بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Saudaraku seiman…
Mari kita belajar agama, meningkatkan keilmuan kita tentang agama Islam agar Islam kita semakin diridhai oleh Allah Ta’ala.
Saudaraku seiman…
Kebodohan itu buruk dan sengsara, saking buruknya, si bodoh tidak rela dan akan sedih serta marah jika dipanggil dengan “Si bodoh”
Dan seorang disebut bodoh ketika:
1. Tidak mempunyai ilmu di dalam diri
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جاءَكُمْ فاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلى ما فَعَلْتُمْ نادِمِينَ.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” QS. Al Hujurat: 6.
2. Meyakini sesuatu yang tidak sesuai dengan sebenarnya
وَجاوَزْنا بِبَنِي إِسْرائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلى أَصْنامٍ لَهُمْ قالُوا يا مُوسَى اجْعَلْ لَنا إِلهاً كَما لَهُمْ آلِهَةٌ قالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138) إِنَّ هؤُلاءِ مُتَبَّرٌ ما هُمْ فِيهِ وَباطِلٌ ما كانُوا يَعْمَلُونَ (139) قالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعالَمِينَ (140)
Artinya: “Dan Kami seberangkan Bani Israel ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israel berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah sembahan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat sembahan).” “Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.” “Musa menjawab: “Patutkah aku mencari sembahan untuk kamu yang selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.” QS. Al A’raf: 138-140
3. Mengerjakan sesuatu yang semestinya berbeda dengan yang harus dikerjakan
وَنادى نُوحٌ رَبَّهُ فَقالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحاكِمِينَ (45) قالَ يا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صالِحٍ فَلا تَسْئَلْنِ ما لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجاهِلِينَ (46) قالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْئَلَكَ ما لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخاسِرِينَ (47)
Artinya: “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.” “Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” “Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” QS. Hud: 45-47.
Saudaraku seiman…
Di bawah ini disebutkan tentang buruk dan hinanya kebodohan:
1. Saking buruknya kebodohan, ia menjadi salah satu tanda datangnya hari kiamat
عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – قَالَ سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حَدِيثًا لاَ يُحَدِّثُكُمْ بِهِ غَيْرِى قَالَ « مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَظْهَرَ الْجَهْلُ ، وَيَقِلَّ الْعِلْمُ ، وَيَظْهَرَ الزِّنَا ، وَتُشْرَبَ الْخَمْرُ ، وَيَقِلَّ الرِّجَالُ ، وَيَكْثُرَ النِّسَاءُ ، حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمُهُنَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ » .
Artinya: “Anas radhiyallahu berkata: “Aku pernah mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah hadits, tidak ada yang meriwayatkannya selainku, beliau bersabda: “Dari tanda hari kiamat adalah Nampak kebodohan, minimnya ilmu, nampak perbuatan zina, khamr (biasa) diminum, lelaki (jumlahnya) sedikit dan perempuan (jumlahnya) membanyak, sehingga lima puluh wanita memiliki yang mengurus mereka satu orang lelaki.” HR. Bukhari.
2. Saking buruknya kebodohan, para nabi ‘alaihimush shalatu wassalam berlindung darinya dan diperintahkan agar berlindung darinya
{وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [البقرة: 67]
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh.” QS. Al Baqarah: 67
{قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [هود: 46]
Artinya: “Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang bodoh.” Qs. HUd: 46.
{قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [يوسف: 33]
Artinya: “Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”
{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ} [القصص: 55]
Artinya: “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” QS. Al Qashash: 55.
{وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ } [الأنعام: 35]
Artinya: “Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” QS. Al An’am: 35.
عَنِ أَبِى مُوسَى عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أَنَّهُ كَانَ يَدْعُو بِهَذَا الدُّعَاءِ « رَبِّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى كُلِّهِ ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطَايَاىَ وَعَمْدِى وَجَهْلِى وَهَزْلِى ، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ » .
Artinya: “Abu Musa radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdoa dengan doa ini:
رَبِّ اغْفِرْ لِى خَطِيئَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى كُلِّهِ ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى خَطَايَاىَ وَعَمْدِى وَجَهْلِى وَهَزْلِى ، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِى ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Wahai Rabbku, ampunilah kesalahan-kesalahanku, kebodohanku, terlalu berlebihan ku di dalam seluruh perkaraku, dan apa saja yang lebih Engkau ketahui dariku, Wahai Allah, ampunilah kesalahan-kesalahanku, sikap kesengahajaanku, kebodohanku dan kelalaianku, seluruh itu dariku, wahai Allah, ampunilah dosa-dosaku yang aku lakukan telah lalu dan yang akan datang, (dosa) yang aku telah sembunyikan dan (dosa) yang aku telah lakukan dengan terang-terangan, Engkaulah yang terdahulu dan Yang Terakhir dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu.” HR. Bukhari.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ بَيْتِى قَطُّ إِلاَّ رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ ».
Artinya: “Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata: “Tidaklah sekali-kali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari rumah melainkan beliau mengangkat pandangannya ke langit, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
“Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari sesat dan disesatkan atau terpeleset atau dipelesetkan atau berlaku zhalim atau dizhalimi atau berlaku bodoh atau aku dibodohi.” HR. Abu Daud.
