’Alqamah meriwayatkan dari Bilal bin Al Harits Al Muzani radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah, ia tidak mengira akan sampai begitu tinggi, niscya Allah Azza wa Jalla menuliskan keridhaannya sampai hari kiamat, Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah, ia tidak mengira akan sampai begitu tinggi, niscya Allah Azza wa Jalla menuliskan keridhaannya sampai hari kiamat.” ‘Alqamah sering berkata: “Berapa banyak perkataan telah melarangku (untuk mengucapkannya) hadits Bilal bin Al Harits.” HR. Ahmad.

4. Sesuatu yang sangat ditakuti oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atas umatnya adalah tidak menjaga lisan

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِىِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِى بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ. قَالَ « قُلْ رَبِّىَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَىَّ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ « هَذَا ».

Artinya: “Sufyan bin Abdullah Ats Tsaqafi berkata: “Aku pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada akan sebuah perkara yang aku berpegang teguh kepadanya?”, beliau bersabda: “Katakanlah: “Rabbku adalah Allah”, kemudian istiqamahlah”, aku berkata (lagi): “Wahai Rasulullah, apa yang paling kamu takutkan terhadapku?”, maka beliau memegang lisannya dan beliau bersabda: “Ini”. HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 2862.  

عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَخَلَ عَلَى أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَهُوَ يَجْبِذُ لِسَانَهُ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ مَهْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ هَذَا أَوْرَدَنِى الْمَوَارِدَ.

Artinya: “Zaid bin Aslam meriwayatkan dari bapaknya bahwa Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menemui Abu Bakar Ash Shiddiq, dan ketika itu ia menarik-narik lisannya, maka Umar radhiayallahu ‘anhu berkata kepadanya: “Cukup, semoga Allah mengampuni, (kenapa melakukan ini)”, Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya (lisan) ini menenggelamkanku ke dalam siksa-siksa.” HR. Muwaththa’ dan Al Baihaqi.

5. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja meminta perlindungan dari buruknya tidak menjaga lisan

سَعْدُ بْنُ أَوْسٍ قَالَ حَدَّثَنِى بِلاَلُ بْنُ يَحْيَى أَنَّ شُتَيْرَ بْنَ شَكَلٍ أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِيهِ شَكَلِ بْنِ حُمَيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ عَلِّمْنِى تَعَوُّذًا أَتَعَوَّذُ بِهِ فَأَخَذَ بِيَدِى ثُمَّ قَالَ « قُلْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَشَرِّ بَصَرِى وَشَرِّ لِسَانِى وَشَرِّ قَلْبِى وَشَرِّ مَنِيِّى ».

Artinya: “Sa’ad bin Aws berkata: “Telah meriwayatkan kepadaku Bilal bin Yahya bahwa Syutair bin Syakl memberitahukan kepadanya bahwa bapaknya Syakl bin Humaid berkata: “Aku pernah mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, aku berkata: “WahaiNabi Allah, ajari aku doa perlindungan yang aku berlindung diri dengan (membaca)nya”, lalu mengambil kedua tanganku dan bersabda: “Katakanlah:

أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَشَرِّ بَصَرِى وَشَرِّ لِسَانِى وَشَرِّ قَلْبِى وَشَرِّ مَنِيِّى

Artinya: “Aku berlindung denganmu dari keburukan pendengaranku, penghlihatanku, lisanku, hatiku dan keburukan kemaluanku.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1292.

6. Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah tidak menjaga lisan dan kemaluan.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia kedalam surga?”, beliau menjawab: “Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”, dan beliau (juga) pernah ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka?”, beliau menjawab: “Mulut (lisan) dan kemaluan).” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 977.

7. Bukan sifat seorang muslim jika tidak menjaga lisan

عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِىءِ ».

Artinya: “’Alqamah meriwayatkan bahwa Abdullah (bin Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah seorang mukmin yang sukan mencaci, suka melaknat, suka berkata keji atau kotor.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 320.

8. Lautan akan tercemar akibat tidak menjaga lisan   

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُا قَالَتْ قُلْتُ لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- حَسْبُكَ مِنْ صَفِيَّةَ كَذَا وَكَذَا قَالَ غَيْرُ مُسَدَّدٍ تَعْنِى قَصِيرَةً. فَقَالَ « لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لَمَزَجَتْهُ ». قَالَتْ وَحَكَيْتُ لَهُ إِنْسَانًا فَقَالَ « مَا أُحِبُّ أَنِّى حَكَيْتُ إِنْسَانًا وَأَنَّ لِى كَذَا وَكَذَا ».

Artinya: “Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Aku pernah bekata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Cukuplah bagimu Shafiyyah itu (wanita) yang seperti ini dan ini”, maksudnya adalah pendek, lalu beliau bersabda: “Sungguh kamu telah mnegucapkan sebuah ucapan, jikalau dicampur dengan air lautan mak niscaya akan tercemari.” Aisyah berkata: “Dan aku pernah menceritakan seseorang kepada beliau.”, beliau bersabda: “Aku tidak menyukai menceritakan seseorang dan aku memiliki seperti ini, seperti ini.” HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 5140.

9. Kebanyakan kesalahan manusia adalah tidak menjaga lisan

عَنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّهُ لَبَّى عَلَى الصفَا، ثُمَّ قَالَ: يَا لِسَانُ قُلْ خَيْرًا تَغْنَمْ أَوِ اصمُتْ تَسْلَمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَنْدَمَ، قَالُوا: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَذَا شَيْءٌ تَقُولُهُ أَوْ سَمِعْتَهُ قَالَ: لَا، بَلْ، سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: ” إِنَّ أَكْثَرَ خَطَايَا ابْنِ آدَمَ فِي لِسَانِهِ “

Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu pernah mengucapkan talbiyah di atas Shafa, kemudia beliau berkata: “Wahai lisan, katakanlah yang baik maka kamu akan mendapat keuntungan besar atau diamlah, niscaya kamu akan selamat sebelum kamu menyesal”, lalu orang-orang bertanya: “Wahai Abu Abdirrahman (kunyahnya beliau), apakah ini perkataanmu atau kamu pernah mendengar (haditsnya)?”, beliau berkata: “ Tidak (dari perkataanku), tetapi aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kesalahan yang paling banyak anak manusia dalam perihal lisannya.” HR. Al Baihaqi di dalam kitab Syu’ab Al Iman dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 534.

10. Munafik sifat dominannya adalah tidak menjaga lisan

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ

Artinya: “Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah setiap seorang  munafik yang pandai bersilat lidah.” HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat al Ahadits Ash Shahihah, no. 1013.

Saudaraku seiman…

Tidak heran setelah ini, membaca perkataan al Hafizh Ibnu rajab Al Hambali rahimahullah:

 (( هذا يدلُّ على أنَّ كَفَّ اللسان وضبطَه وحَبسَه هو أصلُ الخير كلِّه، وأنَّ مَن مَلَكَ لسانَه فقد ملَكَ أمرَه وأحكمَه وضبطَه ))

“Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan, merawat dan menahannya adalah pokok seluruh kebaikan, dan barangsiapa yang menjaga lisannya maka ia telah memiliki perkaranya, menguasai dan menjaganya.” Lihat kitab Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, 2/146-147.

Karena memang menjaga lisan sangat mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat dan sebaliknya tidak menjaga lisan mendatangkan kesengsaraan dunia dan akhirat.

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin

Sabtu, 6 Sya’ban 1434H, Dammam KSA

Post Comment