Sufyan Ats Tsaury rahimahullah berkata:
«تعوّذوا باللّه من فتنة العالم الفاجر، والعابد الجاهل، فإنّ فتنتهما فتنة لكلّ مفتون»)
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari fitnahnya seorang ali yang banyak dosa dan seorang ahli ibadah yang bodoh, karena sesungguhnya fitnah keduanya adalah fitnah setiap orang yang terfitnah.” Lihat kitab Al Adab Asy Syar’iyyah, 2/46 (asy syamela)
3. Saking buruknya kebodohan, sampai-sampai tidak dapat disamakan dengan seorang alim dari sisi manapun
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 9]
Artinya: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” QS. Az Zumar: 9.
Al Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
«من علم ليس كمن لم يعلم»
“Seorang yang mengetahui tidak sama dengan seorang yang tidak mengetahui.”
4. Saking buruknya kebodohan, sampai-sampai diperintahkan berpaling dan tidak meladeni di dalam kebodohannya
{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ} [الأعراف: 199]
Artinya: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” Qs. Al A’raf: 19.
{وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا } [الفرقان: 63]
Artinya: “Dan hamba-hamba Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” Qs. Al Furqan: 63.
قال عليّ- رضي اللّه عنه-:
فلا تصحب أخا الجهل … وإيّاك وإيّاه
يقاس المرء بالمرء … إذا ما المرء ما شاه
Artinya: “Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
Janganlah engaku temani saudara yang bodoh…hati-hatilah terhadapnya
Seorang akan di ukur dengan temannya… jika seseorang berlaku sekehendaknya”. Lihat Al Adab Asy Syar’iyyah, 3/564.
5. Saking buruknya kebodohan, sampai-sampai orang bodoh akan sesat menyesatkan orang lain dan ia menanggung kesesatan orang lain tersebut akibat fatwa bodohnya
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا ، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا ، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا ، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا » .
Artinya: “Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi mencabut ilmu dengan mencabut (nyawa) para ulama, sehingga jika tidak tersiksa satu orang alim pun, manusia menjadikan pemimpin-pemimpin bodoh, lalu mereka di tanya, maka mereka memberi fatwa tanpa ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.” HR. Bukhari.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ أُفْتِىَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Barangsiapa yang diberi fatwa tanpa ilmu, maka dosanya ditanggung oleh yang memberi fatwa.” HR. Abu Daud.
6. Saking buruknya kebodohan, sehingga orang bodoh yang memberi fatwa tanpa ilmu adalah salah satu manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابن مسعود أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « أَشَدُّ النَّاسِ عَذَاباً يَوْمَ الْقِيَامَةِ رَجُلٌ قَتَلَهُ نَبِىٌّ أَوْ قَتَلَ نَبِيًّا أو رجل يضل الناس بغير علم أو مصور يصور التماثيل ».
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang di bunuh oleh seorang nabi atau seorang yang membunuh seorang nabi atau seorang yang menyesatkan manusia tanpa ilmu atau seorang yang menggambar patung-patung.” HR. Ahmad dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 1000.
7. Saking buruknya kebodohan, terkadang seorang bodoh bangga dengan kebodohannya, terlalu berbicara dengan sesuatu yang tidak bermanfaat dan melarang tapi malah melakukannya.
(قال أبو الدّرداء- رضي اللّه عنه-: «علامة الجاهل ثلاث: العجب، وكثرة المنطق فيما لا يعنيه، وأن ينهى عن شيء ويأتيه»)
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tanda orang bodoh ada tiga: “Sikap ujub, terlalu banyak bicara dalam perkara yang tidak bermanfaat untuknya dan melarang sesuatu tetapi melakukannya.” Lihat kitab Jami Al ‘Ulum wa Al Hikam, 1/143.
8. Saking buruknya kebodohan, terkadang seorang yang beribadah di atas kebodohan merusaknya lebih banyak daripada memperbaiki
(قال عمر بن عبد العزيز- رحمه اللّه تعالى-: «من عبد اللّه بغير علم كان ما يفسد أكثر ممّا يصلح»)
Artinya: “Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang menyembah Allah tanpa ilmu maka yang ia rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki.” Lihat kitab Majmu’ Al Fatawa, 2/382.
Saudaraku seiman…
Di bawah ini macam-macam manusia, silahkan ukur diri kita
(يروى عن الأحنف بن قيس أنّه قال: «قال الخليل بن أحمد: النّاس أربعة: رجل يدري ويدري أنّه يدري، فذاك عالم فخذوا عنه، ورجل يدري وهو لا يدري أنّه يدري، فذاك ناس فذكّروه، ورجل لا يدري وهو يدري أنّه لا يدري فذاك طالب فعلّموه، ورجل لا يدري ولا يدري أنّه لا يدري فذاك أحمق فارفضوه»)*
Diriwayatkan oleh Al Ahnaf bin Qais radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Al Khalil bin Ahmad berkata: “Manusia empat macam: seorang yang mengetahui dan ia mengetahui bahwa ia mengetahui, maka ia adalah seorang yang alim, ambillah (ilmu) darinya, seorang yang mengetahui dan ia tidak mengetahui kalau ia mengetahui, maka ia dalah seorang yang pelupa, maka ingatkanlah ia, seorang yang tidak mengetahui dan ia sadar bahwa ia tidak mengetahui, maka ia adalah seorang yang penuntut (ilmu), ajarilah ia dan seorang yang tidak mengetahui dan tidak mengetahui kalau ia tidak tahu, maka orang ini adalah orang yang bodoh sangat, jauhilah ia.” Lihat kitab Akhbarul Hamqa, 36.
Seluruh isi dari tulisan ini diambilkan dari kitab Nudhrat An na’im fi Makarim Akhlaq Ar Rasul Al Karim (asy Syamela)
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Selasa, 10 Rabiul Awwal 1434H, Dammam KSA.